Dodi menghela napas, lalu mengusap wajahnya, "Dia sudah memukuliku seperti orang gila," kata Dodi membuka kekesalan awal terjadinya dia bersikap kasar pada Karina hari ini.
Perempuan itu hanya mendongak. Dia sudah tau apa yang terjadi di antara keduanya. Lalu menunduk kembali sambil menghela napas.
"Aku hanya kuatir dengan keadaanmu, sepertinya dia sudah menjadi gila gara-gara gak bisa memilikimu, Karina." Dodi mulai mengarang cerita. Memutarbalikkan fakta dari kejadian sesungguhnya. Karina hanya diam sambil membuka telinga. Mendengarkan apa yang Dodi ceritakan. Dia menyadari, cerita dari bibir suaminya berbeda jauh dari cerita Wahyu. Entahlah, Karina tidak tau siapa yang benar, dan siapa yang bercerita bohong.
"Maka dari itu, aku gak ingin kamu dekat dengannya. Aku takut dia melakukan hal gila juga padamu, Kar. Apalagi sekarang kamu sedang mengandung, aku gak mau kalian berdua kenapa-kenapa!" lanjut Dodi. Dia ingin mematikan karakter Wahyu dari kehidupan Karina.
Karina memandang Dodi, namun hanya bagian punggungnya saja yang terlihat. Dia tidak melihat wajah Dodi dengan jelas, apakah dia berbohong atau tidak.
"Apakah benar, kamu pergi ke hotel dengan perempuan lain, Mas?" tanya Karina tiba-tiba. Pertanyaan itu membuat Dodi spontan berdiri dengan wajah kaget dan mata melotot. Jantungnya berdebar kencang ketika daun telinganya mengantar getaran suara Karina ke dalam hingga ke selaput gendang telinga. "Kamu gak selingkuh dariku kan, Mas?"
"Apa dia yang mengatakan itu padamu, Kar?"
Karina tak menjawab, "Jawab saja pertanyaan itu, Mas, apakah itu benar kamu selingkuh dengan perempuan lain?"
Dodi terdiam, dia membuang pandangannya. "Sial! Dia pasti cerita dengan Karina," bisik batinnya kesal.
"Jadi itu benar, Mas?"
"Gak ada yang perlu dibicarakan lagi, lebih baik kamu istirahat!" ujar Dodi. Dia beranjak bangun dan melangkah menuju kamar.
"Kalau memang itu gak benar, kenapa gak kamu jawab saja, Mas!"
Dodi menghela napasnya. "Apa kamu lebih percaya ocehannya dari pada ocehanku, Karina? Apa dia lebih berharga daripadaku sehingga kamu menyudutkanku?" Emosi laki-laki itu sedikit meletup-letup. "Seharusnya aku yang curiga dan mengintrogasi lebih dalam tentang hubunganmu dengan Wahyu, bukan aku yang belum tentu ocehannya benar!" sergah Dodi, pandai bersilat lidah.
"Kamu terus menuduhku selingkuh, tapi kenapa kamu yang selingkuh, Mas!"
"AKU BILANG ITU GAK BENAR, KARINA! APA KAU TULI, HUH!!" Nada suara Dodi kian meninggi, amarah yang sudah terendam kini mulai muncul kembali. "Lebih baik pakai otakmu itu sebelum berbicara, Karina. Biar kamu gak bodoh!" katanya lagi, lalu melanjutkan langkahnya yang terhenti. Masuk ke dalam kamar.
Karina terdiam, dadanya terasa sesak. Bukan hanya rasa itu saja yang bergelut di batinnya. Rasa perih, kecewa dan juga marah yang tertahan mengaduk menjadi satu dalam jiwanya. Ia tidak tau harus bagaimana bila Dodi benar-benar selingkuh.
Dia menghela napas, "Mudah-mudahan semua itu tidak benar, Tuhan. Aku harap ucapan Wahyu semuanya itu hanya omong kosong belaka saja, Tuhan!" bisik batinnya lirih. Lalu dia kembali mengobati lukanya lagi dan lagi, seakan-akan luka itu tak pernah kering.