Tolong, Sayangi Aku.

Kamalsyah Indra
Chapter #25

Biarkan Aku Cerai, Pak.

TIDAK BISA!" Suara lantang itu terdengar dari ambang pintu. Karina dan Ibunya menoleh dengan mata terbelalak. Kaget.

Laki-laki berkemeja putih, dan bercelana berwarna krem itu masuk ke rumah dengan wajah yang sangat marah. "Bapak tidak setuju dengan rencanamu itu, Karina!" Laki-laki itu pun terduduk di hadapan Karina dengan tatapan tajam. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang begitu marah dengan rencana putrinya itu. Karina tertunduk, tak berani menatap mata Bapaknya yang mengerikan.

Karina gadis yang penurut, tidak pernah sekalipun menentang ucapan Bapak dan Ibunya itu. "Apapun yang terjadi, Bapak minta kamu jangan bercerai!" tegas Arif, kata-katanya seolah sedang menakan dirinya agar tetap mempertahankan pernikahan yang toksit itu.

Kepala Karina langsung mendongak, memandang nanar kearah Bapaknya. "M-maksud Bapak, aku harus tetap bertahan walau aku terus menerusĀ tersiksa seperti ini? Apa aku juga harus berdiam diri ketika Mas Dodi selingkuh di hadapanku?"

"Pokoknya Bapak tidak mau tau, kamu harus pertahankan pernikahan itu! Apa kamu tuli, huh?" tandas laki-laki yang masih terlihat gagah walau usianya memasuki usia kepala lima. Dia juga sangat keras kepala, setiap keputusannya tidak bisa diganggu gugat.

"Tidak bisa, Pak! Aku tidak peduli Bapak setuju atau tidak dengan rencanaku ini, aku akan tetap ingin berpisah dengan laki-laki itu?" sergah Karina menentang kemauan Bapaknya kali ini. Ia tidak ingin menuruti untuk urusan satu ini. Ia sangat capek bila terus- menerus merasakan sakit hati dan menuruti apa yang Bapaknya mau. "Ini hidup aku, dan aku berhak menentukan seperti apa jalan hidupku ini, Pak!" Tika hanya diam melihat pertengkaran putri dan suaminya. Keduanya terlihat sama-sama keras mempertahankan keegoisannya.

"Apapun alasan kamu, Bapak tetap tidak setuju! Kamu tahu apa yang akan terjadi dengan keuangan di rumah ini bila kamu bercerai?" cegah Bapaknya tidak mau mendengar apapun dari bibir Karina. "Ekonomi keluarga kita akan semakin terpuruk. Bahkan sudah berada di titik kemiskinan. Kamu gak bisa memberi kontribusi untuk keluarga ini, ibumu hanya ibu rumah tangga yang payah, dan Bapak masih haru membiaya adikmu kuliah! Pemasukkan darimana untuk memenuhi semua ini, Karina!"

"A-apa ...." Bibir Karina berhenti berucap, gemeteran mendengar ungkapan hati Bapaknya.

"Ya! Kalian semua membuat Bapak pusing, Bapak juga ingin hidup mewah layaknya orang-orang kaya, tapi selalu saja ada pengeluaran untuk kalian yang gak ada habisnya! Jadi, jangan pernah berniat untuk bercerai kalau kamu tidak mau Bapak tagih biaya hidup kamu selama ini dan juga biaya sekolah kamu!" kata Arif beranjak bangun. "Atau Bapak akan membuang kamu selamanya. Ingat itu baik-baik, Karina!"

"A-apa?" Karina tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Deg.

Deg.

Deg.

Jantungnya tak baik-baik saja. Berdegup kencang seperti bom yang hampir meledak.

"BAPAK!!" Wanita yang sedari tadi terdiam kini bereaksi. Ia bangun dari duduknya. "Apa maksud Bapak berkata seperti itu pada Karina? Dia butuh perlindungan, butuh ketenangan dari seorang laki-laki yang membuatnya merasa nyaman, bukan laki-laki yang terus menerus hanya bisa menyiksa batin dan fisiknya!" Baru kali ini Karina melihat Ibunya marah, berani melawan. Padahal, wanita yang melahirkan Karina adalah wanita yang penurut dan pendiam. Tak pernah membantah atau melawan hingga membentak seperti saat ini.

Lihat selengkapnya