Bebarengan suara teriakan Dodi, Karina berhenti bercerita. Dia mendadak terdiam cukup lama di depanku sebelum cerita itu benar-benar dia selesaikan, tanpa sebab yang jelas. Aku yakin, sebentar lagi cerita Karina sudah berada di tahapan pentingnya dan berakhir. Itu akan membuat tidurku nyenyak setelah Karina menceritakan semua. Aku melirik, ku lihat tatapan Karina begitu kosong. Seperti memikirkan sesuatu, namun, aku tidak tau apa yang ada di kepalanya.
Aku menghela napas. Menunggu lama untuk mendapatkan cerita selanjutnya. Aku benar-benar penasaran apa yang terjadi selanjutnya. Apakah Dodi membunuh mereka berdua? Tapi, itu tidak mungkin. Sangat-sangat tidak mungkin terjadi. Sebab, Karina bersamaku sedari tadi.
Apa mungkin Dodi yang mati atau niat jahat Dodi dihentikan Bertha? Atau bisa jadi Bertha yang menghalangi niat Dodi dan perempuan itu sendiri yang kena? Semua bisa menjadi kemungkinan di cerita selanjutnya itu.
Aaah ... Entahlah, begitu banyak pertanyaan yang tiba-tiba datang setelah cerita itu berhenti dari bibir Karina. Aku sangat penasaran dengan kelanjutannya. Tetapi aku tidak bisa memaksakan dia untuk terus bercerita untukku. Ku biarkan dia berhenti sejenak.
Lagi pula di luar hujan kian bertambah deras. Jadi, aku masih banyak waktu buat dapat bahan cerita novel darinya.
Karina menyeka airmatanya, ada keperihan hati yang aku rasakan saat ini padanya. Entahlah, bagaimana seorang laki-laki bisa menyakiti istrinya sendiri dengan brutal. Bahkan, menghinanya kata-kata kasar.
"Ini tisu, buat lap airmata elu!" kataku menawarkan tisu agar airmatanya tidak membasahi wajah, dan aku juga tidak mau orang-orang yang ada di cafe ini punya pikiran macam-macam.
"Terima kasih, Ndra!"
Karina menyeka airmatanya diiringi suara rintik hujan yang begitu deras di luar cafe, lalu menarik napas dalam-dalam agar dirinya menjadi tenang. Beberapa saat, isak tangisnya pun berhenti.
"Kalau lu udah gak sanggup cerita, gue gak apa-apa, kok. Kita bisa lanjutin ceritanya besok!" usulku setelah menunggu beberapa menit. Pikiranku juga tidak fokus, istriku sudah meneleponku beberapa kali.
"Gue rasa sudah cukup cerita gue ini, Ndra!" kata Karina. Aku terdiam, bingung, heran dan cerita itu terasa janggal buatku.