Mataku masih tertuju pada layar televisi. Syok? Ya, aku sangat syok kala melihat kenyataan yang kudapati saat ini. Karina sudah meninggal sebulan lalu, dia meninggal dibunuh oleh laki-laki yang sudah menjadi suaminya selama 6 tahun menikah. Pantas saja Karina menghentikan semua ceritanya dan menunjukan gelagat aneh sebelum dia menghilang tadi.
"Pembunuhan ini terbilang sadis tidak terencana. Menurut kabar, bahwa pembunuh mereka adalah seorang laki-laki bernama Dodi. Laki-laki itu tak lain adalah suami dari korban bernama Karina, beliau juga ayah dari anak laki-laki bernama Randa yang dibunuh secara membabi buta dengan bongkahan batu besar. Dodi mengaku bahwa dia melakukan itu karena terpaksa dan gelap mata. Namun pelaku enggan mengatakan apa motif dari pembunuhan yang dia lakukan itu. Diam tanpa menjawab saat kami tanya. Pelaku juga menguburkan ketiga korban di tanah sekitar perumahan tempat tinggal korban bernama Karina dan pelaku," jelas reporter itu dengan nada serta ekspresi serius.
"Apa yang menjadi motif Dodi sebenarnya, pria berusia 34 tahun ini melakukan paembunuhan terhadap istri, anak dan laki-laki bernama Wahyu itu?" lanjut reporter menyampaikan berita. "Untuk keterangan lebih lanjut, mari kita tanya pihak kepolisian yang menangani kasus ini!"
"Pak Gugun, saya dari harian berita 'Kriminal Kasus', bolehkah saya mewancarai Anda sebentar?" tanya reporter itu selanjutnya.
"Ya!" sahutnya singkat.
"Apa sebenarnya motif dari pelaku? Kenapa dia bisa membunuh istri, anak dan laki-laki yang tidak dikenal itu?" tanya reporter itu. Aku mengamati tiap ucapan reporter dengan seksama. Kasus ini menurutku menarik, bahkan aku tau apa yang tidak orang tau dari sumbernya.
"Ya, menurut pengakuan pelaku, dia melakukan semua ini atas dasar rasa cemburu dan kecewa pada korban bernama Karina. Semua ini dikarenakan adanya perselingkuhan korban dengan laki-laki bernama Wahyu itu." tutur laki-laki berpangkat iptu itu menjelaskan kronologi kejadian.
Aku terkejut dan hanya tersenyum getir mendengar pengakuan pelaku. Dia pintar membalikkan fakta sesungguhnya, seolah-olah Karina dan Wahyu lah yang salah. Yang terlihat menjijikan di mata masyarakat yang menonton berita ini. Padahal bajingan ini yang kejam terhadap Karina dan Randa.
"Jadi, pelaku marah hingga dia gelap mata hingga akhirnya pelaku memukul Wahyu dengan bongkahan batu besar hingga tewas, lalu pelaku menarik tangan Karina dan memukulnya juga sampai meninggal kemudian," lanjut polisi itu. Hatiku merasa panas, bajingan satu itu terlalu picik bersaksi pada polisi. Tidak ada satu katapun yang dia akui bahwa dia salah.
"Tak lama anaknya yang bernama Randa memukuli pelaku karena tidak terima ibunya dipukuli pelaku," lanjutnya lebih tegas. "Pelaku merasa geram kemudian dia mendorong anak itu hingga terjatuh. Lalu, perempuan bernama Bertha itu ikut menangani agar terdiam. Sayangnya, Randa tak bisa diam, terus berontak sampai akhirnya membekap mulutnya hingga tak lagi bernapas," terang polisi bernama Iyan Ferdian.
Banyak hal kejanggalan yang Dodi katakan dikesaksiannya pada polisi. Dia terlalu banyak memutar balikkan fakta tentang kematian anak dan istrinya serta Wahyu. Aku mendesah, ingin balik badan dan pulang, namun mata ini masih terpaku pada layar televisi. Aku penasaran, bagaimana mayat Karina, Randa dan Wahyu ditemukan, aku juga penasaran, bagaimana keluarga Karina menanggapi tentang kasus ini.
"Lalu, bagaimana kejadian ini bisa diketahui oleh pihak kepolisian dan terungkap keberadaan mayat ketiga korban itu, Pak?" Reporter itu lanjut menanyakan kasusnya. Kasus penemuan mayat ketiganya seperti yang aku pikirkan.
"Ya, Ibu dari pihak korban bernama Karina atau nenek dari Randa melapor bahwa kehilangan kontak Karina setelah 3 hari dia datang ke rumah dan dia bilang ingin bercerai dari saudara Dodi. Jadi, kami bertindak cepat untuk menyelidiki kasus ini dan menemukan mayat-mayat mereka!" pungkas polisi itu lebih lanjut.