Tomasz, pemburu kuda besi

Adi Windardi
Chapter #9

Bab 8_Pemburu Teluh

(Jam 12 siang, Markas PESERILA, mendung).

Mendengar kabar yang kurang mengenakan, Si Hidung Bungkuk meratakan bawahannya dengan bogem mentah yang bergerak dengan sangat cepat, sehingga jiwa mereka keluar dari tubuh mereka untuk selamanya. Akibat serangan kencang tersebut, detak jantung mereka pun berhenti seperti jam yang kehabisan baterai. Ia tidak menoleransikan kekalahan dan berkata bila mereka tidak ada bedanya dengan tikus yang lari dari pemburu ketika terpojok selagi membersihkan kedua tangannya dari keringat yang menurutnya berasal dari orang-orang yang dinodai oleh kekalahan. 

Jiwa-jiwa yang keluar dari tubuh tersebut memperkuat dirinya sehingga ia menanggalkan sifat kemanusiaannya demi memunculkan sifat iblisnya yang haus akan kematian manusia-manusia yang tidak beruntung. Setelah itu, Si Hidung Bungkuk membenamkan jasad-jasad bawahannya yang gagal dalam tugasnya melawan Tomasz dengan kekuatan sihir yang ditenagai oleh khodam zaman Singasari. Puluhan jasad mereka dikebumikan dalam kedipan matanya dan ia segera menemui Giorgu di ruang rapat. 

Pria berkumis walrus dengan jaket kulit itu membuat dirinya berbeda dari walikota pada umumnya, membuat Si Hidung Bungkuk sedikit kesal dengan gaya pakaiannya yang tidak sepadan dengan jabatannya. Mentang-mentang bukan rapat resmi pemerintahan. 

“Oh, Pamunggalih Sigismund Wiraatmono! Sudah sekian lama aku tidak bertemu denganmu!” Giorgu menyebut nama aslinya, membuat ia sedikit submissive seperti anjing sirkus yang dipermainkan tuannya demi keuntungan pribadinya. Betapapun kuatnya sesosok iblis seperti dirinya, selama seseorang berhasil merapal nama aslinya dengan benar, maka ia harus tunduk pada sang perapal namanya seperti budak yang harus tunduk sama majikannya. 

“Gi-Giorgu!” Pamunggalih tidak bisa bergerak selain atas perintahnya Giorgu, pria tersebut menyuruhnya untuk duduk dan bertanya ke dirinya mengenai keberhasilannya dalam mengalahkan Si Cebol dan kawan-kawannya. Pamunggalih menundukkan kepalanya sembari berusaha menghindari kontak dari pria tersebut selagi berkata ke Giorgu bahwa Si Cebol tersebut bersama cecunguknya terlalu kuat untuk ia hadapi seorang diri dan membuat ia kehilangan puluhan anggota ormas di bawah benderanya sendiri. Giorgu merasa berbelasungkawa atas kematian mereka dan berkata ke Pamunggalih bila ia bisa saja menggantikan Komjenpol Karso, adiknya, yang telah menggerebek bisnis judi ilegalnya di beberapa kabupaten. Pamunggalih, setelah mendengar keluhannya, menenangkannya dengan menunjukkan sebuah botol berisi teluh yang bisa mencelakai adiknya. Giorgu merasakan aura gelap di dalam botol berisi teluh tersebut dan merasa yakin bila kutukan tersebut bisa menjadi “senjata makan tuan” di kemudian hari! 

(Jam 1 siang, pertigaan Caligula Baru, gerimis).

Suhu di sekitar berkurang drastis, dari yang tadinya 30 an derajat celsius menjadi 22 derajat celsius. Tomasz sampai memakai jaket parka anti hujan untuk menelusuri teluh-teluh yang bisa saja membunuh seseorang di jalanan, mengingat surat kabar yang ia baca telah memberitakan kematian belasan warga per bulan akibat pertigaan berdarah ini. Nama-nama sekumpulan korban jiwa yang tidak beruntung tersebut dibacakan oleh Lidya satu demi satu lengkap dengan rincian penyebab kematian mereka. Tomasz merasa risih mendengar detil penyebab kecelakaan dan konsekuensi fatalnya ketika terjadi kecelakaan dan memintanya untuk menghentikan pembacaan nama-nama korban kecelakaan sejak 2009 di pertigaan maut ini. 

Kertawirya merasa kasihan melihat Tomasz yang terpaksa mendengar nama-bama korban jiwa yang tewas akibat fenomena ini, namun ia menjelaskan ke Tomasz bila jalanan yang mudah rusak ini kualitasnya jauh lebih busuk ketimbang jalanan di dunia para jin. Akan tetapi mereka selalu menyalahkan bangsa jin atas keteledoran dan ketamakan manusia. 

Meskipun begitu, Kertawirya mengakui bila ada bangsa jin yang jauh lebih jahat dari dirinya, sama seperti manusia yang beraliansi dengan iblis untuk menyesatkan umat manusia dan bangsa jin ke jalan kebatilan. Sehingga, Kertawirya tidak punya pilihan selain memimpin bangsa jin kembali untuk melawan pasukan iblis. Mendengar perkataan yang semrawut dan membingungkan, Tomasz hanya bisa menggarukkan kepalanya dan memilih untuk diam ketimbang menanggapi perkataan Kertawirya lebih lanjut. Lalu menyarankannya untuk fokus dalam menghancurkan teluh-teluh terkutuk tersebut bersama dirinya, ia tidak bisa melakukannya sendirian sebab ia memiliki kelemahan ketika melihat pusar wanita yang sengaja dipamerkan. Ia langsung pingsan ketika melihat pusar wanita. 

Mendengar keluhannya, Kertawirya menjauhinya dan berkata bahwa ia tidak bisa menyuapi manusia dewasa seperti Tomasz, meskipun ia sendiri masih berabad-abad lebih muda dari dirinya. Mungkin belum menyentuh setengah abad. Mau bagaimanapun juga, Tomasz akhirnya memutuskan untuk menghancurkan teluh-teluh terkutuk tersebut sehingga jalanan bisa dilintasi dengan aman dan meminta Lidya untuk mendeteksi area sekitar dengan kamera thermal yang sudah ditambahi di dalam motornya. 

Lidya berkata ke Tomasz bahwa ia tidak mendeteksi makhluk hidup di area sekitar! Manusia? Hewan? Hanyalah warna hijau dan merah saja yang bisa ia amati , itupun bukan makhluk hidup, melainkan pantulan radiasi panas yang tertangkap kamera. Lidya bercerita ke Tomasz bila matahari bisa saja mengeringkan tanah hingga tidak subur akibat air yang cepat menguap oleh panas dan akan mempengaruhi visual di dalam kamera thermal tersebut. Lidya sampai menutup kameranya dan memperingati Tomasz bila kondisi di sekelilingnya sudah tidak mendukung lagi. 

Kamera pendeteksi panas tersebut akhirnya Lidya masukkan kembali ke dalam bagasi motor dan ia membiarkan Tomasz untuk memikirkan dirinya sendiri. Merasa diremehkan, ia akhirnya mengendarai Lidya untuk mendekati dan menghancurkan teluh-teluh membahayakan jiwa dan raga tersebut. Perasaannya bercampur aduk semakin ia mendekati zona berisi teluh terkutuk tersebut. Perlahan namun pasti, ia mencoba meyakinkan dirinya untuk mengarungi lautan terdalam. 

(Waktu tidak diketahui, tempat tidak diketahui, hujan deras).

Tak jauh dari Tomasz, ada sebuah mobil Toyota Avanza dengan kaca hitam legam hendak menembus hujan. Komjenpol Karso, disupiri oleh seorang anggota BRIMOB, mengemudikan mobilnya dengan kecepatan konstan 40 kpj ditemani dengan asap cerutu segar dari mulutnya. Selagi disupiri, Karso bercerita ke anggota BRIMOB ini mengenai kakaknya dan bagaimana ia dan kakaknya memiliki perbedaan sikap terhadap pelaku kejahatan. 

Lihat selengkapnya