Tomasz, pemburu kuda besi

Adi Windardi
Chapter #13

Bab 12_Menara Seribu Tangisan.

 (Di dalam Menara Panopticon, tengah malam).

Sambil berlari, Tomasz merasa ada yang ganjal di menara ini, sehingga ia melihat sekelilingnya dan memanggil Kertawirya... yang sayangnya tak kunjung menjawabnya. “Kertawirya! Kertawirya! Di mana kamu berada!” teriaknya menggaung di ruangan sempit dan lembab ini. Langkah kakinya terdengar hingga ruangan sebelah.

Lengah, seseorang di belakangnya pun menepuk pundaknya dengan telapak tangan yang dingin dan ia pun menoleh.

“(Menjerit), Ada Dekathlon!”

Dekathlon muncul di belakangnya dengan topeng tanpa wajah, membuat Tomasz menjerit dan secara spontan mengaktifkan sihir penyerang. Merasa terancam, Dekathlon pun mengaktifkan sihir perisai yang menganulir serangan Tomasz. Sihir listrik yang dihasilkan oleh batu sihir dan imajinasi manusia sebagai katalisnya, membuat Dekathlon melakukan transmutasi dengan mengubah batu sihir yang ia miliki menjadi pedang. Terpojok, Tomasz pun membalasnya dengan pistol semi otomatis dengan peluru 9mm. Ia menembaki perempuan tersebut dengan hasil yang nihil. Menangkisi serangan dari pistolnya Tomasz, Dekathlon mengubah batu sihir yang ia pegang menjadi perisai yang melindunginya dari pistol berkaliber kecil dan mematikan itu.

Merasa bila Tomasz melakukan hal yang menyita waktunya, ia pun berkata,

“tak kusangka bila penyihir sepertimu masih menggunakan senjata api? Dasar pengecut!”

Panik, Tomasz pun menggunakan batu curian miliknya dan mengubahnya menjadi beragam serangan sihir yang menguras unsur sihir Dekathlon. Memaksanya untuk melepaskan jaket yang ia pakai dan memperlihatkan pakaian yang cukup terbuka. Area sekitar perutnya tidak terlindungi oleh dingin ini membuat Tomasz bertanya apa yang akan Dekathlon lakukan dan Dekathlon menjawab bahwa ia ingin menyerap unsur sihir dari perutnya. Tomasz menutup matanya karena tidak mau pingsan melihat udelnya Dekathlon.

Dekathlon mengambil kesempatan ini untuk melukai Tomasz dengan sihirnya dan memaksa Tomasz untuk memakai sihir penyembuh dan pelindung secara bersamaan. Menyebabkan terkurasnya bebatuan yang Tomasz miliki lebih cepat dari perhitungannya. Agak perih ketika ia mengetahui bila sihirnya tidaklah berarti apa-apa di depan Dekathlon.

“Ayolah, cebol! Apa salahnya menyerah dan mengaku kalah?”

“(Menjerit), Kembalikan motorku! Aku tidak akan mundur tanpa motorku?”

“(Menggunakan suara lembut) Motor? Apa maksudmu? Ini bukanlah masalah motor! (Dengan nada tinggi), ini masalah harga diri!”

“Kawasaki Ninja itu motorku, tahu!”

“Iya?”

“Dan Giorgu #### itu telah mencuri apa yang menjadi kejayaanku sebagai kurir!”

“Terus?”

“Kembalikan!”

JDUAR! Jelita pun muncul di hadapan mereka berdua di tengah pertarungan. Merasa bahwa stok batu sihirnya semakin tipis, Dekathlon pun kabur.

“Halo, Dekathlon! Lama tak berjumpa! (melambaikan tangan)”

“Yah, aku kabur aja, deh! Kemungkinan aku menang melawan mereka berdua akan semakin menipis!”

Lihat selengkapnya