PEREMPUAN bisa benar-benar serba salah, kalau mereka mau bertemu dengan orang yang disuka.
Baju merah. Potongannya terlalu norak, Toni nanti bilang Kinan kampungan.
Baju hijau. Ohh! Mencolok. Toni bisa 'silau' lihatnya.
Apa?
Mana yang harusnya Kinan pakai?
Hadap cermin, muka juga terlihat kusam. Kinan memegang wajahnya sendiri, membayangkan Toni yang terlihat sangat bersih dan rupawan. Sedang dia?
Kinan menunduk lesu di depan cermin. Dia selalu tampak bodoh setiap kali di dekat Toni. Belum, masalah penampilannya. Kadang dia merasa seperti Upik Abu kalau di dekat cowok satu itu.
Ah, mungkin make up bisa membantunya.
Mengambil pemulas pipi, Kinan diam sebentar. Matanya mengamati lagi tiap sisi wajahnya. Haruskah dia pakai perona pipi tersebut?
◆○◆
Kinan turun dari angkutan umum. Untuk bisa sampai ke Kafe Star dia harus menyebrang terlebih dulu.
Beberapa remaja laki-laki bergaya Emo--perpaduan antara Punk dan Gothic menggodanya.
Kinan jadi sedikit risih, mungkin blush on warna peach yang dia gunakan hari ini, membuatnya kelihatan menor.
Dia mempercepat langkah. Saat sampai di depan kafe, langsung mendorong pintu dan masuk ke dalam.
Napasnya terengah-engah, karena buru-buru.
Toni tengah duduk di sebuah bangku bulat, dengan segelas lemon tea menemani. Ketika Kinan mendekat ke arahnya,Toni melongo beberapa saat.
"Hai!" Kinan menyapa. Dia berikan senyum yang kaku di hadapan Toni. Dalam hati juga berharap, Toni mau memujinya.
Toni masih memandang Kinan, sedang yang dipandang jadi salah tingkah dan terus mengalihkan pandangan.
"Asisten?" tanya Toni dengan ekspresi heran. Sesaat kemudian Toni terkekeh melihat gadis itu menunduk malu. "Apa-apaan ini? Lo pakai make- up?"
Senyum pudar seketika di wajah Kinan.
"Gue kira lo tadi, ibu-ibu mau arisan." Toni meledek.
Kinan kecewa. Memang begitu lucu atau jelek sampai Toni mentertawainya begitu. Rasa percaya diri langsung hilang sembilan puluh sembilan persen.
"Eh tapi, mau penampilan lo gimana, yang penting kerjaan lo beres." Toni menyudahi tawanya. "Kita pergi sekarang!" Dia mengajak Kinan.
Kinan memandang pintu kaca yang memantulkan bayangannya dan Toni. Toni memang keren, hanya mengenakan kaus tangan panjang dan celana jeans saja, dia sudah terlihat menawan.
Keputusan bodoh. Niatnya mau tambah cantik di hadapan Toni, malah diejek.
Kalau boleh, dia mau cari air untuk membasuh wajahnya.
◆○◆