ESOK HARINYA. Maya menemui Kinan ketika jam istirahat, di sekolah.
"Ntar pulang sekolah, lihat anak cowok latihan basket, yuk!" ajaknya.
Kinan memasukkan bukunya ke dalam tas sebelum menjawab Maya. "Enakan pulang, terus tidur."
Maya memberengut. "Gue serius, nih!" katanya.
"Aku juga serius, May." Kinan menyandarkan tubuhnya ke belakang kursi. "Bener enak tidur. Soalnya, akhir-akhir ini aku susah tidur."
"Mikirin utang?" Seenaknya Maya bicara.
Jika baru mengenal sehari dua hari, Kinan pasti terkejut. Untungnya dia sudah lama kenal Maya.
"Bukan."
"Toni?"
Kinan menghela napas. "Ada yang beda dari dia."
Mata Maya membulat. "Apa?" tanyanya. "Apa dia bisa makan kerikil? Atau jangan-jangan kalau kentut gak bau, tapi wangi? Maya terkekeh. Dia baru berhenti tertawa ketika melihat orang yang duduk di depannya diam.
"Udah deh, Nan," sambung Maya, "naksir cowok jangan berlebihan. Kita, 'kan, masih sekolah. Jadi fokus utama belajar."
"Nggak tau, May. Tadinya mau fokus belajar, tapi enggak bisa."
Kinan menatap kosong ke depan. "Setiap lihat Toni, jantung ini rasanya mau copot. Kadang, aku ngerasa dia baik sama aku, kadang dia nyebelin, suka marah tiba-tiba. Tapi, aku selalu suka sama semua sikapnya."
Maya memukul meja. "Nah!" tukasnya, membuat Kinan terkejut."Pantes nilai lo tambah turun. Kerjaan lo mikirin Toni terus. Gue aduin Tante Maryam, loh!" ancamnya.
"Maya!" Kinan merengek.
"Ya udah, kalau enggak mau diaduin, berarti lo temenin gue!' Maya memaksa.
◆○◆
Aula basket. Para siswa yang tergabung dalam tim basket sekolah sedang melakukan pemanasan. Hanya satu orang yang belum kelihatan batang hidungnya. Prima.
Dia belum muncul karena Toni tidak mau pulang, dan memaksa untuk menonton latihan.
"Gue nggak usah latihan kalau gitu," ujar Prima. Dia mengenakan tas selempangnya dan mengajak Toni pulang.
"Sekali aja, Prim, lo enggak nekan diri lo terus."
"Gue punya tanggung jawab."
"Tapi lo juga punya hak untuk bebas!"
Prima tersenyum pahit. "Gue batal ikut basket."
Toni tak peduli. "Gue tetep mau lihat latihan!" tandasnya.
Ketika Toni tengah memikirkan cara agar Prima mau mendengarkannya, dia melihat Kinan dari kejauhan.
Dia bersama Maya, masuk ke dalam aula basket yang letaknya bersebrangan dengan kelas A.
"Yah!" Toni beranjak dari tempat duduknya. "Kelihatannya, lo gak perlu khawatir. Asisten gue ada di aula sekarang."
Kinan? Prima terkejut.
"Gue ke aula duluan!" Dia mendahului Prima.
Prima menahan Toni dengan mencengkram lengannya
"Gue latihan, tapi lo harus janji."