Toni's Secret

Yurlian
Chapter #20

Sakit

DARI kemarin, Prima banyak diam pada Toni. Dia akui, memang tidak pantas bersikap begitu. Namun, perlu waktu untuknya melupakan sikap Kinan kemarin.

Jam enam lebih, Toni belum turun untuk sarapan. Kalau begini mereka bisa terlambat ke sekolah. Mau tidak mau, Prima menemuinya.

"Toni!" Dia mengetuk pintu kamar Toni. "Lo mau sekolah, enggak?"

Beberapa menit mengetuk, tidak ada jawaban.

"Ton?" Prima tekan gagang pintu, menengok Toni di dalam.

"Ya, Tuhan!" pekik Prima. Dia bergegas masuk ke dalam, memeriksa kondisi Toni yang terduduk lemah di bawah tempat tidur. Wajahnya sangat pucat dengan darah terus mengalir dari hidung.

"Ton?" Prima gemetaran melihat kondisi temannya. "Tahan sebentar, gue bilang ke tante sama om."

Toni tidak menjawab apa-apa. Kepalanya sangat pusing dan seluruh tubuhmya terasa lemas.

Prima beranjak, untuk memberi tahu Jena dan Sandi. Namun, belum sampai ia keluar, langkahnya terhenti.

Menoleh ke belakang, Prima mendapati hal yang sangat mengejutkan.

Toni ... sudah ambruk, tak sadarkan diri.

°•°

Membuka mata, Toni merasa ketakutan dan bingung. Diihatnya sekitar lamat-lamat. Ruangan serba putih, tirai hijau, serta lantai yang berpendar terkena sinar lampu. 

Memegang bagian hidung, ada selang oksigen dan di pergelangan tangan menancap jarum infus.

Menghela napas. Dia lega karena masih hidup, rupanya.

"Toni? kamu sudah sadar, Nak?" suara lembut dari seorang wanita yang tak lain adalah Jena, ibunda Toni.

Jena kemudian mendekat. "Alhamdulillah, kamu sudah sadar."

Perempuan itu segera menekan bel untuk memanggil dokter, guna memastikan kondisi putranya.

Dokter datang tak berselang lama, memeriksa kondisi Toni.

"Berapa lama Toni di sini, Bu?" tanya Toni, usai dokter memeriksanya.

"Beberapa jam, Sayang, kami menemukanmu pingsan di lantai kamar." 

Jena diam sebentar. 

"Maafin Ibu, Nak, sudah lalai menjagamu."

Lihat selengkapnya