DI tempat yang tenang, dengan bunga-bunga yang tumbuh seolah memanjakan mata, Toni dan Kinan duduk bersama.
Indah. Sebentar Kinan memandang langit--biru dan sedikit ada awan putih. Entah kenapa, hari ini dia sudah tak begitu gemetaran lagi saat di dekat Toni.
Dua buah kursi bundar menjadi alas duduk mereka. Anak-anak yang lain bermain, ada juga yang duduk santai beralas rumput agak jauh dari mereka.
"Udah tau soal Prima?" Kinan membuka percakapan.
"Prima?" Toni mengernyit. "Kenapa sama dia?"
Oh, baru sadar kalau sedari tadi Toni coba hubungi Prima, tidak bisa.
"Dia berantem dengan Bian."
"Berantem?" Toni begitu terkejut. "Pasti Bian yang buat ulah!" Dia kelihatan kesal.
"Dia bela kamu, karena Bian mengejek kamu."
Cari masalah! Toni mengumpat.
"Terus, gimana?"
"Tangan Prima luka." Kinan menunjukkan raut khawatir. "Kamu harus janji, jangan buat Prima tertekan ya."
"Maksudnya?"
"Jangan tanya atau suruh dia apa-apa."
"Ck! Lo pikir gue gak punya hati?"
Kinan mendesah. "Sebetulnya Prima itu siapa?"
"Temen, yang udah gue anggap saudara."
"Tapi, aku ngerasa ada yang beda. Aku selalu lihat Prima ada di belakang kamu, hampir setiap saat. Dia selalu menyediakan apa yang kamu butuhin, bahkan kadang kamu ngomong kasar dengannya. Ada yang beda dengan Prima."
Toni mendecih, kemudian dia memutar badan sembilan puluh derajat dan tangannya membentang di belakang Kinanti. "Lo mulai perhatian dengan Prima. Kenapa? Lo mulai suka denganya?" Sebelah alis Toni terangkat naik, mengeluarkan tatapan mautnya.
"Toni jangan bercanda, aku serius!" Kinan mulai kesal. "Jawab aku, siapa Prima itu?"
Toni kemudian kembali pada posisi semula. "Baik! Gue kasih tau satu hal," katanya, "tapi lo harus jawab dulu pertanyaan gue."
"Apa?"
"Kalau gue ngajak lo nikah hari ini, lo mau gak?"
"NIKAH!" Kinan membelalakkan mata. Lelaki angkuh yang dia kenal ini, sedang membicarakan hal yang tidak masuk akal. "Mana mungkin, sekolah aja kita belum lulus."
"Gue mungkin enggak punya waktu sampai lulus ...," lirih Toni. Sesaat kemudian, dia menatap Kinan dalam-dalam. "Kalau lo mau, nikah dengan gue hari ini juga."
Tertegun sejenak, Kinan merasa candaan Toni kali ini begitu hebat. Dia ... seolah-olah, tulus memintanya menikah.
"Toni, jangan kelewatan kalau bercanda."
"Artinya, lo enggak mau menikah dengan gue. Enggak apa-apa."
Apa Kinan pikir sebelumnya, semua ini cuma lelucon. Namun, yang lebih Kinan butuhkan saat ini adalah jawaban.
Jawaban tentang apa yang terjadi dengan Toni hari ini dan hari-hari sebelumnya?
Kenapa dia bertanya tentang pernikahan sekarang?
Dan ... siapa Prima?