Alana
Fifteen.
Mana yang lebih tepat untuk dikatakan: aku sudah berumur 15 tahun atau aku masih 15 tahun? Kalau kukatakan aku sudah 15 tahun, akan ada yang berteriak, Hei, kamu masih muda, jalanmu masih panjang. Tapi, ketika aku berkata masih 15 tahun, bukankah artinya aku sudah hampir sepertiga dari setengah abad? Itu sudah cukup lama untuk aku seharusnya mampu berpikir apa yang bisa kulakukan untuk dunia ini bukan?
Fifteen. When we think we can love someone and worry too much about little things. Orang dewasa menganggap apa yang kita lakukan ini konyol. But we are more passionate than most adults. Seperti ketika kita diam-diam jatuh cinta pada umur 15 tahun. Orang dewasa akan menertawakan kekonyolan kita, tapi hei, percayalah, kita jauh lebih serius dan lebih tulus daripada siapa pun dalam mencintai seseorang. Ketika hal kecil tentangnya pun bahkan sudah mampu membuat kita bersemangat.
“Tahu gosip terbaru soal Kak Wingga, nggak?” tanya Jihan di UKS setelah lukaku sudah selesai ditutup dengan kasa.
“Pasti tahu, lah,” ujarku bersungut-sungut.
“Apa coba?”
“Tentang apanya dia, nih? Yang dia siap-siap pindah haluan OSN Kimia?”
“Ih, cupu. Itu udah berita lama. Pasti belum kepo Ask.fm-nya semalam, ya?”
“Hah? Apa memang? Cepet buka Ask.fm-nya.” Aku menyambar iPhone Jihan dari tangannya. Namun, dia menahannya kuat-kuat.
“Gue bacain!” ujarnya sinis. “Nih, ada anonim yang nanya: Kak, mau lanjut kuliah di luar negeri atau di Indonesia aja?”
Aku terbelalak. “Sumpah? Sumpah? Trus, doi jawab apa?”
“Rahasia!”
“Ih, sialan, ya. Jawabannya beneran rahasia?”
Jihan tertawa penuh kemenangan. Aku meliriknya dengan marah sampai mataku membulat seperti Suzanna. “Penginnya USA atau UK. Menurut anon mending yang mana?”
“UK-lah!” sahutku.