Alana
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah dua minggu liburan semester. Aku sangat-sangat-sangat excited menyambut hari ini. Tentu saja, dua minggu itu lama banget, lho, untuk nggak ketemu sama dia. Yeah, cuma sekadar ketemu. Eits, ralat lagi, mungkin lebih tepat sekadar melirik. Syukur-syukur kalau ada kesempatan memotret dia. It will be great.
Aku sedang berlari sekuat tenaga dari rumah menuju gerbang sekolah. Mungkin jaraknya hanya 200 meter dari rumah. Tapi, bel masuk sekolah sudah berbunyi, bahkan sebelum aku melewati gerbang sekolah.
“Setop, Pak, setop! Sebentar!” teriakku kepada Pak Royco, satpam yang sedang bersiap menutup gerbang sekolah. Sebenarnya, nama beliau hanya Pak Roy, tapi gara-gara kesukaannya terhadap sayur sop pakai Royco rasa sapi membuat kami menjulukinya Pak Royco.
“Cepat, Mbak Lana! Cepat!”
Tepat ketika aku sampai di gerbang sekolah, kulihat dia yang namanya tak boleh disebut sedang berjalan menuju lobi sekolah. Jangan ditanya, tentu saja aku mengenalinya hanya dalam satu lirikan singkat meski dari belakang sekalipun.
Aku menata napasku, berniat menyusul langkahnya agar setidaknya aku bisa melirik wajahnya. Saat aku hampir menyejajarkan langkahnya, tanganku meraih tas kamera yang tersampir di lengan kiriku, mengambil kamera dan menyalakannya. Karena hidupku tidak bisa berjalan lancar tanpa membawa kamera ke mana pun, aku selalu membawa kamera digital paling mungil yang aku punya, Sony Alpha 5000 milikku, bahkan ke sekolah.