Topeng: Macam-macam Kepalsuan

Tira Riani
Chapter #9

CHAPTER 9 Business Plan

Tono memberikan 3 blue print ke masing-masing pasangan, ia berdiri mentap teman-temannya seraya mengambil spidol whiteboard, tangannya membetulkan letak kacamata batinnya berbisik 'sudah lama aku tidak melakukan ini' ia pun menggambar beberapa pola di witheboard,

"Baiklah mari kita mulai!" 

Tono pun menjelaskan secara rinci isi proposalnya,

"Jadi intinya kita akan melobi 3 fasilitas penting yang pertama sekolah atau kepala sekolah perihal lahan kosong di samping sekolah yang tidak dipakai, aku serahkan tugas ini pada Areta dan Mia. Kemudian proposal yang kedua diserahkan kepada tempat penyewaan stand agar bisa menyewakan stand tanpa uang muka dan itu tugas Andi dan Angga, dan proposal terakhir untuk penyuplai barang, aku dan Kiyas akan pergi ke beberapa penerbit agar bisa menyuplai barang dengan pembayaran di akhir," semuanya terlihat menyimak dengan serius.

"Perlu aku tegaskan sekali lagi, bisnis yang akan kita bangun ini merupakan bisnis tanpa modal dengan pembayaran semua peralatan dan barang di akhir atau pascabayar."

"Gimana kalau kita teh malah rugi lagi?" Andi menatap Tono.

"Kalau itu yang terjadi paitnya kita akan mengembalikan barang yang disuplai dan membayar buku yang telah dijual, sedangkan keuntungannya kita gunakan untuk membayar sewa stand, semua sudah tertera dalam proposal. Tapi aku pastikan kita tidak akan rugi, analisis bisnisku selalu benar karena aku menggunakan analisis SWOT dan riset pasar seakurat mungkin, kita pasti akan untung." 

"Tapi emangna mereka teh bakal mau ngasih?" kini giliran Angga yang ragu "Kita kan pernah belajar seni bernegosiasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, gunakan itu".

Semua orang di sana terpana dengan seni berbicara Tono, kini pandangan mereka berubah Tono yang awalnya dianggap culun dan tak bisa apa-apa kini layaknya seorang jenius.

*****

Dua pria dengan tinggi 165cm berjalan bersama ke parkiran, "Tempat penyewaan stand paling deket jeung sekolah teh sekitar 2km. Rek ke sana wae?" tanya pria bersweater bernama Andi.

"Sabenerna urang teh masih ragu, urang takut rugi deui pasti nanti teh bakal keluar uang lebih banyak. Terus urang ge gak yakin tempat penyewaan teh bakal nerima ini proposal?" 

"Heem sih, tapi urang kan perlu pisan stand, kalo soal proposal mah urang yakin bakal diterima soalna bagus pisan, atau maneh punya ide lain Ngga?"

"Eum, sebenarna kalo cuma masalah stand mah bisa diakalan. Urang boga terpal jeung barang-barang nu geus teu dipake lainna." 

"Eh, urang ge ada barang yang udah gak dipake mah. Mamah urang kan punya toko kue, kemarin teh ada etalase, rak jeung kursi-kursi nu ek di jual ka rongsok." 

"Urang ge boga rak buku nu udah gak dipake mah, gede, cukuplah jigana buat buku mah Ndi."

"Oke, bawa dulu we besok barang-barangna, tapi kumaha cara ngarakit standna?"

"Gampang, ke ku urang diintruksiken" Angga yang memang pandai melukis dan bercita-cita sebagai arsitek sudah memiliki gambaran stand unik seperti apa yang akan dibuat dari barang bekas tersebut. Akhirnya mereka pun pulang tanpa memberikan proposal itu kepada toko penyewaan stand, namun sebagai gantinya mereka mulai mengumpulkan barang bekas yang bisa berguna untuk membuat stand.

*****

"Kenapa masih berdiri?" 

"Um, bisakah kita menggunakan transportasi umum saja?" mendengar penolakan itu Kiyas turun dari motornya kemudian menggeplak kepala belakang pemuda itu membuatnya sangat terkejut.

"Lo gak percaya gue bisa ngendarain ini motor?" gadis berambut panjang bergelombang itu menepuk CBRnya.

"Ya, dan aku lebih tidak nyaman dibonceng perempuan" Kiyas memutar bola matanya baru kali ini ia bertemu dengan laki-laki sejujur Tono. 

"Yaampun, lo tau gak?" 

"Tidak" 

"Ish, jangan nyela kalo gue lagi ngomong! Nih ya, asal lo tau gue ini ratu jalanan. Banyak balapan liar yang udah gue taklukin. Jadi, gue tersinggung sama keraguan lo. Lagian ya kalo naik angkot lama, ini udah sore kantornya keburu tutup!" 

"Ya gak naik angkot juga, kita naik taksi saja biar cepat."

"Wuih, dari kalangan elit mana lo anak sekolah mau naik taksi, gaya banget."

"Bukannya memang siapapun bisa naik taksi, sudah biasa kan termasuk anak SMA? apa yang salah?"

Kiyas berdecak "Ck, sadar Tuan muda, ini di Kabupaten Bandung bukan Kota Jakarta!"

"Hm, mau nyangkal tapi bener juga. Kalo gitu biar aku saja yang bawa, mana kuncinya?" Kiyas menatap Tono "Lo masih gak percaya sama gue?" 

"Lebih tepatnya aku masih sayang nyawaku", tanpa basa-basi lagi Kiyas menaiki motornya dan melaju ke luar gerbang sekolah.

“Yaudah, kalo lo gak mau ikut, jalan kaki aja tuh ke ujung jalan sana, tungguin angkot sampe dapet,” si tuan muda mengerjap tak percaya, beberapa saat kemudia ia menyusul ke luar gerbang.

Pada akhirnya dengan terpaksa Tono menaiki motor Kiyas, dan tanpa diduga gadis itu melajukan motornya dengan sangat cepat membuat si pemuda memegang erat jaket yang dipakai si pengemudi. Setelah sampai di parkiran sebuah perusahaan penerbitan yang cukup besar, si tuan muda turun dengan pandangan melongo. Ia masih mengumpulkan nyawanya dan berusaha meyakinkan diri kalau ia masih hidup.

“Woi, ayo! Jangan bengong” Kiyas beranjak pergi, namun ia kembali lagi,

“Jangan lupa lepas helmnya!” sembari menggeplak lagi kepala belakang Tono, si pria kemudian melepas helmnya dengan kasar sembari mengumpat “Dasar Psycho!”.

Setelah masuk gedung mereka segera menemui resepsionis dan mengatakan sudah memiliki janji dengan manager di sana yang memang sudah dihubungi Tono sebelumnya. Menunggu cukup lama mereka pun bertemu dengan pak manager di ruangannya.

Ketika Kiyas berdiri dan hendak ikut Tono menghentikannya dan menyuruhnya untuk menunggu, si gadis yang memang bersifat bodo amat duduk kembali dan menunggu teman prianya. 

*****

Seorang pria paruh baya membolak-balikan kertas dari proposal yang dipegangnya ia membacanya dengan saksama kemudian menatap anak muda yang berseragam rapi dan berkacamata di hadapannya. Pandangannya meremehkan, ia kemudian menaruh proposal itu di mejanya.

"Proposalmu bagus, tapi apakah benar kamu yang menulisnya?"

"Tentu saja pak, saya juga sebelumnya telah melakukan riset lapangan dan riset pasar dan hasilnya seperti yang telah tertera di proposal itu", pandangan pak manager itu masih meragukan.

Lihat selengkapnya