Topeng: Macam-macam Kepalsuan

Tira Riani
Chapter #7

CHAPTER 7 Aku Cerdas

Bau apek menyeruak ketika pintu masuk sebuah rumah tua dibuka, debu-debu saling memadati tiap inci ruang tersebut jaring laba-laba saling bergantungan meminta untuk ditarik oleh ijuk panjang.

Lebih dalam dari ruangan itu sangat jauh berbeda. Kursi bekas ditata rapi di tengah ruangan terdapat karpet dan di setiap sudut terdapat barang-barang bekas, bisa dikatakan cukup rapi dan bersih. Di kursi-kursi bekas itu Tono duduk menghadap 3 orang pemuda yang dikenal sebagai preman sekolahannya. 

"Kenapa mereka teh ngeganggu maneh? Apa maneh dibully?"

"Aku tidak tahu" Tono masih dengan sikap dinginnya, dalam hati ia mengingat semua ucapan Areta tentang geng ini.

'Apa ini tempat nongkrong mereka? Apa di sini juga tempat mereka melakukan kegiatan bebas, tapi mengapa aku tidak menemukan bekas botol minuman?' mata Tono yang menelusuri tempat itu akhirnya bertemu dengan mata pemuda yang ia anggap sebagai ketua geng.

"Nyari apa maneh teh?" pemuda yang ditakuti se SMA Elang itu mengibaskan tangannya ke wajah Tono hingga ia tersadar. 

Tiba-tiba segerombolan anak datang dari arah belakang rumah.

"A, atos beres sekolahnya?" 

"Eh, Joni kumaha Jon hari ini?" 

"Alhamdulilah a rada rame" 

"Syukur atuh nya, nu lainnya di mana?" 

"Masih di jalan a, mau nyusul katanya teh" 

Tono memperhatikan mereka satu persatu. Anak yang diketahuinya bernama Joni terlihat berusia 7 tahunan anak itu berpenampilan kumel dengan baju yang terlihat buluk, kulit hitam dan berpakaian seadanya serta anak-anak lain yang sedang mengantre pada salah satu anggota geng yang disebut 3 Devils dengan menyerahkan uang.

Saat itulah ia kembali ingat ucapan Areta tentang pemalakan anak jalanan, dan sepertinya mereka menggunakan cara yang licik sehingga anak-anak itu tidak merasa kalau dirinya sedang diperas dan justru terlihat akrab. 

"Ini teh siapa a?" anak kecil itu menunjuk Tono.

"Oh, ieu teh temen baru aa, namanya" pemuda itu menatap Tono yang terdiam.

"Namina siapa a?" Joni kembali bertanya seraya mendekat.

"Nama?" bocah itu mengangguk.

"Tono" akhirnya sebuah suara keluar juga.

"Oh a Tono, aa nanti teh ngajar apa?" mendapatkan pertanyaan seperti itu si tuan muda mengerutkan keningnya.

"Eh, ieu temen aa mah cuman main aja, dia mah moal ngajar. Geus, jangan banyak tanya gabung tuh jeung nu lain, si a Raka udah mau mulai."

"Muhun a" anak itupun menghambur ke tengah ruangan. Di sana terdapat 6 anak jalanan lainnya yang tengah duduk menenteng buku, sedangkan di depannya Raka salah satu anggota geng itu sedang menulis perkalian di papan tulis.

Melihat hal itu Tono semakin bingung. "Urang tau, maneh pasti geus denger gosip tentang geng 3 Devils, makanya dari tadi cicing wae kan?" Tono kini tak bisa mengelak dan ia tetap mempertahankan sikap dinginnya "Maneh teh ngerti Bahasa Sunda kan?"

"Sebenarnya tidak, aku hanya menerka dari tiap pembicaraan" jawaban itu membuat Aron si ketua geng menghela nafas. 

"Heg yeuh dengerin, tuh itu Malik, Irpan, Asep, yang pake baju ultramen Ikhsan, yang pake baju upin-ipin Dika, yang tadi Joni. Mereka teh baru 9-11 tahunan, tapi karena keadaan ekonomi mereka teh putus sekolah akhirna jadi anak jalanan. Aku, si Raka jeung si Reno teh cuma ngebantu ngajarin pelajaran SD supaya mereka bisa baca tulis jeung ngitung" mendengar itu Tono cukup terkejut.

"Ron, hari ini barudak teh menang lumayan, resep yeuh saremangat" pria yang tadi menerima uang dari anak-anak itu menyerahkan sebuah buku dan lembaran uang recehannya.

"Alus atuh, mereka teh memang kudu lebih semangat deui" menyadari pemuda di depannya masih menatap dengan ragu-ragu, Aron kembali menjelaskan.

"Jangan salah paham, arurang mah bukan malak. Yeuh lihat geura" pria beralis tebal itu memberikan sebuah buku besar yang berisi rincian nominal yang tak seberapa di antara nama-nama yang diketahui adalah nama anak jalanan itu.

Selain itu Aron juga memberikan sebuah buku rekening yang jumlahnya juga tak seberapa bagi Tono "Apa ini?"

"Barudak, nitipin uang hasil ngamen, ngarongsok jeung babantu di pasar buat beli peralatan sekolah jeung seragam. Nya walaupun keadaan mereka teh serba kekurangan tapi semangat belajarna mah masih tinggi."

Kini teman Aron yang berambut kriting bernama Reno menjelaskan, Tono memperhatikan buku, rekening, serta anak-anak itu bergantian. 

Ada dua persepsi yang tumbuh di pikirannya sekarang. 

Persepsi pertama menguatkan prinsip ketidakpercayaannya pada dunia, ia menilai bahwa realitas ini merupakan bukti bahwa di manapun dusta selalu ada, perkataan Areta serta desas-desus mengenai geng 3 devils adalah suatu judge yang bisa membahayakan orang lain, kebohongan yang diciptakan hanya karena memandang seseorang dari satu sudut pandang apalagi orang baru seperti dirinya pasti akan mudah terpengaruh.

Persepsi kedua meyakini pepatah bahwa 'Dont judge by cover' itu sangatlah penting dan nyata. Aron dan teman 3 devislnya terlihat sangar dengan penampilan berantakan.

Lihat selengkapnya