Tahun 2004.
“Rie...Tungguin gue donk! Gila ya baru juga sembuh langsung lari-lari aja!” Niken berhenti sambil memegang kedua lututnya, berusaha mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan. “Woiii…ini kan udah mau bel. Gue nggak mau telat!” Torrie ikut berhenti persis di belakang gerbang sekolah SMAnya.
“Hahaha…” tiba-tiba tawa Niken meledak, sangking gelinya ia sampai memegang perutnya. Torrie langsung mendekati Niken yang masih tertawa.
“Kenapa lo?” tanya Torrie keheranan. “Lagian sih elonya nggak masuk lama banget makanya nggak tau kalau masuk sekolah sekarang diundur jadi jam setengah delapan.” Niken masih menahan tawanya.
“Sialan lo! Kenapa nggak bilang dari kemaren-kemaren!” Torrie sambil berkacak pinggang.
“Duh cewek satu ini. Salah sendiri, kenapa nggak nanya-nanya?” Niken mengejek dengan menjulurkan lidah dan lari menuju ke kelas. “Huh dasar! Tunggu pembalasanku!” Torrie ikut berlari mengejar Niken sambil mengepalkan tinjunya.
Tiba-tiba Torrie merasa sulit bernafas dan memegang dadanya. “Tunggu Nik, dada gue sesek…”. Niken langsung membalikan badan dan berlari menuju Torrie, “Tuh kan Rie. Gue bilang apa? Lo jadi kena serangan kan sekarang!”
“Kena tipu lo sekarang! Hahaha… Masa nggak bisa bedain orang sehat ama sakit!” Torrie berjalan tenang mendahului Niken yang masih panik. Bahkan untuk sekian detik Niken terdiam, ia mengira Torrie benar-benar kambuh.
“NGGAK LUCU TAUK!!!”
Hari pertama sekolah setelah seminggu lamanya ia tidak sekolah, untuk Torrie adalah sangat berat karena ia harus mengejar ketinggalan-ketinggalannya. Untung ada Niken sobat setianya yang cukup banyak membantunya selama ini. Niken sudah tahu tentang keadaan Torrie, yang cukup menderita sejak ia masih kecil.
Torrie, si mungil yang tingginya 150 cm (ngggak kurang, nggak lebih), badannya kurus dan lemah, gampang sakit gara-gara sebuah penyakit. Tapi di balik itu ada sesosok jiwa yang kuat dan nggak gampang nyerah. Hal ini hanya sebagian kecil orang saja yang tahu.
Niken sudah mengenal Torrie sejak SD, mereka selalu di sekolah yang sama, dan kebetulan sekarangpun mereka sekelas. Mereka selalu bareng berdua, makanya sempet digosipin lesbian. Niken itu peduli banget sama Torrie, dia itu yang paling cerewet kalo Torrie kenapa-napa. Niken juga sebenernya cantik dan banyak yang mengejarnya hanya saja dianya agak cuek.
“Torrie lo yakin udah nggak papa?” tanya Niken cemas karena Torrie mau pergi ke kantin. “Tenang aja, gue yang tanggung jawab kalau ada apa-apa! Lagian siapa yang mau jajan? Gue bawa bekal kok. Lagian gue cuma mau traktir lo aja kok. Mau nggak?”