Torrie & the Prince

Bexsia
Chapter #4

BAB 3

Otak Torrie sudah berpikiran buruk tentang cowok ini. Torrie takut dia hanya mencari masalah dengan Torrie, padahal sekarang Torrie sudah tidak punya tenaga lagi untuk berantem, apalagi sekarang Torrie mulai pusing dan berkeringat dingin akibat teriknya panas matahari yang sengit di rembang tengah hari.

“Mau apa lo ke sini?? Mau ngejek ya?” tanya Torrie yang mulai pucat.

Bukannya menjawab, itu cowok malah bergerak ikut berlutut di sebelah kanan Torrie.

“Heh! Ngapain lo?!? Nggak usah sok solider deh, pake ikut-ikutan berlutut segala.”

Cowok itu hanya menatap Torrie dengan wajah dingin, Torrie paling nggak suka dengan orang yang bertipe seperti ini, diam saja kalau ditanya.

“Lo itu bisu ya? Apa tuli?... Ok, what ever! Mendingan elo jauh-jauh dari gue.” Torrie sudah cukup kesal dengan kebisuan cowok itu. Torrie sempat berpikiran, jangan-jangan dia bener-bener bisu dan dia menyesali ikut berlutut karena mendengar ocehan Torrie.

Namun Torrie juga cukup pusing bahkan sangat pusing sekarang, matanya sudah berkunang-kunang. Mukanya sangat pucat. Dunia seakan berputar-putar di hadapannya dan tubuhnya tiba-tiba terasa sangat ringan.

Bel pun berbunyi tanda pelajaran akan dimulai. Niken nggak tega ninggalin Torrie yang pucat, tapi apa boleh buat, ia harus masuk ke kelas. Tepat saat Niken membalikan badan menuju ke kelas, saat itu ia mendengar teriakan orang-orang.

“DIA PINGSAN!!!”

Begitu Niken menoleh, ternyata Torrie sudah tergeletak di pangkuan Auggie. Semua orang ikut terkejut, bahkan yang ada di dalam semuanya keluar untuk melihat apa yang terjadi.

Auggie langsung menggendong Torrie. Niken yang tiba-tiba sudah ada di samping Auggie, bingung harus berbuat apa karena panik.

“Di mana UKS-nya?” Auggie bertanya pada Niken.

“Ikut saya, Kak.” Niken langsung menunjukan letak UKS. Guru-guru pun ikut mengerumuni mereka.

Begitu masuk UKS pintu langsung ditutup karena buanyak anak yang mau lihat Torrie, di ruang UKS hanya ada dua guru, Niken, dan Auggie. Torrie langsung dibaui minyak kayu putih agar sadar. Niken melihat Auggie bakal keluar dari ruangan itu, ia harus berterima kasih atas nama Torrie. “Makasih ya, Kak.”

Seperti biasa Auggie hanya mengangguk kecil, bedanya sekarang dia agak salting (salah tingkah) dan pucat. Niken baru sadar, muka Auggie berubah pucat semenjak Torrie ada di pangkuannya, jangan-jangan ketularan pucatnya Torrie.

Ah, ada-ada aja. Masa di saat kayak gini gue masih sempet berpikiran konyol…

Tidak lama kemudian, Torrie pun akhirnya sadar. Tadinya Niken dipaksa salah seorang guru untuk kembali ke kelas tapi dianya aja yang tetep ngotot untuk tetap tinggal. Kedua guru itu akhirnya meninggalkan dua sahabat itu.

“Jangan natap gue kayak gitu donk! Gue nyadar kok kalau gue itu salah dan emang bego.” Torrie menyesal.

“Jujur aja ya Rie… gue ngerasa akhir-akhir ini, elo itu udah berubah. Lo tuh, jadi aneh banget. Sering marah-marah nggak jelas, terus selalu ngomong pengen hidup normal dan masih banyak lagi. Gue… Ah, udahlah nggak usah dimongin lagi. Yang penting sekarang lo udah nggak papa kan?”

“Ya ampun, Nik. Lo jangan jadi nyokap kedua gue donk. Gue nggak papa lagi. Eh iya, ngomong-ngomong soal nyokap… Please ya jangan kasih tau nyokap soal ini..” Torrie memohon dengan amat sangat.

“Iya…iya. Tau nggak?” kebiasaan buruk Niken bertanya tanpa ada keterangannya.

“Tau!”

“Emangnya lo tau apa? Sok tau banget.”

“Lagian lo-nya juga nanya nggak jelas gitu. Emangnya ada apa lagi?” Torrie menatap Niken penuh curiga karena Niken tiba-tiba tersenyum penuh misteri.

“Tadi ada adegan romantis. Begitu lo pingsan, orang pertama yang nolong lo itu si Auggie…” Niken langsung nyerocos tentang bagaimana Torrie pingsan sampai di bawa ke UKS, pokoknya ceritanya komplit banget, sampai-sampai mukanya Auggie yang pucat pun diceritain juga.

“Jadi yang namanya Auggie itu yang mana, Nik?” Torrie bertanya dengan polos.

Lihat selengkapnya