Torrie mulai berkeringat dingin. Dia lupa akan perbuatannya kemarin sangat memalukan. Dia takut teman-temannya pasti akan mencemoohnya lagi, bahkan kejadian kemarin bisa dijadikan bahan ejekan.
“Ayo, Rie… turun donk dari mobil. Papi udah telat! Manalagi mobil di belakang pada tan-tin-tan-tin! Apapun masalah kamu, harus dijalani dengan tenang, satu lagi tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan pelahan.”
Torrie mengikuti saran papinya sebelum keluar dari mobil. Papinya sepertinya selalu bisa membaca pikiran Torrie. “Thanks ya, Pap!” Torrie melambaikan tagannya ke mobil papinya.
Begitu Torrie melangkah ke pintu masuk sekolah, ia merasa seluruh penjuru sekolah seperti menatapnya. Mungkin ini hanya khayalannya saja, tapi…nggak…ini nyata! Sunggguh sangat tidak nyaman setiap gerak langkahnya diawasi oleh setiap mata. Seolah-olah mereka ini benda mati yang mempunyai mata yang bisa bergerak saja, dan Torrie hanya satu-satunya manusia di sana.
Untung penyelamat dateng, Niken, yang langsung memecah kesunyian. “Hueiyou! Pagi, Tuan Putri.” Niken mengucapkan salam mereka. Orang-orang di sekitar mereka mulai melepaskan pandangan mereka dari Torrie dan melanjutkan aktivitas mereka.
“Hueiyou juga! Nik sini bentar, gue ngerasa ada yang janggal sama anak-anak ini.” Torrie berbisik dan mengajak Niken ke daerah yang ngggak terlalu banyak anak-anaknya. Tiba-tiba ada cewek yang nggak terlalu Torrie kenal tersenyum padanya, karena merasa nggak ada orang lain di sana kecuali dirinya dan Niken (Niken membelakangi cewek itu), Torrie pun tersenyum kecil karena masih bingung.
“Eh, lo kok jadi senyum sendiri gitu sih?” Niken melihat di belakangnya sudah tidak ada orang, cewek itu sudah lewat.
“Tadi ada yang senyum sama gue, padahal…” belum selesai Torrie ngomong, ada cowok yang tersenyum dengannya, dan Niken pun melihatnya. “Nik lo liat sendiri khan, tadi orang-orang pada ngeliatin gue, sekarang senyumin gue, entar apalagi? Bisa nggak lo jelasin apa yang terjadi?”
“Ehm…sebenernya gue nggak tau pasti ini bener atau enggak. Denger-denger anak-anak udah pada tau permasalahan yang sebenernya. Kayaknya mereka juga jadi ngerti kenapa lo mau ngelakuin perbuatan kayak kemaren. Intinya, mereka mulai respek sama lo, mereka semua nggak akan nyebut-nyebut lagi anak emas.”
“Tunggu, lo tadi bilang respek? Gue nggak percaya? Nggak mungkin banget,” Torrie seakan tidak percaya akan apa yang baru saja Niken katakan, tapi Niken mengangguk tanda ia tak berbohong.
“Haii, Rie! Kemaren lo hebat banget deh! Gue salut, si Sheila itu emang harus digituin. Gue nggak nyangka….” Tiba-tiba ada Tiar yang langsung mendatangi Torrie, membuyarkan , setelah itu banyak cewek dan cowok yang mulai mendekati Torrie seperti itu. Mulai dari yang kasih salut, sampai yang bertanya soal pelajaran pula. Padahal Torrie yang seharusnya bertanya karena dia yang tertinggal pelajaran.
Ternyata bener, mereka mulai respek sama gue, tapi gue masih nggak ngerti, apa yang bikin mereka berubah? Dan sampai kapan ini akan terus berlangsung?
* * *
Torrie mulai bosan didekati teman-temannya, lalu ia mencari Niken. Pasti Niken ada di perpustakaan. Ternyata benar! Niken bakal lupa segalanya kalau sudah megang novel. Ada kebiasaan aneh Niken kalau lagi baca novel, bibirnya pasti ngikutin dialog yang ada di novel, terus mukanya juga sok ikut disesuaikan, seakan-akan dia adalah pemeran dalam itu novel. Orang yang baru ngeliat Niken lagi begitu, pasti mikir dia gila atau lagi latihan teater. Oh iya, dia juga ngambil ekskul (ekstrakurikuler) teater.
Pelan-pelan, Torrie mendekati Niken yang sedang duduk mojok di meja baca dengan fokus pada novel yang dipegangnya sambil melakukan kebiasaan anehnya dan…
“DOOR!!!”
Novel yang dibaca Niken terjatuh di meja baca, “Sialan, lo! Bikin jantung gue mo copot aja.” Tapi kemudian raut wajah Niken berubah menjadi tertarik dengan kehadiran Torrie, “Eh, lo pasti udah bosen ya ama anak-anak itu? Makanya lo nyariin gue, khan?”
“Dasar geer! Jangan ngomongin mereka lagi, tapi jujur aja gue lebih suka kehidupan gue yang dulu.” Torrie duduk sambil melipat tangannya di dada karena kesal.
“Tuh khan! Niken bilang juga apa.” Niken tadinya mau menggoda Torrie lagi, tapi waktu ngeliat muka males Torrie, Niken mengganti topik.
“Eh, lo udah say thanks belom sama Auggie?”