Torrie masih pusing dengan masalah Auggie, dia masih nggak percaya ternyata pangerannya ada didekatnya dan dia adalah si Uggie itu. Torrie tersadarkan diri dari lamunannya, dari balik balkon tempatnya berdiri, ia melihat ada seorang cewek yang berlutut di depan tiang bendera.
“Nik, itu si Sheila?”
“Ya, iyalah!”
“Lho! Bukannya harusnya dia dihukum dari kemaren-kemaren?”
“Kemaren gue sempet nguping waktu ngambil buku tugas di kantor guru, Sheila minta keringanan. Dia ngerasa hukumannya terlalu berat. Dasar manja, lo aja nggak proteskan? Masih untung dia, pagi-pagi gini dihukum, nggak terlalu panas, terus…Rie? Eh, mo ke mana Rie?” Niken yang keasyikan cerita, bingung karena yang diajak ngomong menghilang dari sisinya dan ternyata Torrie berjalan menuju tangga. Niken menyusul.
“Mau ke sana!”
“Ya, ampun, Rie. Jangan nyari masalah lagi deh. Elo itu nggak kapok ya?”
Torrie tetap tidak menghiraukan Niken, ia terus berjalan menuju lapangan upacara. Torrie berhenti sekitar 1 meter dari Sheila. Sheila memandang remeh Torrie.
“Mau apa lo?! Mau nyari masalah? Ayo! Atau jangan-jangan mau ngetawain gue. Gue udah kebal, dari tadi semua anak ngeliatin gue. Dan gue sama sekali nggak nyangka kalo elo berani-beraninya laporin gue, padahal khan bukan gue yang nyuruh elo untuk ngaku!” Sheila memalingkan wajahnya dari Torrie.
“Sorry, La. Gue ke sini nggak mau nyari ribut. Gue mau minta maaf. Suueer bukan gue yang bikin lo dihukum. Lagian gue juga capek kalo harus ribut terus, gue nggak pernah ada dendam kok sama elo. Gue nggak mau ada dendam di antara kita. Please?” Torrie memberikan tangannya ke Sheila untuk dijabat, tapi tidak dihiraukan Sheila. Perbuatan Torrie ini menarik perhatian orang, hampir seminggu ini, ia selalu membuat semua orang tertarik melihat apa yang akan dia lakukan.
Lama sekali tangannya tidak dijabat, Torrie mulai pegal. Semua yang menonton pun ikut deg-degan, apa yang akan terjadi nanti. Ternyata tangan Torrie disambar, tapi bukan oleh tangan Sheila melainkan tangannya Auggie. Ia menarik tangan Torrie sambil berteriak ke Sheila.
“Bukan dia tapi gue yang ngelaporin elo dan bikin elo dihukum! Awas kalo elo berani macem-macem ama Torrie. Abis lo!” setelah itu Auggie membawa Torrie menjauh dari lapangan. Ia membawanya ke toilet cewek yang kebetulan kosong.
“Elo itu bego? Tolol? Atau goblok sih? Yang salah itu dia tapi kok elo yang minta maaf?!” Auggie benar-benar kesal, mukanya memerah. Karena terlalu kesalnya ia mendekatkan wajahnya beberapa senti dari wajah Torrie. “Jawab!!”
Torrie malah menangis, bukan karena takut. Tapi karena Uggie benar, ia memang bodoh, ia tahu Sheila pasti nggak akan mau baikan sama dia, eh dia malah minta maaf pula.
Niken masuk ke kamar mandi dan berusaha menenangkan Auggie. “Gie, sorry, tapi Torrie biar gue yang urus, elo keluar aja dulu. Biarin dia tenang dulu.” Auggie keluar dari kamar mandi dengan menggebrak pintu kamar mandi terlebih dahulu. Anak-anak yang udah nggak sabar melihat kejadian apalagi yang akan terjadi, menjadi takut akan kemarahan Auggie dan membubarkan diri masing-masing.
Torrie membenamkan diri dalam pelukan Niken, yang mengusap-usap kepala Torrie penuh dengan kasih sayang.
“Rie, elo udah tenang?”
Torrie mengangguk pelan.
“Ok, sekarang elo ceritain gue, apa yang terjadi sebenernya? Apa yang bikin elo nekat kayak gitu?”
“Gue bego, Nik! Gue tolol! Gue harusnya tau dia nggak akan mau baikan sama gue, tapi gue cuma pengen damai, Nik. Cuma itu.”
“Tapi dia itu sebel sama elo udah lama banget. Bahkan gue nggak habis pikir, kenapa dia bisa sebel banget sama elo?”
“Nik, gimana pun gue ikut andil dalam kasus kemarin. Coba gue nggak nyolot, kita pasti nggak tampar-tamparan kayak kemarin. Gue akhir-akhir ini selalu berbuat hal-hal yang bodoh !”
Niken memeluk Torrie kembali, “Ya udah, nggak usah dipikirin lagi, yang penting sekarang elo tenangin diri lo.”
“Eh, iya. Gue rasa si Auggie itu suka sama elo, lo liat sendiri khan? Mukanya yang merah karena nggak suka elo memelas sama Sheila.”
Entah bagaimana Torrie merasakan secercah kebahagian muncul dari kalimat terakhir Niken.
* * *
Lorong kelas Auggie berseberangan dengan lorong kelas Torrie, kedua lorong ini disatukan dengan lorong utama menuju tangga. Biasanya Torrie melewati kelasnya si Uggie kalau mau ke perpustakaan, tapi semenjak kejadian kemarin, Torrie jadi nggak enak kalau ketemu Auggie. Tapi mau nggak mau ia harus melewati kelas itu, karena Torrie harus mengurus kartu perpustakaannya yang hilang. Jadi Torrie memutuskan untuk keluar dari kelasnya menuju perpustakaan, sendiri, karena Niken lagi asyik mojok sama Simon.
Wajah yang sangat ia tidak ingin temui tiba-tiba muncul dari kelas 2 IPA 2. Torrie pura-pura nggak melihat, begitu pula dengan Uggie si pemarah itu. Pada saat mereka berpapasan, tiba-tiba ada bunyi ponsel. Mereka saling melihat curiga.
“HP lo, ya?” Mereka serentak. Tapi suara ponsel masih terdengar keras.
Masing-masing memeriksa ponsel yang ada di kantong. Ternyata kedua ponsel bunyi pada saat bersamaan dengan nada dering yang sama pula, mereka berdua ternyata juga lupa menonaktifkan nada ponsel di saat jam sekolah. Auggie mencari tempat yang nyaman untuk bicara, begitupula dengan Torrie.
“Kenapa, Mam?”