Pagi ini sangat indah, walaupun matahari belum terlalu menampakan senyumannnya yang khas. Aneh, nggak biasanya Torrie bangun sepagi ini, tapi kalau mau tidur rasanya tanggung. Yang lebih aneh lagi, ia belum pernah merasa sesehat ini…
Wah…jangan-jangan doa Torrie kemarin udah Tuhan jawab. Apapun jawaban Tuhan, Torrie bener-bener terima kasih banget sama Tuhan. Seenggaknya pagi ini Torrie merasa sangat-sangat sehat…
Torrie melihat kamarnya, dulu waktu lagi parah-parahnya, di sana selalu tersedia tabung oksigen, infus, dan berbagai selang yang nantinya akan dimasukan ke mulutnya, untuk membantunya bernafas (ventilator). Pokoknya di kamar Torrie ini, dulunya mirip ICU. Alat-alat itu baru hilang sekitar sebulan yang lalu atas permintaaan Torrie. Torrie nggak mau kamarnya terlihat seram dengan alat-alat itu. Melihat ventilator Torrie langsung merasakan deritanya tidak bisa makan, karena selang yang masuk ke mulut, dan tidak hanya itu ia menjadi sulit bicara. Sudahlah pantas saja Auggie traumatis, dirinya saja yang mengalami itu semua selama belasan tahun saja sangat tidak tahan.
Torrie turun ke bawah, ternyata sama sekali belum ada yang bangun termasuk Bik Sumi. Torrie baru ingat, mami papinya khan sedang nungguin opa di rumah sakit. Ini berarti, ia bebas melakukan apapun. Torrie melonjak kegirangan bahkan ia membuat gerakan pinggul ke kanan dan ke kiri. Kalau benar Tuhan mengabulkan permintaannya, Torrie nggak boleh menyia-nyiakan hari pertamanya, dan masih ada 2 hari mendatang yang menunggunya.
Sekarang masih jam 5 subuh, dia sangat ingin jogging di udara segar pagi ini, hal yang belum pernah dilakukan…
* * *
Hari ini, Torrie sangat bersemangat. Ia telah lari mengelilingi komplek. Wow luar biasa, jangankan lari komplek. Lari ke sebelah rumah aja, bisa-bisa langsung serangan. Bik Sumi jantungnya sampai mau copot nungguin Torrie di rumah, ia takut Torrie tiba-tiba kena asma. Hari ini benar-benar keajaiban Tuhan.
Karena mami masih di rumah sakit, urusan antar-mengantar Torrie dipercayakan pada Auggie. Torrie masih heran, kok mami bisa-bisanya mempercayakan Torrie padanya. Apa mami buta, masa mami nggak bisa lihat jenis motornya Auggie, bukan jenis motor yang lari nggak kurang dari 60km/jam. Khan aneh, gimana-gimana Torrie juga suka alergi sama udara Jakarta yang penuh dengan asap. Untung saja akhir-akhir ini Torrie agak sehat, bahkan hari ini, ia sangat sehat, jadi Auggie nggak tahu kalau dia punya sakit asma yang akut.
* * *
“Nik, gue nggak pernah ngerasa sesehat ini sebelumnya.”
“Eh, Rie. Gue udah bosen dengerin elo ngomong itu mulu. Tau-taunya entar asmanya kumat.”
“Nik, gue bener-bener sehat. Mau bukti?” Torrie langsung mengambil ancang-ancang lari, lalu lari mengelilingi lapangan basket dengan kecepatan yang sangat bagus. Niken sampai-sampai nggak percaya yang barusan lari itu Torrie.
“Gimana, Nik?” Torrie sampai di hadapan Niken dengan wajah yang ceria tanpa lelah sedikitpun.
“Entahlah, Rie. Yang jelas, elo bikin gue takut.” Niken berjalan menuju tangga ke lantai 2.
“Ayolah, Nik. Kita ke mall, seneng-seneng, have fun aja. Masa elo nggak mau ngabulin permintan sahabat lo sendiri?”
“Masalahnya permintaan lo itu aneh.”
“Hei, Nik, Vic!” Auggie lari mendahului mereka menuju tangga yang sama, tapi masih sempat menoyor kepala Torrie.
“Hahaha…”
“Jangan ketawa, Nik. Nggak lucu tau! Inilah satu-satunya sifatnya dia yang gue nggak suka.” Torrie melihat Auggie sudah menghilang dari tangga.
“Eh, Rie. Elo pergi sama dia aja. Khan kakak sendiri, pasti dikabulin apalagi dia nggak tau penyakit lo.”
Torrie menopang dagunya, dan memandang Niken sambil mengangguk.
“Jangan bilang kalo lo setuju sama usul gue?...”
Torrie tersenyum.
“Aduh, Rie. Please, jangan! Tadi gue cuma ngomong asal kok, jangan dipikirin donk.”
“Sama! Gue juga cuma bercanda kok. Tenang lagi aja, Nik”
Sebenarnya, Torrie berbohong supaya Niken nggak cemas. Ide Niken bener-bener brilian. Tujuan Torrie khan emang supaya nyadarin si Uggie, jadi dia memutuskan akan menghabiskan 3 hari ini bersama Auggie. Jadi, koin keberuntungan akan bekerja.
* * *
Istirahat ke-2, Torrie mencari si Uggie itu. Ternyata ia sedang bermain basket bersama dua temannya.
“Gie, bisa ngomong bentar nggak?” Torrie berteriak.
“Bentar ya, gue mau ke sana dulu!” Auggie pamit dulu sama temannya.
“Kenapa lagi?” Auggie mendatangi Torrie.
“Mau main nggak?”
“Main apaan? Lo ngajak kayak anak kecil aja.” Auggie mengelap keringatnya yang turun di dahinya.
“Jangan sebut-sebut kata kecil! Pokoknya asyik deh mainnya, apalagi untuk orang macam elo.”
“Ya, udah cepetan main apa?”
“Kita ngundi pake koin, siapa yang menang boleh minta apa aja. Asal sesuai kemampuan.”
“Boleh minta apa aja?” Auggie mengernyitkan dahinya. Dari reaksinya, sepertinya dia merasa tertantang untuk ikut.
“Yup, asal sesuai kemampuan.”
“Mmmm…Oke deh.”
“Gue punya koin, di depannya ada gambar kuda sedangkan dibelakangnya ada gambar kepala orang, gue gambar kuda, elo kepala. Deal?”
“Deal!”
Tanpa pikir panjang Torrie melempar koinnya, dan menangkapnya dan meletakkan di telapak tangan kirinya dan ditutup oleh tangan kanannya.”
“Kepala! Kepala! Kepala!” seru Auggie.
Ternyata begitu dibuka, adalah kuda, berarti Torrie menang.
“Curang nih! Ya udah mau lo apa?”
“Mana mungkin curang, lo khan liat sendiri gimana gue lempar itu koin. Gampang aja, abis nyampe di rumah nanti, elo siap-siap anterin gue ke MTA (Mall Taman Anggrek). Pokoknya lo harus bikin gue seneng di sana!” Torrie membalikkan tubuhnya sambil tersenyum penuh kemenangan, karena berhasil menipu orang sepintar Auggie.