Torrie & the Prince

Bexsia
Chapter #14

BAB 13

Di tengah malam, Ponsel Torrie berbunyi…

 “Huallow! Oaahh…” Torrie menguap.

“Happy Birthday, honey!” Mami papi berbarengan, sepertinya mengaktifkan loud speaker ponselnya.

Mami dan papi ternyata memberi selamat ulang tahun kepada dirinya. Torrie benar-benar lupa, ia terlalu banyak memikirkan hal-hal lain hingga lupa ulang tahunnya sendiri. Sungguh konyol!

“Emangnya, sekarang tanggal berapa?” Torrie terkejut sampai dia tersadar sepenuhnya.

“10 Oktober, masa lupa?”

“Ah, paling-paling dianya yang pura-pura lupa!” Papi menyahut.

“Papiii…Torrie bener-bener lupa! Thanks ya, Mam! Pap!”

Make a wish donk! Ini khan ulang tahun kamu yang ke-16.” Mami bersemangat.

“Torrie…Torrie pengen kebebasan, I want a freedom!”

“…”

“Ya ampun! Torrie khan bercanda. Torrie janji nggak minta yang aneh-aneh lagi. Torrie pengen di usia Torrie yang sekarang ini, Torrie lebih dewasa lagi.”

Mami dan papi yang tadinya sempet syok sama keinginan Torrie yang pertama, akhirnya terharu.

* * *

Beberapa orang terdekat Torrie memberi selamat adanya di pagi hari maupun siangnya. Baik dari saudara luar kota maupun Jakarta. Di keluarga, Torrie cukup disayang. Terutama Lara, sepupu tercintanya, yang sudah dianggapnya saudara kandung. Umur mereka sepantaran. Hanya saja, Lara tinggal di Jogja. Lara sering sekali datang ke rumah Torrie terutama kalau liburan. Lara juga cukup dekat dengan Niken.

Ada kabar gembira dari Lara, dia akan datang ke Jakarta, besok siang. Ternyata Lara juga liburan, dia akan tinggal di Jakarta selama 5 hari. Betapa senangnya Torrie, ini merupakan kado yang sangat berarti untuk Torrie. Rasanya sudah nggak sabar ingin bercerita tentang pangerannya.

Dari pihak teman, ada Niken dan Simon. Teman-teman yang lain mana tahu kalau hari ini Torrie ulang tahun. Lagipula apa peduli mereka sekalipun mereka tahu.

Tapi ada seseorang yang sangat ia nanti-nantikan untuk memberikan ucapan selamat. Si Uggie itu! Torrie sangat heran, seharian ia mencarinya tapi nggak ada.

Tiba-tiba Bik Sumi memanggilnya, katanya Auggie datang. Torrie langsung bersemangat dan segera turun ke bawah untuk menemui Auggie.

“Haii…” orang yang disebutkan Bik Sumi tadi menyapa Torrie dengan penuh semangat.

“Haii..” balas Torrie. Selanjutnya suasana menjadi kaku. Torrie menunggu ucapan selamat darinya, tapi kata-kata itu tidak keluar juga.

“Mmm…elo nggak sekolah khan? Mau gue temenin jalan-jalan?”

“Ya elah kemaren khan udah jalan, masa sekarang jalan lagi.” Dasar bodoh, kali aja dia lagi nyari kesempatan supaya bisa kasih selamet.

“Ya udah, elo maunya apa?”

Gila, ni anak tumben-tumbennya jadi bener-bener baek. Eh iya dia kan bunglon. Tapi tetep aja aneh…

“Gue pengen… gue pengen jenguk opa. Ayo Gie anterin gue. Opa pasti seneng ngeliat gue.”

Yang diajak ngomong malah ketawa. Torrie jadi kesel.

“Emangnya jenguk opa itu lucu! Awas lo, jangan pernah ke sini lagi!” usir Torrie.

Sorry, sorry! Ini aku Nicky. Aku ketawa karena kamu bisa ketipu ama aku.”

“Hah! Jadi Nicky!” jantung Torrie makin nggak karuan. Antara mau marah ama nervous.

“Ya udah aku anterin. Alamat opa kamu di mana? Atau nggak nanti kamu kasih tau aja ke aku…”

“Opa di rumah sakit…” lirih Torrie.

 Mereka menggunakan mobil terrano mamanya Nicky. Sepanjang perjalanan Nicky banyak bercerita. Tentang sekolahnya, atau lingkungan teman-temannya di australia. Pokoknya orangnya terbuka banget, Torrrie merasa nyaman. Nggak kayak Auggie yang lebih tertutup nggak bisa ditebak apa maunya. Kayaknya orang seperti Auggie harus dibuatin alat, supaya orang tahu kapan dia akan meledak, kapan dia happy, atau kapan dia akan nekat. Seperti sekarang pergi ke mana juga nggak ada yang tahu. Bahkan kata Nicky pagi-pagi udah pergi. Padahal Torrie ingin sekali menghabiskan waktunya untuk berusaha menutupi luka dalam yang ada pada Auggie. Tapi sudahlah, toh sekarang ada Nicky, jadi Torrie nggak usah pusing-pusing lagi mikirin bunglon. Hari ini adalah hari istimewanya, jadi Torrie harus rileks apalagi mau ketemu opa.

“Eh, Rie. Kamu pasti udah tau soal Kiku.” Tanya Nicky dan Torrie mengangguk.

Torrie jadi ingat kalau Auggie trauma rumah sakit, mungkinkah Nicky juga? “Kamu trauma rumah sakit juga seperti Auggie?”

“Menurut aku Auggie terlalu naïf. Dia nggak bisa menghadapi kenyataan dan terlalu menganggap serius masalah ini. Bukannya aku nggak sayang Kiku tapi aku udah anggep Kiku itu bahagia di surga. Auggie seperti menyimpan sesuatu…yah bisa dibilang dendam terutama ke Tuhan.” Walau tidak menjawab secara langsung tapi Torrie lega, artinya Nicky tidak ada masalah dengan rumah sakit ataupun orang sakit.

Lihat selengkapnya