Torrie & the Prince

Bexsia
Chapter #15

BAB 14

“Bangun keboooo! Bangunnn!!” Auggie menyingkapkan bedcover Torrie.

Torrie yang merasa terganggu karena ada suara-suara berisik yang mengganggunya, kaget melihat Auggie ada di kamarnya.

“Kok elo bisa masuk? Jangan-jangan elo masuk lewat jendela?” Torrie duduk dan merapikan rambutnya.

“Khan elo yang bilang sendiri kalau punya pintu. Ya, gue lewat pintu!”

“Tapi, kok bisa?”

Auggie menjitak kepala Torrie. “Dasar bodoh! Ya bisalah, pintunya dibuka sama Bik Sumi, bahkan waktu gue dateng papi sama mami lo lagi sarapan di bawah. Ayo cepetan bangun!”

“Aduh! Sakit tau! Terus kenapa gue harus bangun sekarang, apalagi ini khan masih jam 10, kemarin kita khan di taman sampai pagi. Masih ngantuk nih! Gue mau tidur lagi.” Torrie menarik selimutnya kembali sampai menutup kepalanya.

Namun Auggie kembali menyingkapnya. “Heh..heh…nggak boleh tidur lagi! Sekarang juga kita harus pergi!”

“Pergi? Ke mana?”

“Nggak usah banyak nanya? Pokoknya sekarang juga kita harus pergi!” Auggie menarik pergelangan tangan kanan Torrie.

“Pergi pake baju ini?” Torrie menunjukan baby dollnya dengan motif hamburger.

“Iya!”

“NGGAK MAU!!!...”

Auggie sudah habis kesabarannya, ia langsung mengangkat Torrie dari tempat tidurnya dan membawanya keluar. Auggie sama sekali tidak menghiraukan teriakan Torrie yang meronta-ronta. Tapi sekuat apapun Torrie meronta minta diturunkan, semakin kuat pegangan Auggie, cowok ini benar-benar kuat.

“Papi! Mami! Bik! Tolongin Torrie, Torrie diculik!” Torrie minta tolong sama papi maminya juga Bik Sumi, ketika melintasi ruang makan.

“Kalau mau nyulik kok minta ijin sama kita?” Papi tersenyum geli melihat Torrie yang ada di tangan Auggie.

“Papi sama mami kok malah ngetawain Torrie sih? Turunin gue donk!”

“Nggak bisa, entar elo kabur lagi?”

“Udah, Rie. Kamu ikut aja, khan kamu sudah lama nggak jalan-jalan.” Mami ikut papi memihak Auggie. Torrie kesal karena tidak ada yang memihaknya.

“Om, Tante, permisi ya. Auggie ijin bawa anak Om Tante sebentar.”

“Sana-sana, seneng-seneng ya!” Papi mengusir Torrie dan Auggie dengan tetap tersenyum geli.

Torrie heran, sebenarnya ada apa ini sebenarnya, kenapa semua orang jadi sama anehnya dengan Auggie. Dan sekarang ia akan dibawa kemana? Torrie sangat kesal. Begitu di depan rumahnya, Auggie menurunkannya di dekat sebuah mobil sedan hitam metalik dengan motif silver yang cukup unik, seperti sebuah aliran air. Mobil itu ceper dan benar-benar sporty, apalagi ditambah sayapnya yang sangat menyolok. Torrie ingat mungkin ini mobil yang dimaksud oleh temannya Auggie di pesta Briana.

“Ayo naik!” Auggie membukakan pintu dan menyuruh Torrie naik seperti menyuruh putri masuk ke kereta.

“E…e..iya” Torrie tadi sempat tertegun dengan kemewahan mobil ini, mobil ini telihat sangat mengkilap, bahkan bisa untuk ngaca.

“Kenapa? Keren ya?” Auggie tersenyum dengan pongah, ia terlihat sangat bangga akan mobilnya.

Torrie langsung manyun lagi mendengar si Uggie menyombong seperti itu.

“Enggak tuh! Biasa aja.”

“Ya udah cepetan masuk, kita nggak ada waktu lagi.” Senyum Auggie langsung lenyap seketika mendengar jawaban Torrie.

Auggie memacu mobilnnya sangat cepat sepertinya tempat yang dituju sangat penting. Tapi di mobil dia masih bisa membanggakan mobilnya, Torrie yang dari tadi kesal bercampur gugup karena takut akan menabrak mobil di depannya.

“Mobil ini cewek kedua gue, namanya Giliant. Mitsubishi Galant tahun 2001. Audionya keren banget, gue pasang merek Knickers. Kita bisa dengerin lagu yang hard sampe yang soft. Karena gue suka ngetrek, gue kasih turbo dan 2 tabung nos di belakang sana. Stirnya kayak di F1, bisa dicopot, itu berkat quick release steering. Mau coba di buka?” Auggie melirik Torrie dengan menaikan alisnya, menantang Torrie.

“Hah?! Enggak deh, entar ada kenapa-napa gue nggak mau!” Torrie tidak bisa membayangkan kalau stirnya beneran dicopot sama si Uggie bodoh.

“Ini mobil, gue kasi neon di bawah, jadi kalo malem mobil gue terkesan melayang. Jok yang lo dudukin itu, nyaman khan, itu sesuai sama yang dipake kalau racing.”

Torrie sangat-sangat suka sama mobil ini, walapun Auggie nggak cerita apapun tentang mobil ini. Padahal dia sama sekali nggak ngerti tentang otomotif, apalagi sebutan-sebutan yang Auggie pake…uh Torrie benar-benar nggak ngerti. Tapi dia nggak mau Auggie makin sombong sama si Giliant ini. Kok, Torrie jadi cemburu sama mobil? Masa saingannya motor sama mobil? Kitana dan Giliant??

Mobil mereka sudah memasuki tol Kebon Jeruk menuju Tangerang. Untuk apa ke sana?

“Eh, mobil gue juga bisa dibuka secara otomatis kapnya. Lo mau nyoba nggak?”

“Nggak deh.” Torrie menjawab malas padahal ia sangat ingin berdiri di atas jok dan berteriak sekencang-kencangnya, mungkin asyik banget ya? Tapi Torrie khan lagi sebel sama Auggie, jadi jaga gengsi dikit donk!

Mereka keluar dari tol itu, sekarang mereka masuk ke kawasan karawaci, ternyata mereka pergi ke Supermall Karawaci. Waktu sampai, Torrie nggak mau turun karena malu dengan hamburger di baby dollnya, apalagi mukanya kelihatan sekali baru bangun dari tidur. Torrie juga tidak pakai alas kaki apapun.

Tapi Auggie tetap menariknya keluar, bahkan setengah menyeretnya. Sesampai di depan mall, Torrie memaksa untuk tetap di luar mall.

“Ayo!” Auggie menarik lengan Torrie, tapi Torrie dengan sekuat tenaga melepasnya, akhirnya terlepas juga.

“Mau lo apa sih? Mau bikin malu gue? Udah gitu sok galak pula. Gue bener-bener nggak habis pikir deh. Sekarang itu gue kayak gelandangan.” Lalu Torrie memukul-mukul lengan kiri Auggie, tapi Auggie mengaduh kesakitan sambil memegang lengan kirinya, yang terbungkus oleh jaket kulitnya itu.

Seketika Torrie panik, “Kenapa lo? Gue khan mukulnya nggak kenceng, nggak lucu tau!”

Tanpa banyak ngomong lagi Auggie jongkok, dan menyuruh Torrie untuk merangkul lehernya. Auggie akan menggendong Torrie.

“Kalo elo malu, gue juga harusnya malu karena gendong gelandangan. Gimana? Impas khan?”

“Lumayan, impas.” Torrie agak terhibur dengan kata-kata Auggie. Auggie menggendong Torrie sampai di depan sebuah kafe, di sana baru Auggie menurunkan Torrie. Sedari tadi mereka jadi pusat perhatian orang-orang. Tapi Torrie sudah nggak peduli sama pikiran mereka. Untuk keempat kalinya, seingat Torrie, ia sudah digendong Uggie. Ia sudah terbiasa olehnya. Bahkan sangat ketagihan. Punggung Auggie sangat hangat, cukup menghangatkannya dari udara sekitarnya yang dingin, karena AC.

“Mau ngapain di sini?”

“Gue mau elo ketemu sama seseorang.”

Lihat selengkapnya