Torrie & the Prince

Bexsia
Chapter #16

BAB 15

“Gue…gue nggak mau ngerusak hari ulang tahun lo.”

“Hanya itu alasannya?”

Auggie mengangguk pelan tanpa berani menatap mata Torrie.

“Tapi, gue nggak bo’ong soal anak kecil itu. Sepulang dari nemenin dia, kecelakaan itu baru terjadi. Nggak parah kok!”

“Yakin, nggak parah? Coba gue pengen liat jahitannya.”

Auggie membuka jaketnya, ia menggulung secara perlahan kaos lengan panjang hitamnya. Ternyata ada 12 jahitan, cukup panjang dan lengannya terlihat biru dan bengkak. Untuk Torrie ini sangat panjang. Kelihatannya jahitannya kurang rapi, sepertinya dibuat terburu-buru, bahkan ada setetes darah yang keluar dari salah satu jahitannya.

“Ini, gara-gara gue mukul-mukul lo tadi, ya?” Torrie merasa bersalah.

“Enggak, kemarin emang gue minta jahitnya buru-buru, eh yang jahit malah grogi. Kayaknya sih orang baru.” Membuka kembali gulungan, dan memakai kembali jaketnya.

“Udah, jangan banyak ngomong. Kita pulang sekarang juga!”

“Jangan kayak nenek-nenek deh cerewetnya. Nyokap gue aja nggak secerewet elo.”

“Trus motor lo gimana?”

“Kitana ada di garasi, dia lebih parah dari gue, rasanya gue pengen nagis ngeliat dia. Body bagian kirinya rusak total, untung mesinnya enggak. Gue jatuhnya keseret sih. Tuhan emang kasih gue selamet, begitu juga sama Kitana.”

Torrie hampir nggak percaya, seorang Uggie bisa berterima kasih sama Tuhan, tapi Torrie nggak mau ngungkit lagi, jangan-jangan kalau dia nanya-nanya, si Uggie jadi malu nyebutin nama Tuhan di depannya.

“Orang kok lebih sayang motor dari pada badannya. Trus elo dijahit di mana? Elo khan benci rumah sakit.”

“Di klinik deket tempat gue kecelakaan, di situ aja gue nggak betah. Apalagi ngelihat peralatan UGD yang serem banget bikin gue merinding. Baunya lagi, uh mana tahan. Makanya dokternya gue bentak-bentak biar cepet selesai. Udah ah, jangan nanyain itu lagi, gue jadi merinding lagi dan jadi mual.”

“Anak kecil aja lebih hebat dari elo.” Torrie menepuk lembut lengan Auggie, tapi tetap saja Auggie mengerang kesakitan seperti anak kecil.

 

* * *

“Haloow….Torrieku terchayank!” terdengar suara ceria dari balik ponsel Torrie.

“Elo, Ra?!” Torrie langsung bangkit dari tempat tidurnya. Ia baru bangun, ia sangat lelah karena sibuk mengurusi Auggie yang sangat merepotkan. Jahitannya perlu dibuka lagi untuk dibetulkan, tapi Auggie bersikeras nggak mau ke dokter. Akhirnya dokternya sendiri yang dibawa ke rumahnya oleh mamanya.

“Yup, ini aku.”

“Kapan lo ke sini?” Torrie semangat karena tahu pasti Lara ingin mengabarinya soal kedatangannya ke Jakarta.

“Khan, udah aku bilang. Besok. Jangan lupa ya, jemput aku bareng pangeran yang kamu ceritain itu.”

“Ah, elo. Dia itu udah kayak kakak gue sendiri.” Torrie memutuskan akan cerita nanti saja mengenai Nicky kalau Lara sudah di Jakarta.

“Pokoknya aku nggak mau tau. Kamu harus pergi sama dia.” Lara jarang sekali memaksanya melakukan sesuatu tapi kali ini ada nada kesungguhan.

“Gue usahain, tapi nggak janji soalnya dia baru kecelakaan.”

“Wah, sayang banget, tapi usahain ya?”

Walaupun tidak terlihat tapi Torrie yakin Lara kecewa jika Torrie tidak muncul dengan Auggie.

“Ya. Ampun nih anak. Lo pasti ketemu dia kok. Dia khan tinggal di depan rumah gue.”

“Ceeilah…pake doi segala…. Eh, Rie, jangan pake lo gue donk! Aku nggak biasa.”

“Elo harus biasa. Apalagi entar lagi, mau ke Jakarte.”

Lihat selengkapnya