Istirahat sekolah keesokan harinya…
“Nik! Niken!” Auggie memanggil-manggil Niken dari tadi, tapi Niken seolah-olah tak mendengarkannya.
Nggak ada cara lain, selain menarik Niken. Dan Auggie melakukan itu, ia memegang lengan Niken dan menahannya untuk tidak pergi.
“Kasar banget sih lo, Gie!” Niken menepis tangan Auggie.
“Sorry, tapi dari tadi gue panggil elo nggak nengok-nengok.”
“Cepetan! Mau apa?” Niken bicara dengan kasar, dan berusaha untuk tidak melihat wajah Auggie.
“Torrie di mana? Dari tadi gue cari, gue nggak liat dia.”
Niken mengangkat bahunya, dan tetap nggak mau menatap mata Auggie.
“Gue nggak tau apa yang terjadi, gue nggak ngerti! Bener-bener nggak ngerti!” Auggie terlihat sangat putus asa, ia mengacak-acak rambutnya sendiri.
Niken sangat takut melihat Auggie seperti ini, tapi ia berusaha menutupi perasaan takutnya.
“Tolong, Nik! Jelasin ke gue! Kenapa kemarin Torrie jauhin gue, dan sekarang elo jauhin gue. Bahkan gue rasa, elo jijik ngeliat muka gue. Padahal khan yang seharusnya marah itu khan gue! Gue yang ditipu, gue yang dimanfaatin.”
“Bagus, kalo elo nyadar gue jijik sama elo! Dan harusnya gue yang nanya. Harusnya gue yang minta penjelasan, bukannya elo! Gue nggak ngerti kenapa elo masih ngerasa nggak salah?!”
“Maksud lo apa?”
“Oooo…jadi elo belum juga ngerti? Gini ya gue jelasin. Elo mau tau hari ini Torrie ada di mana?...Di rumah sakit! Tengah malem, Lara nemuin dia udah bener-bener dalam kondisi buruk.”
“Nggak mungkin… Kemarin dia…Ya Tuhan!” Auggie memegang keningnya.
Mungkin karena emosi, Niken berani menatap mata Auggie. “Sekarang giliran gue nanya! Elo apain Torrie? Selama ini gue sering ngeliat dia sakit tapi bukan sakit luar dalam seperti ini. Walaupun dia nggak cerita, tapi gue tau pasti ini ada hubungannya sama elo. Bahkan dia bilang mau lupain elo.”
Niken menangis karena terlalu emosi, dia nggak terima sahabatnya menderita karena cowok yang ada di hadapannya.
“Ada apa ini? Nik, dia nyakitin elo?” Simon datang dan mendapati Niken tengah menangis. Mukanya langsung jadi merah…
“Bukan gue, tapi Torrie…Mon, dia nyakitin Torrie.” Niken menangis di pelukan Simon.
“Jangan ganggu Niken ataupun Torrie!” Simon mendorong Auggie yang benar-benar pasrah. Auggie nggak meyangka kejadian kemarin bisa membuat Torrie ke rumah sakit.
Tiba-tiba saja ia sangat ingin menjenguk Torrie dan meluruskan segala persoalan mereka. Suatu keinginan, yang seumur hidup Auggie tak pernah sangka akan terpikir di otaknya…ke RUMAH SAKIT?
“Tunggu! Gue akan jelasin semua yang gue tau, tapi gue bener-bener nggak ngerti kenapa Torrie marah sama gue…”
Auggie berusaha menjelaskan sejelas-jelasnya. Ia juga berusaha meyakinkan Simon dan Niken bahwa ia juga menyayangi Torrie lebih dari seorang adik. Auggie benar-benar menjelaskan sampai akhirnya mereka mau mengerti posisi Auggie.
Untuk sementara, mereka menyimpulkan Torrie merasa tidak nyaman dengan phobia Auggie. Simon dan Niken berjanji akan membantu Auggie untuk membujuk Torrie agar ia percaya akan Auggie. Tapi Auggie menolaknya karena ia ingin mencoba sendiri membuat Torrie percaya pada dirinya tanpa bantuan orang lain. Ia harus berusaha sendiri, Auggie ingin membuktikan pada Torrie bahwa ia serius dengan perasaannya, ia akan berbuat apapun demi Torrie.
“Ya, udah. Mudah-mudahan elo cabutnya nggak ketahuan. Nanti Simon kebagian tugas nipu satpam, supaya elo bisa keluar. Gue jaga-jaga.” Niken meluruskan kembali rencana mereka membuat Auggie keluar dari sekolah.
“Trims banget ya! Kalian baik banget mau bantuin gue.”
“Ini semua juga demi Torrie. Gue pengen dia menemukan dunianya yang benar, kebahagiaannya... Udah sana elo cepetan pergi, entar belnya keburu bunyi. Misi kita bisa berantakan.”
Auggie mengendap-endap di belakang pos satpam, sedangkan Simon berusaha mengalihkan perhatian satpam dengan mengajak satpam ke dalam sekolah (entah jurus apa yang dipakai Simon, supaya satpam itu percaya). Niken memberikan kode kepada Auggie saat satpam mulai pergi, Auggie segera menuju pintu gerbang. Untung saja gemboknya masih dibuka, jadi Auggie tanpa banyak bicara langsung keluar. Sebelum keluar ia melemparkan kunci mobilnya ke Niken.