“Elo tuh gimana sih, Ra? Dulu elo bilang jangan pernah jatuh cinta sama dia, eh sekarang malah sok jodohin gue sama dia.”
“Dulu aku nggak tau kalo dia itu sayang sama kamu. Aku baru tau waktu aku nganterin kamu sekolah. Aku ketemu sama Luke dan dia bilang kalo kamu itu orang yang selama ini dia cari. Iya kamu, Rie! Dia bingung sama sikap kamu yang berubah dingin, aku juga heran kenapa? Emangnya kamu aja yang menderita, Rie? Dia juga!”
“Siapa bilang gue menderita?...Lara elo cinta khan sama dia?”
Walaupun hatinya agak sebal karena iri dengan Lara yang selalu disayangi orang-orang di sekitarnya, tapi Torrie juga sayang dengan Lara. Lara sudah menjadi saudaranya sendiri. Torrie juga ingin Lara bahagia, pikirnya lebih baik Auggie untuk Lara. Toh dia juga sangat mengerti Auggie. Lara adalah orang yang tepat untuk Auggie.
Lara terdiam.
“Dan dia cinta khan sama elo?” Torrie mendesak Lara.
“OK! Aku jujur. Aku emang cinta sama Auggie. Tapi dia nggak cinta sama aku. Dia hanya menganggap aku adeknya. Nggak kayak kamu. Kalaupun selama ini dia selalu bilang nganggep kamu tuh adek, dia bohong!”
“Sejak kapan elo nyerah soal cowok. Biasanya elo selalu dapetin siapapun, apalagi dia udah sayang walaupun hanya sebagai adek, tapi itu khan awalnya. Nanti pasti dia bakal cinta sama elo. Dan…elo juga cinta sama dia.” Torrie bernada bercanda.
“Rie, dia itu bukan benda! Aku nggak bisa maksain perasaan seseorang. Tadinya aku juga sependapat sama omonganmu barusan, tapi waktu aku sakit tipes, aku baru sadar. Selamanya aku nggak bisa seperti ini, aku nggak akan bisa menggantikan posisi seseorang dalam hatinya. Makanya aku berniat pisah dari dia dan aku minta dia untuk nggak ketemu sama aku lagi. Tapi aku juga pesen sama dia untuk ngejer cintanya. Makanya sekarang dia ada di Jakarta.
Satu lagi bukti kalo dia cinta sama kamu. Hari ini dia dateng ke sini…Kamu tau sendiri khan tentang phobianya. Kamu harusnya tau gimana rasanya dia melawan semua penderitaannya demi kamu, Rie.”
“Gue nggak ngerti maksud lo apa?”
“Makanya kamu harus ketemu Luke. Dia yang harus menjelaskan segalanya.”
“Kenapa bukan elo?”
“Biar masalahnya cepet clear, lebih baik orangnya langsung yang ketemu sama kamu.”
“I don’t care. Gue tetep nggak mau ketemu sama dia. Titik. Kalo elo nggak mau Briana pasti mau!” Torrie memalingkan mukanya dari Lara, Torrie membayangkan Auggie bersama Briana yang seksi itu.
Lara tetap tidak akan menyerah. Rencananya nanti malam ia akan menyelundupkan Auggie ke rumah sakit dan menemui Torrie. Malam ini adalah saat yang tepat karena besok pagi dia harus segera ke Jogja karena sudah masuk sekolah. Ia tidak yakin akan ada yang bisa membantu Auggie untuk meyakinkan Torrie. Dari pembicaraannya tadi, Torrie terlihat sangat keras kepala. Lara yakin, Torrie sudah tahu Auggie mencintainya hanya saja Lara masih heran kenapa Torrie bersikeras untuk menghindari Auggie.
* * *
“Torrie maafin mami ya?” Mami berkaca-kaca.
“Emangnya mami salah apa sama Torrie?”
“Banyak. Mami nggak bisa ngasih kebebasan kamu seperti anak-anak lain. Mami selalu tegas sama kamu. Dan lagi…Mami…”
Papi yang duduk di sofa tersenyum melihat mami yang mulai menangis.
“Mami itu lucu ya? Torrie khan udah sering kayak gini, tapi kenapa Mami malah nangis-nangis. Kayak Torrie mau mati aja…” Torrie kaget sendiri dengan ucapannya barusan. Apa maminya berubah karena ucapannya benar?
“Jangan-jangan hidup Torrie emang udah nggak lama lagi ya, Mi?”
Papi tahu anaknya mulai panik, ia berusaha menenangkannya dan duduk di samping ranjang Torrie.
“Hidup kamu masih lama, Rie. Maksud Mami bukan gitu. Mami sih ceritanya nggak jelas, anaknya sampai mikir yang enggak-enggak.” Ucap Papi menenangkan Torrie yang mulai pucat.
“Iya, Rie. Maksud mami bukan gitu. Mami hanya merasa bersalah.”
“Ya, ampun Mami… Kalo gitu mah, Torrie juga salah. Sebagai anak, Torrie yang hidupnya udah cukup masih nuntut banyak. Torrie selalu beranggapan Torrie orang paling menderita di dunia. Tapi sekarang enggak. Torrie merasa justru orang paliiiinnnng bahagia di dunia karena punya Mami dan Papi.” Torrie merangkul kedua orang tuanya.
“Mami belum cerita satu lagi kesalahan Mami. Mami tau sebenernya kamu suka sama Auggie udah lama. Makanya maksudnya Mami mau bantuin kamu supaya deket sama dia, eh malah jadi gini.”
“Mami…Mami…” Torrie tertawa sambil menggelengkan kepalanya. “ Mami tau dari mana? Pasti dari diari Torrie ya?” Tiba-tiba Torrie tersadar diarinya ada di tempat yang tidak seharusnya.
“Iya, Mami nggak sengaja baca.”
“Hemm…sengaja atau sengaja…” Papi menggoda mami, mami jadi malu.
“Yang di diari itu ternyata bukan Auggie. Tapi… bener kok, Mi, Torrie nggak pernah nyesel bisa deket sama Auggie. Justru Torrie seneng banget bisa kenal sama dia. Auggie juga nggak ada sangkut pautnya sama sakitnya Torrie, ini semua salah Torrie yang terlalu maksain diri. Auggie itu baik kok, Mi.”
“Kalo gitu kenapa, kok akhir-akhir ini setiap Auggie pengen ketemu kamu, nggak boleh? Gini-gini Mami juga tau anaknya dalam masalah…”
“Itu karena…”
Tiba-tiba Lara masuk dan membisikkan sesuatu ke Mami. Mami terkejut.
“Untuk apa dia ke sini?”
“Ehm…Tante om, Lara mau bicara sebentar di luar.” Lara menatap kedua orang tua Torrie dengan mengharap.
Mereka bertiga keluar meninggalkan Torrie sendirian. Torrie penasaran, apa yang dibisikkan Lara, sampai-sampai buat Mami terkejut.
Di luar ternyata ada Auggie. Ia berusaha meyakinkan mami dan papinya Torrie untuk mengizinkan dirinya bertemu dengan anak mereka. Tentu saja dibantu Lara.
“Om, Tante…percaya deh sama Lara. Lara tau kok Luke…eh…Auggie ini bener-bener cinta sama Torrie, dia nggak mungkin nyakitin Torrie.”
Papi menatap mami seakan menyerahkan keputusan di tangan mami.
“Baik, kami pegang omongan kalian. Jangan pernah sakiti hati Torrie…” Mami pasrah.