Towards a flow

Ayu Meillyng
Chapter #8

BAB 2 - PERJALANAN BISNIS

Hari demi hari berganti, waktu demi waktu berlalu begitu cepat, semuanya berlalu dan menyisahkan begitu banyak kenangan dan pengalaman yang luar biasa dalam hidup saya. Anugerah Tuhan yang saya nikmati pada saat itu, berupa rezeki yang amat luar biasa. Berbagai pujian dari orang-orang sekitar akan prestasi terlihat saat itu. Namun kini semuanya menjadi kenangan yang tersimpan, dan menjadi kenangan yang indah yang pernah saya miliki serta dinikmati, dalam hal ini saya patut mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan pada saat itu, begitupula pada kehidupan selanjutnya yang tidak diketahui apakah anugerah itu akan tetap bertahan, semakin maju, atau mungkin akan dihadapkan dengan ujian atau sebuah keterpurukan? namun saya harus siap dihadapkan dengan segala bentuk risiko yang akan terjadi dan harus bisa menerima segala kondisinya.

Itulah hal yang selalu saya tanamkan pada diri sejak awal memulai usaha yang paling sederhana dan kecil adalah dimana saya menanamkan benih keyakinan dalam hati, jikalah apabila suatu hari nanti akan dihadapkan oleh risiko, baik itu dalam konteks lowrisk ataupun highrisk, saya harus siap menerimanya, dan saya tidak boleh berputus asa dan menyerah, dan akan selalu berkomitmen bahwasanya saya akan lalui semua itu. Ketika dihadapkan pilihan yang sulit sekalipun, saya akan berserah diri hanya kepada Allah swt. karena saya wajib percaya bahwa Allah itu bersifat wujud (Ada). Karena pastilah disetiap kesulitan pasti ada kemudahan, sesuai dengan pedoman yang saya yakini yakni Kitab suci Al-Qur’an, dan sesuai dengan apa yang sudah Allah dedikasikan kepada kita yakni terdapat pada surat Al-Insyirah : 1-8 .                        

Saya memulai bisnis pada saat saya menduduki bangku SMP/MTS, pada saat itu saya masih berumur 13 tahun, dan itu sekitar tahun 2011 silam, jika dihitung sampai sekarang perkembangan bisnis saya berkembang dan sempat berkembang pesat pada tahun 2018, terhitung selama kurang lebih 8-9 tahun perjalanannya. Saya memulai bisnis dikarekanan background hidup, saya lahir dari keluarga yang sederhana, saya 3 bersaudara, dan saya merupakan anak tengah atau nomor 2, memiliki 1 Adik perempuan, dan 1 Kakak laki-laki. Kedua orang tua saya hanya orang biasa, Mama saya hanya seorang penjahit baju, dan Papa saya hanya seorang buruh wiraswasta pelayaran dan jarang pulang pada saat itu.

Akan tetapi dengan segala kondisi keluarga yang saya punya, saya tetap merasa bersyukur dan tidak menyerah, tidak pernah mengeluh akan kehidupan yang sudah Allah anugerahkan, justru dari kehidupan seperti ini saya banyak belajar dan menjadikan saya dan kedua saudara saya untuk menjadi orang yang senantiasa berfikir untuk mandiri dan bekerja keras. Meskipun kedua orang tua kami berjuang mati-matian dan bekerja keras mencari uang untuk membiayai segala kebutuhan kami, namun sebagai seorang anak haruslah menyadari akan hak dan kewajiban yang harus dilakukan.

Jikalau melihat dari pendapatan ekonomi dari kedua orang tua saya untuk membiayai sekolah ketiga anaknya yang pada saat itu sangat amat banyak pengeluaran, bukan saya tidak menghargai perjuangan orang tua kami, saya yakin dan percaya bahwa semua orang tua akan berusaha setengah mati melakukan yang terbaik untuk anaknya bahkan untuk mencukupi kehidupannya. Akan tetapi dengan melihat banyaknya pengeluaran pada saat sekolah waktu itu, akomodasi yang diberikan orang tua kepada saya saat itu tidak cukup, dikarenakan didasari oleh jarak sekolah saya yang cukup jauh, dan pengeluaran akomodasi transportasi saya ke sekolah pun 2x lipat dari jarak biasanya.

Terkadang orang tua saya menitipkan uang saku harian pada saya setiap harinya tidak menutupi biaya akomodasi, dalam perumpaan seperti ini, sekali jalan saya harus menaikki angkot sebanyak 2 kali dengan biaya transportasi sebesar Rp. 2000 sekali jalan, begitupula sebaliknya, jadi jika saya PP ke sekolah saya harus memegang uang saku sebanyak Rp. 4000. Sedangkan tanpa disadari Mama saya terkadang hanya memberikan saya uang saku sebesar Rp. 3000 saja, jangankan untuk makan atau jajan, untuk akomodasi transportasi saja saya tidak membackup, bagaimana ini menurut kalian? Tentu saja tidak ada yang tidak bisa dan tidak mungkin asalkan kita mau berusaha dan ikhlas menerimanya, semuanya akan terasa mudah saja, bagaimana saya mengatasi permasalahan akomodasi yang tidak membackup ini? Saya ikhlas dan saya tidak menuntut kepada orang tua saya ketika saya diberikan uang jajan, tak terucap dari mulut saya ingin meminta tambahan ongkosnya.

Saya menyusun nya sendiri ,ketika jam pulang nya saya menaikki mobil angkot 1 kali, dan turun pada tujuan akhir angkot tersebut. Selebihnya saya melakukan perjalanan dengan berjalan kaki. Saya sekolah dari pukul 06.30 dan sekolah full day saat itu sampai pukul 05.30 dan perjalanan memakan waktu sekitar 30-40 menit dengan mobil, jika berjalan kaki, saya akan berada pada waktu magrib, dan sampai di rumah sekitar pukul 06.30-06.45 sore menjelang malam. Saya rela berpuasa di sekolah, jikalau bertepatan dengan hari senin atau kamis saya akan melakukan puasa, tapi jika diluar hari itu, saya bangun pagi dan sarapan pagi dari rumah, setelah di sekolah saya tidak jajan apapun pada jam istirahat, saya hanya menyempatkan diri untuk duduk diperpustakaan, ataupun di mushollah, baik itu melakukan sholat, membaca al-qur’an dll. Dan pernah pun juga selama sekolah di SMP/MTS, saya juga merupakan salah satu korban bullying, saya sangat sering menangis karena dibully oleh teman-teman, saya pun tidak mengerti apa yang mereka ejekkan kepada saya, termasuk saya masih ingat sekali pada saat itu pernah disindir oleh salah satu teman saya.

Lihat selengkapnya