Towards a flow

Ayu Meillyng
Chapter #13

Gagal Masuk PTN pilihan ~ Takdir Berkata Lain

 Setelah 3 tahun berlalu, saya berada pada akhir masa SMK saya. Semuanya terasa berlalu begitu cepat, hari demi hari berjalan begitu jauh, tak terasa saya akan menjejaki dunia pendidikan yang baru dan masa depan yang baru. Namun di penghujung tahun tersebut, disaat semua orang disibukkan dengan planning yang bermacam-macam, saya tidak merasa khawatir sedikitpun, dan saya tidak terlalu sibuk untuk memikirkan apakah planning saya setelah lulus dari SMK ini, saya harus kemana, apakah saya akan bekerja atau kah saya akan melanjutkan pendidikan saya menuju perguruan tinggi atau bahkan bermimpi untuk memasuki perguruan tinggi favorit dan ternama sekalipun. Mungkin memang setiap orang punya cara berfikir dan impian masing-masing bahkan set plan untuk menata masa depan mereka.

Namun saya memilih untuk mengambil langkah tenang dan biasa saja, karena kenapa? Karena saya belajar dari masa lalu saya sewaktu saya lulus dari SMP dan ingin memasuki jenjang SMA, Ketika saya menginginkan sesuatu dan mengharapkan sesuatu, namun semuanya tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan sebelumnya. Banyak orang yang merasa bahwa ketika mereka tidak mendapati apa yang mereka inginkan lalu mereka akan merasa kecewa, padahal jika mereka bisa berfikir positif dan lebih jauh, bahwa sebenarnya Tuhan berkata lain, dan ada sesuatu yang lebih baik dari itu. Maka dari itu saya lebih banyak diam, akan tetapi diam saya juga bukan berarti saya tidak ada pergerakan untuk mencoba dan berusaha untuk mendapati apa yang sudah direncanakan oleh Allah swt. untuk saya. Saya tetap mengikuti beberapa PTN/perguruan tinggi negeri pada saat itu, diawali dengan mengikuti salah satu PTN ternama di wilayah saya, dengan memilih program jurusan yang memang saya minati pada saat itu, saya memilih 3 opsi jurusan, diantaranya jurusan Bahasa Inggris, kemudian Ekonomi dan bisnis, dan terakhir Hubungan international.

Takdir pun berkata lain, saya dinyatakan tidak lulus pada saat itu. Padahal saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjawab soal tes dengan saksama dan benar. Namun kembali lagi apabila memang bukan jalan Allah untuk merujukan kehidupan masa depan saya kesana, saya tidak bisa memaksakan kehendak, karena sesuatu yang dipaksakan mungkin tidak baik kedepannya. Dan akhirnya pun awalnya saya sempat merasa sedih dan menangis juga, karena saya mencoba untuk introfeksi diri saja, mungkin kemampuan akademik saya kurang mendukung saya untuk dapat lulus di perguruan tinggi tersebut, dan saya juga menyadari akan kemampuan saya secara akademik mungkin tidak layak untuk berada diperguruan tinggi tersebut. Dan saya terus mencoba untuk mempositifkan diri saya dan mengambil hikmahnya. Dan jika dilihat dari faktor sisi lain pun, memang kampus tersebut jauh dari tempat tinggal saya, dan mungkin pembiayaan perkuliahan pun cukup besar, sementara saya sudah terbiasa dengan pembiayaan pendidika sendiri, dan saya tidak akan melibatkan orang tua saya lagi dalam urusan pendidikan.

Dan saya dapati bahwa pelajaran yang saya ambil dari gagalnya saya dalam test PTN tersebut adalah, semata-mata karena kemampuan baik secara kemampuan dasar akademik maupun pada sisi pembiayaan. Karena juga meskipun dengan penghasilan yang saya dapatkan, saya tidak menggunakan uang saya untuk kebutuhan saya sendiri. Saya juga menggunakan keuangan saya untuk memenuhi kebutuhan hidup saya, dan saudara-saudara saya, termasuk saya juga terkadang memberi orang tua saya. Bisa dikatakan pun saya merupakan tulang punggung keluarga. Sehingga mungkin di dalam fikiran saya waktu itu, apabila saya jauh dari orang tua saya, mungkin saya tidak bisa membantu keluarga saya dan keluarga saya dan mungkin pula saya tidak bisa berbisnis secara efektif, dikarenakan saya dihadapkan dengan lingkungan yang baru, tempat dan baru dan kondisi yang baru, yang tentunya akan mengulang smuanya dan mengawali semuanya dengan suasana baru tanpa support keluarga, yang dimana apabila saya memasuki PTN tersebut saya akan tinggal jauh dari keluarga dan menjadi anak rantauan.

Dan kemudian pun saya mengambil langkah untuk melakukan kembali shalat tahajjud dan istiqarah, saya memohon kepada Allah swt petunjuk yang terbaik bagi saya. Apakah saya harus memilih untuk mengambil langkah tetap mengikuti PTN atau mungkin saya harus mencari kerja saja. Namun jika dilihat dari sudut diri saya, saya tidak pernah memiliki minat untuk bekerja secara terikat dengan orang lain, dalam artian bukan saya sombong atau merasa mampu untuk berdiri sendiri, akan tetapi saya sudah dipupuk dan didasari oleh jiwa berbisnis dan saya sudah sangat melekat dengan dunia bisnis, dan penghasilan yang saya dapati pada saat itu saya merasa mampu untuk melanjutkan pendidikan saja menuju perguruan tinggi, karena saya tidak ingin menyia-nyiakan waktu saya. Dan saya memiliki cita-cita yang besar, saya ingin menjadi pengusaha yang sukses suatu hari nanti, ataupun seorang motivator yang bisa membagikan cerita saya kepada orang lain, dan saya ingin membangkitkan semangat orang lain didalam kehidupannya. Saya tidak ingin hidup hanya sekedar menjadi orang yang tidak punya tujuan dan pasrah saja. Namun saya sangat menyukai sesuatu yang berbau kepimpinan/leadership. Karena saya suka memotivasi dan berbagi kepada oranglain. dan saya kurang menyukai sikap semena-mena seperti merendahkan orang, memberikan perintah sesuka hati dan membeda-bedakan oranglain. 

Lihat selengkapnya