Towards a flow

Ayu Meillyng
Chapter #31

Penjebakan dan Penculikan

Tidak ada satu pun orang yang mengingkan kesulitan hidup, kalau boleh memilih antara bahagia dan sulit, mestilah semua akan menjawab ingin bahagia bukan? Namun hidup adalah pilihan, dan hidup adalah sebuah takdir, manusia telah diberikan perjanjian oleh tuhan jauh sebelum manusia itu ada di dunia. Kita telah menerima perjanjian dan ketetapan atas kehidupan yang kita dapatkan di dunia ini, tentang apa yang akan terjadi kepada kita, bagaimana arus kehidupan kita, posisi kita, cobaan kita, hingga waktu kematian kita.

Cobaan yang menimpa seseorang bertubi-tubi menimpa seolah Allah swt telah menunjukkan amarahnya, saya pun tidak mengerti apakah ini adalah bentuk amarahnya kepada saya, mungkin ada dosa dimasa lalu yang tidak saya sadari, akan tetapi setiap langkah yang saya terima, setiap pahitnya kisah yang menimpa, saya akan selalu berbesar hati dan ikhlas menerimanya dan tidak akan pernah berfikir untuk bersuuzdzon kepada Allah, karena saya yakin apapun yang diberikannya adalah bentuk kasih dan sayangnya kepada saya, dan berfikir bahwa ini adalah bentuk cinta dan kepeduliannya, Dia masih memberi pelajaran seperti ini, peringatan hidup ini agar saya bisa terus mawas diri dan menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.

Karena pun juga ketika kita sedang mengalami cobaan dan ujian sehebat apapun, disitulah keimanan kita bisa terukur, kita akan dihadapkan oleh 2 pilihan, memilih untuk menyerah dan putus asa, atau memilih untuk bertahan pada keyakinan dan tidak menyerah untuk menghadapi masalah tersebut. Yakinlah, badai pasti berlalu, saya mampu melewati masa tersulit, pada masa ini saya mengalami masa dimana salah satu oknum reseller sekaligus teman saya melakukan penjebakan dan penculikan terhadap saya. Tidak pernah disangka sebelumnya, hubungan yang baik-baik saja bisa menjadi sebuah tindak kejahatan dan perlakuan yang tidak manusiawi, semua didasarkan karena ego yang besar dan ambisius, karakter yang merasa dirinya hebat membuatnya merasa mampu untuk melakukan apa saja. ketika dia merasa mampu untuk melakukan apapun yang bisa mereka lakukan dengan uang dan kekayaan mereka. Saya hanya terdiam dan berpasrah saja saat itu, karena saya juga sudah tidak memiliki apapun lagi, bahkan semua harta orang tua sudah habis untuk mengganti kerugian bisnis saat itu.

Saya hanya berpasrah kepada Allah swt. Bahkan keluarga pun sudah habis tidak bisa membantu lagi, mereka sudah angkat tangan dan bahkan mereka pun tidak lagi memperdulikan saya. Namun kekuatan doa keluarga kandung yang bersatu, yaitu doa mama dan papa, diikuti oleh kedua saudara saya, yaitu kakak dan adik, akhirnya Allah berikan jalan keluar terbaik, dari jalan yang tidak disangka-sangka. Sungguh Pertolongan Allah itu amatlah dekat bagi orang yang sabar, dan segala sesuatu tergantung pada niat, kemudian juga disitu saya memetik semua buah kebaikan yang pernah saya tanamkan pada orang lain. Sungguh kebaikan itu tidak ada yang sia-sia meskipun sebesar biji dzarroh. Disaat orang lain tidak ada lagi yang mempercayai, disaat orang lain mengabaikan saya , Allah ada, Allah hadir bersama saya dalam penyekapan. Luar biasa kebesaran Allah swt. Saya benar-benar menjadi saksi dalam mukjizat dan kebesarannya atas kejadian yang pernah saya alami. Sungguh peran dan kekuatan doa itu sangat mustajab, terlebih lagi bagi orang yang dizalimi.

Terlepas dari itu saya menganggap apa yang terjadi ini adalah peringatan dan rasa cemburu Allah terhadap saya, dimana sayamungkin lebih mementingkan urusan duniawi, terlalu sibuk dengan urusan bisnis, sehingga terkadang melupakan perintah dan kewajiban terhadap ajarannya, maka dari itu Allah memberikan teguran, karena sesungguhnya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang juga sangat mencemburui umatnya yang berpaling. Mungkin ini adalah bentuk kecemburuan Allah swt terhadap umatnya yang berpaling dari kewajibannya. Karena setiap apa yang dilakukannya, tidak akan tidak ada artinya. Percayalah semuanya ada hikmahnya.

Lihat selengkapnya