Suara adzan subuh pun terdengan dari aplikasi yang ada di ponsel saya. Saya pun terbangun, dan segera mengambil wudhlu untuk melaksanakan sholat subuh. Mengawali hari kedua perjalanan trip di Singapura ini, saya mengawalinya dengan doa dan zikir pada subuh itu. Meski sudah mendapati respon atas kejadian malamnya, masih sedikit merasa trauma, saya belum bisa melepaskan sepenuhnya rasa lega, karena pun tidak tau kenapa pada subuh itu saya sedikit merasa kurang sehat, dan perasaan saya tidak enak. Seusai shalat subuh pun, firasat buruk mulai menunjukkan tandanya. Didalam kamar mandi hotel terdengar suara gelas yang pecah, setelah saya melihatnya, gelas kaca untuk berkumur tiba-tiba belah dan pecah, memang sebelumnya pada saat saya berwudhlu saya menggunakan gelas tersebut untuk berkumur dan mengambil wudhlu, memang saya pun menggunakan keran wastafel dengan air yang agak panas. Saya berfikir saat itu mungkin gelas tersebut retak akibat gelas kaca yang diisi air panas tadi. Tapi tidak tahu kenapa perasaan saya merasa tidak enak saja, dan saya langsung mengucapkan kalimat istigfar dan memohon perlindungan kepada yang maha kuasa.
Pagi hari pun tiba, saya pun segera membereskan perlengkapan pribadi saya karena sudah harus chekout, dan tamu tour berakhir pada hari itu, sedangkan saya seharusnya pulang pada keesokan harinya dan akan pindah hotel setelah mengantar tamu ke bandara. saya pun segera turun kebawah untuk melihat persiapan breakfast / sarapan pagi untuk tamu-tamu saya. Setelah semua para tamu saya sudah sarapan dan makan, kami pun langsung melakukan chek-out hotel. Kemudian melakukan breefing kembali kepada mereka sebelum trip hari terakhir dimulai. Kami melakukan breefing di depan hotel tersebut dan kemudian mengambil foto sebagai kenang-kenangan. Banyak hal yang saya sampaikan pada breefing di hari terakhir itu. Saya berusaha untuk memberikan mereka pelayanan yang terbaik dan memberikan motivasi serta semangat untuk mereka, meskipun pada saat itu sebenarnya kondisi sedang sedikit kacau, baik fikiran saya, jiwa saya, maupun kondisi fisik saya yang kurang sehat, saya tetap mencoba melakukan yang terbaik dan saya tidak menunjukkan kepada mereka permasalahan apa yang sedang saya alami.
Karena lagi-lagi saya merupakan orang yang cukup bisa menyimpan kesedihan saya didepan orang lain, karena saya hanya tidak ingin membuat orang lain ikut merasa terbebani dan khawatir, dan bagi saya customer adalah prioritas yang paling utama, dan jika kembali lagi kepada prinsip hidup, saya hidup untuk orang lain, dan kehidupan sebagai manusia yang hakiki adalah ketika saya bisa bermanfaat untuk orang lain, saya akan melakukan apa saja demi membuat orang lain bahagia, dan saya pun terkadang lupa akan diri sendiri. Meskipun terkadang orang lain berpendapat bahwa diri sendiri lebih penting daripada orang lain, memang hal itu benar penting. Akan tetapi bagi saya yang lebih penting adalah kedudukan sebagai manusia yang dianugerahi hati nurani.
Ketika kita dianugerahi oleh tuhan hati nurani, kita harus bisa menempatkan hati nurani kita ini sebagai apa dan kepada siapa? Karena bagi saya kehidupan tidak akan abadi hanya di dunia saja, masih ada akhirat, kenapa Allah memberikan kita hati nurani dan iman? Karena semata-mata ia ingin melihat siapakah yang paling baik amalnya diantara manusia yang lain, dan ketika dunia berakhir, semuanya akan dipertanggungjawabkan dihadapannya, dan apa saja yang sudah kita lakukan selama di dunia, bagi saya pun tidak ada kebaikan yang sia-sia, sekecil apapun kebaikan semuanya akan ada buahnya dan setiap keburukan pun pasti ada karmanya.Mengingat kepentingan diri sendiri adalah hal yang penting, menurut pendapat saya, kepentingan diri sendiri itu tidak harus dinilai dari kehidupan secara material, fisik, dan egoisme. Kepentingan pribadi yang seharusnya dilakukan individu adalah tidak melupakan kewajibanya terharap Tuhannya. Menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Rundown di hari kedua dan terakhir pun dimulai,satu persatu peserta pun mulai masuk kedalam bus pariwisata, dan saya pun masuk pada baris terakhir dan duduk dibagian paling belakang. Kemudian tour pun kembali diambil alih oleh seorang tour guide lokal berlisensi yang sudah dibayar selama tour. Bus pun berjalan perlahan sekali mengelilingi kota singapura, dan Tour guide pun berdiri dibarisan terdepan dengan pengeras suara dan menjelaskan kepada para tamu selama di perjalanan, Tour guide memberikan berbagai penjelasan mulai dari sejarah kota singapura, nama jalan dan tempat di negara singapura, dll sebagainya. Saya melihat tamu-tamu saya menyimaknya dengan saksama, ada feedback tanya dan jawab dari mereka. Saya hanya tersenyum di belakang melihatnya. Saya cukup bahagia meskipun keadaan saya sedang kurang baik. Namun saya senang melihat mereka yang antusias dan takjub dengan keindahan kota Singapura yang bersih dan tertata rapi itu. Perjalanan pun terus berlangsung, perjalanan yang dimulai sejak pagi pukul 08.30 hingga sore hari. Mereka terus bersemangat memasuki destinasi wisata yang ada disingapura.