Towards a flow

Ayu Meillyng
Chapter #33

Pertemuan di Hotel Berbintang 5 Berujung Jebakan dan Penculikan

Keesokan harinya pun tiba, hari itu adalah hari dimana seharusnya jatuh tempo perjanjian antara saya dengan Rini. Hari itu saya diharuskan untuk menyerahkan uang secara penuh kepada Rini. Namun berhubung uang nya belum cukup pada hari itu, akhirnya saya pun berfikir untuk memberikan uang yang ada dulu saja, dan kekurangannya akan coba diusahakan dan carikan dulu dari bantuan keluarga. Akan tetapi justru keadaan menjadi kacau dan berada diluar bayangan. Kejadian yang tidak pernah terbayangkan justru menimpa saya. Rini melakukan penjebakan dan penculikan terhadap saya. Dengan menyuruh beberapa orang suruhannya yang dikepalai oleh seorang perempuan sebagai kepada divisi perencanaan mereka.

Penjebakan bermula dilakukan oleh pihak Rini, mereka membuat akun fake di sosial media, kemudian mereka menyadap instagam saya, dan mengaku sebagai seorang Agent Bisnis yang ingin mengajak saya bekerja sama dalam bisnisnya. Akhirnya saya menyetujuinya, karena saya berfikir mungkin ada jalan lain dari Allah swt, terlebih lagi mengingat memang saat itu sedang membutuhkan banyak uang untuk mengganti kerugian Rini. Akhirnya saya diminta oleh pihak mereka untuk menemui mereka di sebuah resto yang berada di hotel di pusat kota tempat dimana paman tinggal. Kemudian dengan penuh semangat segera bersiap-siap untuk menemuinya.

Setelah mendapati kabar tersebut, saya langsung memberitahukan kabar tersebut kepada paman, dan menceritakan kepadanya bahwa ada orang yang mau mengajak berbisnis, lalu tanpa fikir panjang, paman juga menyetujuinya. Saya langsung bergegas untuk mandi setelah sarapan, lalu melakukan shalat dhuha terlebih dahulu, kemudian langsung bersiap-siap. Sebelum kami menuju lokasi tempat janjian yang dijadwalkan, paman terlebih dahulu mengajak saya untuk ke bank, yang mana sesuai apa yang dikatakannya sebelumnya, bahwa dia akan mengambil tabungannya untuk membantu dalam menambahi kekurangan uang atas kerugian Rini.

Sesuai urusan perbankan kami selesaikan, kami langsung menuju lokasi dimana tempat kami janjian, yaitu di sebuah hotel berbintang 5. Lalu sesampai disana, kami langsung menjumpai orang yang mengaku sebagai agen bisnis tersebut, dan dia sudah datang lebih dulu menunggu kami di resto yang ada didalam hotel tersebut. Akhirnya kami berjumpa dengan seorang perempuan yang berbadan tinggi dan kekar, dan kemudian dia mengenalkan dirinya yang bernama Diandra.

Setelah bertatap muka, Bu Diandra memulai obrolan dan menjelaskan tentang perencanaan bisnis yang ingin dilakukan. Dia memberikan penawaran bisnis dan mempercayai saya untuk mengelola suatu bisnis dan dia yang akan memberikan modal kepada saya. Setelah menandatangani kesepakatan dalam bentuk dokumen, bu Diandra mengajak untuk keluar dari resto, namun Dia hanya mengajak saya, dan meminta paman untuk menunggu ditempat duduk. Dia mengajak keluar resto dengan alasan untuk mengambil uang dari sebuah ATM yang ada di depan hotel.

Setelah berjalan berdua dengannya, kami berada tepat di halaman parkir mobil depan hotel, kemudian bu Diandra meminta untuk menunggu didpn hotel, kemudian dia berjalan sebentar menuju sebuah mobil Innova yang terparkir tidak jauh dari tempat saya berdiri. Tak lama kemudian, bu Diandra memanggil dan meminta saya untuk menghampirinya ke mobil. Setelah berjalan menuju mobil tersebut, para komplotan mereka pun mulai melakukan aksinya.

Dari belakang saya, serangan datang dari beberapa orang yang mendorong saya masuk ke dalam mobil secara paksa. Hal ini sangat membuat saya terkejut dan shock. Lalu saya berteriak sekuat tenaga untuk meminta tolong, namun tidak satu orang pun mendengar dan membantu, setelah masuk kedalam mobil, mereka langsung menutup pintu mobil tersebut dan membentak didalam. Saya sangat merasa ketakutan sekali, dikelilingi oleh 6 Orang laki-laki dan 1 Orang perempuan, yaitu bu Diandra. Sepanjang perjalananan mereka membawa pergi dan terus membentak-bentak saya, mencekik, meremuk wajah saya dan hampir nyaris mereka ingin menghabisi saya. Mereka juga merampas handphone, agar saya tidak bisa menghubungi siapapun. Sungguh saya berusaha untuk melawan rasa traumahelling dalam tulisan ini, seolah kembali mengenang dan merasakan kondisinya secara nyata. Perlakuan mereka yang cukup sadis, hilangnya hati nurani manusia dikarenakan sebuah emosi membuat manusia lupa akan tentang kemanusiaan.

Kemudian ditengah-tengah perjalanan, saya menanyakan sebenarnya apa yang mereka rencanakan, dan apa tujuan mereka menjebak ingin menculik saya. Kemudian mereka pun menjawab, mereka adalah orang-orang yang diminta oleh rekan saya Rini. Mereka mengatakan bahwa Rini lah yang meminta mereka untuk mengintai dan menjebak saya. Karena dalam hal ini ia melakukannya semata-mata dia takut jikalau saya tidak akan memenuhi tanggung jawab. Padahal tujuan keberangkatan sementara ini adalah ingin menyelesaikan permasalahan dan mencari solusi, sebagaimana juga padahal sebelumnya sudah disepakati perjanjian tempo waktunya dan bagaimana tanggapan serta penjelasan iktikad baik terhadap dirinya. Akan tetapi hancurnya pemikiran positif dan kepercayaan dirinya kepada saya, membuatnya berniat untuk melakukan tindak kriminal seperti ini. Ketidaksabaran hatinya membuat dirinya menggebu-gebu dan terbakar emosi.

Setelah mendengarkan penjelasan dari mereka tentang tujuan dan asal usul mereka, saya pun kembali memberikan penjelasan kepada mereka. Dan mengatakan kepada mereka bahwa memang pada hari itu, saya berniat untuk membayar sejumlah uang atas kerugian Rini, namun dikarenakan dana belum terkumpul sepenuhnya, saya bermaksud berbicara kepada Rini tentang hal yang sejujurnya. Tentang berapa uang yang ada saat itu dan berniat untuk melakukan diskusi lagi tentang kekurangan nya, mungkin bisa dibantu untuk tempo waktu supaya bisa mencoba berusaha mencari di jalan yang lain dulu, mungkin melalui keluarga yang lain.

Pasca mereka mendengarkan penjelasan dari saya, mereka melakukan video call dengan Rini, dan bu Diandra menjelaskan kepada Rini tentang apa yang sudah saya sampaikan. Dengan merasa gagah dan hebat, Rini mencaci maki melalui video callnya, saya pun tetap merendahkan diri, dan saya meminta maaf kepadanya atas kesalahfahaman yang terjadi padanya. Saya pun tetap mengakui kesalahan terhadap dirinya yang juga dirugikan, akan tetapi saya mengatakan kepadanya bahwa saya tengah berusaha, dan apa yang sudah disampaikan dari awal, saya akan tetap konsisten pada perkataan. Saya akan terus berusaha semaksimal mungkin dan semampu saya. Karena saya percaya tidak ada yang tidak mungkin,semua masalah pasti ada jalan keluarnya.

Usai perdebatan panjang dan caci makian yang begitu banyak. Bu Diandra mematikan videocall nya. Lalu mereka menanyakan kepada saya terkait jumlah ketersediaan uang yang ada di tangan saya saat itu. Saya katakan pada mereka bahwa uang yang ada saat itu semuanya ada sekitar 25 juta. Akhirnya setelah berdiskusi dengannya, bu Diandra meminta saya untuk menyerahkan semua uangnya. Dan pada saat itu uang ditangan saya ada cash 5 juta dan 20 juta ada di rekening bank, saldo tersebut adalah gabungan bantuan dari beberapa pihak keluarga.

Lihat selengkapnya