Towards a flow

Ayu Meillyng
Chapter #38

Memetik Hikmah dari Indahnya Memaafkan dan Perdamaian

Akhirnya pasca mendengar keterangan dan penjelasan dari pihak kepolisian, saya mengatakan kepada mereka bahwa saya ingin menelfon orang tua dulu, karena pada saat itu saya tidak didampingi orang tua saya, karena orang tua sedang sakit terbaring dirumah karena kelelahan. Kemudian saya menelfon mama, dan pada saat itu saya ingin mengatakan kepada mama bahwa laporan tuntuan ini jangan dilanjutkan, dan saya ingin memastikan bahwa saya baik-baik saja. dan tuntutan terhadap pihak Rini sebaiknya tidak dilanjutkan untuk diproses, saya menginginkan kedamaian saja agar bisa segera pulang. Mengingat hari itu pun sudah malam, jam menunjukkan pukul 12.30 malam.

Setelah terhubung dengan orang tua, saya langsung menjelaskan kepada mama tentang semuanya, kemudian menjelaskan kepada mama tentang tuntutan dan ancaman untuk mereka serta mencoba untuk bertukar fikiran dan bicara dari hati ke hati tentang masa depan dan kehidupan mereka. Dan akhirnya mama pun sepakat dengan apa yang saya katakan, dan beliau hanya ingin memastikan bahwa saya baik saja. dan dia menyetujui jika tuntutan dicabut dan konflik akan diputuskan dengan cara yang damai saja.

“Tuttt... tuttt... tutt...,” dering teleponku (panggilan mama)

“Assalamualaikum mah,” ucapku.

“Waalaikum salam iya nak, ya Allah nak, kamu gimana keadaannya sekarang? Apa masalahnya udah selesai, kamu dimana sekarang?,“ ujar mama dengan nada sedih

“Iya mah, aku gak papa kok, Alhamdulillah aku baik-baik aja mah, ini masih dikantor polisi mah, setelah penjelasan panjang lebar dari pak polisi, aku udah tau semuanya. Aku gak papa, ada hal yang lebih penting dari itu sekarang mah, hari semakin pagi, aku lelah banget mah. Aku mau pulang. Tapi sekarang permasalahannya belum selesai terkait tuntutan yang mengait mereka mah. Aku engga tega,“ jawabku.

“Hm emang kenapa? Masalahnya belum selesai ya? biarlah pihak kepolisian yang ngurus, kamu pulanglah ajakinlah om, om mana?,“  tanya mama

“Iya mah, ini tadi abis mediasi, Cuma denger tuntunannya aku gak tega mah, mereka bisa terancam belasan tahun penjara, dan denda pun 2 miliar, pastinya profesi mereka juga terancam bisa berhenti kerja. Mah beberapa dari mereka punya anak istri, kasihan. Mereka juga sebelum aku pulang sempet minta maaf sama aku loh mah, bahkan bu Diandra sempat menawarkan pekerjaan untuk aku, tapi aku nggak tau kalo akhirnya jadi kek gini. Aku kira mereka baik kok, dan mereka hanya emosi menculik aku, meskipun seperti kata pak polisi tindakan mereka salah. Tapi tetap aja mah, kita sebagai manusia yang dikasih Allah hati nurani, setidaknya berikanlah mereka kesempatan, dan biarlah kita akhiri masalahnya dengan jalan yang damai aja. Kita anggap semua ini sebagai cobaan dari Allah swt. tentunya kita akan mendapati hikmah setelah ini. Mah uang dan rezeki bisa dicari kok. Allah sudah mengatur ketetapan rezeki setiap umatnya, dan bagi siapapun yang sabar pasti Allah akan berikan hadiah, mudah-mudahan Allah hadiahkan kita sesuatu yg lebih baik suatu hari nanti, atas kebaikan dan keikhlasan yang kita buat. Mungkin mama dipermudahkan oleh Allah untuk mengurus pelaporan ini, orang lain bisa kasihan sama kita. Seharusnya kita menyadari mah, semua bisa terjadi karena apa? Ini adalah balasan dari Allah karena mungkin mama dulu suka memudahkan urusan orang lain, dan kita suka membantu orang lain, maka dari itu, saat ini kita dilanda kesulitan. Tuhan memudahkan urusan kita pula. Apalagi mungkin disaat seperti ini, setelah ini kita harus bangkit memulai semuanya dari awal. Biarlah mah, setidaknya kita tidak berbahagia diatas penderitaan orang lain. Lebih baik kita menderita dan merintis perlahan namun kita tidak membebani siapapun dan tidak membuat orang lain menderita. Tuhan lebih mengetahui apa yang seharusnya dia beri. Kumohon mah, mari kita membuka hati untuk mereka, maafkanlah mereka,” ucapku sambil menangis

“Hmmmm... (mama pun menangis) iya nak, sejujurnya sebenarnya mama juga tidak sampai hati untuk melakukan itu semua, namun mama juga tidak tahu kenapa setiap setelah berdoa di sepertiga malam, hati ini mengarahkan mama untuk melakukan pelaporan saja, mengingat pula rasa kekhawatiran dalam diri mama begitu besar terhadap kamu, mama selalu memikirkan kondisi dan keadaan kamu, apa yang mereka lakukan, meskipun kadang kamu memberi kabar kalo kamu baik-baik saja, mama tetap tidak bisa tenang. Orang tua mana yang nggak susah ketika anaknya dalam keadaan terancam, tidak ada satu pun orang tua yang tidak khawatir akan keselamatan anaknya. Dan hari itu, mama nekat mencoba membuat laporan polisi kemudian mama menangis disana, lalu mama di hampiri oleh seorang bapak yang menjabat sebagai Jendral disana, akhirnya bapak tersebut mengajak mama untuk bicara dan menjelaskan semua kronologisnya, dan akhirnya bapak tersebut langsung dengan cepat mengarahkan pegawainya untuk memproses pelaporan kamu ini, prosesnya kemarin pun mama tidak menyangka, semua seperti sangat lancar, seolah Allah memudahkan segalanya. Mama pun sebenarnya bingung, jika dilihat dari cara mereka yang memperlakukan kamu tidak manusiawi, tidak sepantasnya mereka untuk dimaafkan. Ini bukan tentang rasa kasihan, tapi tentang keadilan nak. Apa kamu benar-benar yakin untuk melepaskan mereka dan memaafkan mereka?,“ tanya mama.

“Iya mah, terima kasih atas perjuangan mamah, namun sekali lagi aku minta maaf mah sama mama, coba mama fikirkan lagi, disini aku tidak ada permasalahan apapun, aku dalam keadaan sehat wal afiyat. Mah bukan aku nggak menghargai perjuangan mamah, dan aku bukan tidak menginginkan keadilan mah. Aku sudah ikhlas menerima semua kenyataan ini. Aku sudah memaafkan mereka. Ayolah ma, kita lihat sisi kehidupan mereka, jangan lihat keburukan mereka. Ambil sisi positifnya saja. lupakan tentang keadilan saat ini. Dan fikirkan tentang kemanusiaan mah? Ya ma, kita maafkan mereka,“ ucapku

Lihat selengkapnya