Towards a flow

Ayu Meillyng
Chapter #36

Situasi Berubah Diluar Diagnosaku

Tibalah pada jum’at barokah, pagi hari sudah terbangun kembali dan membuka mata, masih dalam posisi berbaring, saya menyatukan jari jari kedua tangan , kemudian menggenggam nya didepan dada, mengawali pagi itu dengan harapan dan doa.

“Bismillahirrahmanirrahim, Jumat barokah, ya Allah, terima kasih engkau masih membukakan mataku hari ini, engkau masih pertemukan hamba dengan dunia, masih ada satu hari lagi waktu menuju penyelesaian masalahku, ya Allah lancarkanlah segala urusanku, dan berikanlah hikmah yang sangat berarti dari ujian mu ini, meskipun permasalahan ganti rugi ini nantinya telah selesai, kumohon ya Allah, cukupkanlah cobaan hamba, dan jalinkanlah diantara kami semua sebagai silaturrahmi yang baru, atau saudara yang baru. Ya Allah, jadikanlah hati hamba sebagai hati yang pemaaf, yang mudah memaafkan dan melupakan segala bentuk kezaliman orang lain padaku. Aku ikhlas menerima semuanya ya Allah. Jadikanlah keikhlasanku ini, sebagai nilai amal baik disisimu, jadikanlah cobaan yang hamba terima ini, sebagai tanda kasih sayangmu pada hamba, dan jadikanlah kesabaran hamba ini, sebagai timbangan pada hari perhitungan Ya Allah, yang membawa hamba pada timbangan amal baik. serta barokahilah orang-orang yang telah berbuat kepada hamba, cahayailah hati teman hamba Rini, dan lindungilah dia beserta rekan-rekan suruhannya, ampunilah mereka apabila mereka terpaut emosi. Sungguh ya Allah, hamba menyayangi semua ciptaanmu. Amin..,” doaku pagi itu dan meneteskan air mata.

Saya pun segera bangun dan langsung mandi. Kemudian karena pada hari itu adalah hari terakhir disana, akhirnya saya berinisiatif untuk beres-beres rumah, kemudian mencuci pakaian dan peralatan selimut dan sarung bantal yang saya gunakan untuk alat sholat. Saya hanya berniat untuk meninggalkan kesan baik saja sebelum pergi. Dengan penuh semangat saya mengerjakan semuanya sampai beres dan bersih. Pada pagi itu tidak ada siapapun disana, hanya ada pak Danu di kamarnya dan bu Diandra pergi menemui rekannya dari Singapura untuk meeting. Kemudian pada siang harinya sekitar pukul 11.00 bu Diandra kembali pulang ke rumah itu sejenak, karena tamu nya ingin melakukan ibadah shalat jum’at terlebih dahulu, kemudin setelah shalat jum’at mereka akan kembali melanjutkan meetingnya. Setelah bu Diandra datang kerumah, dia melihat saya yang baru saja selesai menjemur cucian, dan kemudian membereskan kain pel dan menyusun sapu. Bu Diandra melihat saya dan tersenyum, dan dia juga sempat membuat gurauan pada saya, setelah selesai kamudian saya duduk didepannya. Kemudian dia memulai obrolan dan obrolan kami berakhir dengan keharuan.

“Wah... sudah bersih semua nih, hmm ada yang mau pulang nih yah besok, udah ga sabar nih kayaknya Ling mau pulang, nanti bakal kangen loh sama kita disini ya haha,” gurau bu Diandra.

“Ehhh ibu udah pulang, hmm bisa aja ibu nih, enggaklah biasa aja kok bu, aku gak akan lupa kok semua kenangan baik selama disini tenang aja, iyah paling nanti kangen bu, semoga nanti bisa dipertemukan lagi ya bu, ibu nya juga sibuk, sukses buat karir ibu ya..,” ujarku pada bu Diandra.

“Iya Ling, aminnn..,” jawab bu Diandra. 

Kemudian saya pun duduk didepan bu Diandra seusai beres-beres. Kemudian bu Diandra membuka pembicaraan setelah diam beberapa saat.

“Ling..,” panggil bu Diandra.

“Iya Bu..?,“ jawabku menatapnya.

“Gimana perasaan kamu? Kamu senang ya besok mau pulang? Kalau ibu sih malah jadi sedih hehe, gaktau juga kenapa,” tanyanya padaku.

Lihat selengkapnya