Peringatan!
Cerita ini banyak mengandung unsur kekerasan, kata-kata kasar, dan lain sebagainya. Harap bijaksana dalam membaca. Jika mudah merasa terganggu, ada baiknya tidak melanjutkan membaca. Cerita ini terinspirasi dari beberapa kisah nyata orang lain sekaligus.
.
.
.
Sebuah rumah dengan nuansa putih terlihat damai dari luar. Tidak terdengar suara sama sekali, benar-benar hening dan sunyi. Jelas saja rumah itu sepi, seluruh penghuni rumah sedang berada di luar. Tapi semua itu tidak bertahan lama. Dalam beberapa detik, sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan pagar dan seorang pria keluar dari dalamnya. Pria itu tampak terburu-buru membuka pagar dan memasukkan mobilnya ke halaman rumah.
Begitu mobil telah terparkir, dia turun dari mobil dan membuka pintu penumpang dengan kasar. Pria itu menarik seorang anak perempuan dari kursi penumpang dengan gusar dan menyeretnya ke dalam rumah. Tangisan yang memekakkan telinga terdengar. Anak perempuan yang diperlakukan selayaknya boneka itu terlihat kesakitan ditarik-tarik dengan kasar.
“DIAM! BERISIK SEKALI KAMU!!” bentak pria itu pada puteri semata wayangnya.
Si anak perempuan menggigit bibirnya erat. Dia masih menangis terisak-isak tetapi menahan suaranya agar tidak menembus tenggorokan. Kalau ayahnya sudah membentak seperti itu, dia harus menurutinya. Jika bersuara sedikit saja, maka tempelengan akan didapatnya.
Ayahnya berjalan cepat. Karena tidak dapat mengikuti langkah besar pria itu, si anak perempuan pun terseret. Alhasil seluruh bagian lututnya tergores pasir-pasir di halaman dan keramik rumah.
Sesampainya di depan kamar mandi, sang ayah membantingnya di lantai dan membuka pintu. Kemudian pria itu kembali membanting tubuh si anak perempuan di dalam kamar mandi. Kali ini si anak perempuan tidak dapat menahan suara tangisannya. Dia kesakitan, ketakutan, dan tidak mengerti letak kesalahannya sehingga ayahnya seperti ini. Yang dia tahu, ketika melihat teman-teman baru di sekolah play group dia menghindar dan tidak ingin bersekolah. Tiba-tiba saja ayahnya marah besar dan menyeretnya pulang. Berarti tidak mau bersekolah akan membuatnya diseret dan dimarahi. Dia tidak boleh melakukannya lagi.