Toxic Relationship

Nurusifah Fauziah
Chapter #18

Burn Out

~Harusnya sih jangan berharap. Tapi yang namanya hati kadang suka susah dikasih tahunya. Padahal ujung-ujung nya juga bakalan sakit. Ngeyel sih.~

■■■■■■■■■■■■■■■■

Penghujung masa kontrak sudah tiba. Sebelumnya mereka berkata bahwa Supervisor sudah setuju untukku menjadi karyawan tetap. Mereka mengubah-ubah posisi bekerjaku. Meski begitu, aku tetap bisa menyelesaikan tantangan sesuai waktu dan target produksi. Pikiranku lumayan tenang saat itu. Kalau aku bisa jadi karyawan tetap di sini aku gak perlu khawatir lagi dengan cicilan yang tiap bulannya meludeskan saldo di rekening bank.

"Zy dipanggil ke ruang meeting tuh," ujar Sub Leader menghampiriku.

Telapak kaki mulai ragu untuk melangkah. Perasaanku menjadi tak enak seketika. Padahal ini masih H-7 sebelum tanggal kontrak berakhir, namun aku sudah disuruh menghadap.

Di ruangan yang terjejer banyak bangku dan seluruh atasan dari setiap bagian sudah bersiap di depan, kami duduk dan menantikan kabar apa yang ingin disampaikan.

"Dengan berat hati seluruh yang terpanggil hari ini tidak bisa melanjutkan bekerja di perusahaan ini."

Biburku seakan terkunci. Kedua bola mata polos yang mulai menjadi sembab memandang atasanku yang baru saja berkata demikian. Kenapa begini? Bukan kah kemarin Mpo bilang kalau aku sudah disetujui menjadi karyawan tetap?

Seperti lego yang sudah disusun sedemikian hati-hati kemudian runtuh tersapu kencangnya angin yang bertiup, harapanku tumbang seketika.

Aku mulai mencari pekerjaan baru. Tak berhenti dan beristirahat, waktu senggang pun kupakai untuk 'ngebid'. Menelusuri perumahan dan jalan yang sebelumnya gak terpikirkan olehku. Kini aku sibuk menjamah trotoar.

Suatu siang yang terik, sepeda motor matic berwarna merah tengah menembus kemacetan kota yang tiada henti. Benar-benar cuaca yang panas. Bisa dikatakan saat ini cuacanya sedang ekstrem. Saat panas tiada terkira namun tiba-tiba hujan datang mengguyur. Bagi kami para pencari receh di jalan mana peduli dengan itu? Yang kami tahu hanyalah mengumpulkan koin demi koin yang siap diburu sekawanan. Siapa yang lebih giat dan tak kenal ngaso, ya dia lah yang akan menerima hasil enaknya. Semua ada harganya. Waktu memiliki nilai yang jika dimanfaatkan dengan baik akan menghasilkan kehidupan yang layak.

Brrrrggggg!!!!

Suara hantaman keras terdengar dari seberang jalan. Membuatku berdiri seketika memandang jauh ke depan. Hanya dalam hitungan detik, pasukan hijau dari beragam plat daerah berkumpul di titik kejadian. Sebuah mobil menghantam keras sepeda motor yang tengah berkendara di kiri jalan. Untuk menghindari kesalahannya, mobil itu berusaha melarikan diri. Namun nasi sudah menjadi bubur, hal itu tak bisa dihindarkan lagi karena pasukan hijau sudah menghadangnya secara melebar. Mereka menuntut keadilan dan tanggung jawab si pelaku untuk menerima konsekuensinya. Benar-benar pemandangan yang mencengangkan. Mataku terpana melihat kekompakan itu. Tak mengenal dari mana kita berasal, berapa usia, dan jabatan apa yang dipunya, mereka saling bahu membahu meski berbeda aplikasi ojek online. Aku bangga menjadi bagian dari mereka. Ini memberiku nilai kehidupan dari sisi yang lain. Memberiku makna untuk berjuang lebih giat dan menghargai hasil perjuangan yang sudah didapat.

♡♡♡

Lihat selengkapnya