"Cinta datang tanpa diminta. Seringkali salah orang. Sekali cinta, dia bukan orang tulus membalas mencintai.Bisakah perasaan tulus bertahan ketika segala sesuatunya dimulai dengan salah?" __ Jane Karedhu
***
Di taman yang sunyi. Jane Karedhu menikmati tubuhnya yang dalam posisi terbaring terlentang menghadap angkasa berputar pelan searah jarum jam mengikuti ayunan putar. Setelah tadi, cewek itu sempat merasa kesal karena beberapa kali gagal melempar bola basket menuju tepat ke sasaran tengah ranjang yang menempel di ketinggian tiang besi yang berdiri kokoh di tengah lapangan yang lokasinya tepat di belakang rumah mewahnya.
Mata cewek itu terpejam seolah menikmati sensasi 'dejavu' di taman playground kids di masa kecilnya. Kenangan bersama Ayahnya saat berlibur di game zone di sebuah swalayan begitu saja bergerak bak putaran pita kaset yang bergerak slow motion memenuhi laju arus pikirannya.
Ting!
Pesan text masuk di smartphone di saku celananya. Jane membaca barisan text itu.
"Apa hari ini semua sesuai rencana kita?" Jane tercenung. Keningnya berkerut memikirkan sesuatu.
Shitt! Aku membuat janji dengan dia. Bagaimana aku bisa lupa. Semua ini gara-gara Mama yang sering memarahiku. Aku jadi stress dan pelupa.Pikun. Demensia akut. Jane memukul kecil kepalanya sendiri.
Jane merutuki dirinya sendiri dan Mamanya yang mungkin saat ini sedang melakukan pengamanan di ruang persidangan atau mungkin Mamanya sedang sibuk membantu mengatur lalin di jalan raya Jakarta yang super macet tiap hari.
Sebuah mobil grabb mengantarkan Jane pada sebuah coffe shop yang ramai dengan pembeli. Mungkin karena akhir pekan, banyak orang metime dengan nongkrong di tempat seperti ini.
"Hallo! Jane Karedhu" Jane melepas earphone di telinganya dan meletakkan di atas meja tepat di samping gawainya.
"Hai! Arga Mahameru." Lelaki muda langsung menyambut hangat uluran jabat tangan dari Jane.
"Sudah menunggu lama, ya?.Apa aku terlambat?"
"Ngga juga. Kamu seorang perempuan, bukan?"
"Mau pesan minum dulu?"
"Coklat hangat saja."
"Hmm, ok. Not bad choice untuk menghangatkan badan di tengah udara Jakarta yang lumayan dingin."
Cowok itu melambaikan tangan ke arah pelayan coffe shop.
"Coklat hangat dan piscok dua ya," Ucap cowok itu sembari memberikan beberapa lembar uang sebagai tips.
"Kamu punya Pajero atau BMW?" Pertanyaan itu begitu saja meluncur dari bibir Jane.