"Bagaimana rasanya bila hubungan seorang Anak dan Ibu menjadi seperti dua orang asing di dalam sebuah rumah tanpa lampu ( Lampu = Ayah) " Jane Karedhu
***
Sekitar pukul setengah sepuluh, Jane bangun, tapi nggak langsung bangkit dari tempat tidur. Dari posisi rebahannya sekarang, dia masih bisa menjangkau smartphone dan menekan asal salah satu tombolnya supaya notifikasi di layar bisa kelihatan. Kosong. Jangankan SMS, miscall pun ngga' ada.
Jane baru teringat kalau dia sudah putus dengan Andrew. Tidak ada lagi chat sayang dan panggilan obrolan.
Jane merasa sedikit kecewa. Arwana, Anjing pudel kesayangannya naik ke kasurnya. Jane meraih Arwana dan mendekapnya di balik selimut bed cover.
Ting!
Sebuah notifikasi masuk. Jane mengeceknya. Ternyata notifikasi itu untuk broadcast informasi tentang bahaya mengonsumsi buah-buahan yang dijual di pinggir jalan, kemungkinan besar sih hoax.
Jane menggeram. Smartphone itu dihempaskannya kasar di atas tempat tidur, dengan posisi layar menghadap ke bawah. Meski begitu, saat dia benar-benar bangkit dari tempat tidur sambil menggendong Arwana, cewek itu mengurungkan niatnya meninggalkan benda mungil berwarna hitam itu di sana. Meskipun dengan hati gondok, dia mengantungi Smartphone-nya lalu berjalan ke arah jendela kamar. Membuka tirai.
Jane tiba-tiba merasakan sensasi dingin menerpa kedua pahanya. Ia baru sadar dengan kebiasaannya, tidur hanya dengan memakai CD dan kaos oblong saja, Jane meraih celana Jersey yang tergeletak di sebuah manekin di kamarnya.
Jane keluar kamar dengan menggendong Arwana.
"Ah, Pagi. Mama masih disini. Belum berangkat?" Jane menyapa Mama Drupadi yang sudah berseragam siap berdinas.
Mama Drupadi menikmati segelas susu hangat di meja makan.
Jane melepaskan Arwana dari gendongannya. Anjing itu berlari keluar menuju taman rumah.
"Aku akan membereskan dan membersihkan semuanya setelah sarapan. Mama jangan khawatir. Ok?" Jane mengambil piring.
"Kamu tidak akan terlambat masuk kuliah?"
"Tidak. Kelasku dimulai jam ke-2, Ma."