Toys

Bisma Lucky Narendra
Chapter #9

Circle

" Seorang anak yang kehilangan figur seorang Ibu seperti anak ayam kehilangan induknya. Anak itu akan berisik mencari perhatian di luar rumah." Drupadi

***

Arga membelai-belai rambut panjang milik Jane. Memainkan poni yang sedikit menutup dahi gadis di sebelahnya.

"Teman-temanku menelponku, untuk jalan-jalan, menonton film, konser musik atau sekedar nongkrong di tempat yang lagi happening."

"Aku tidak mau. Tidak kemana-mana.Aku hanya mau bersamamu." Wajah lelaki itu iba menatap wajah cantik Jane yang masih bermandi dengan air mata.

Arga memberikan kecupan di pipi lalu ke bibir mungil yang menggemaskan didepannya berharap bisa sedikit membuat hati Jane tenang. Tidak perduli rasa asin karena tercampur dengan air mata yang masih terus meleleh dari sepasang telaga milik Jane.

Arga kembali memeluk tubuh Jane lebih erat. Jane membalas pelukan hangat itu.

"Kenapa kau tidak memberitahuku tentang itu sebelumnya." Dengan ujung jarinya, Arga menyeka buliran air mata di wajah cantik perempuan muda yang usianya selisih hampir belasan tahun dengan dirinya. Isakan Jane sudah mereda.

Jane tertawa kecil.

"Arga engkau sudah menikah dan memiliki putri yang cantik seusiaku."

"Kita tidak bisa."

"Aku belum pernah mempunyai hubungan seperti ini sebelumnya."Arga menarik nafas dalam-dalam, seolah menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan pasokan cukup yang membuat respirasi jantungnya lebih baik dan lega pernafasannya.

"Aku juga tidak. Kita harus memikirkan sesuatu sebagai jalan keluar untuk saat ini." Jane sedikit menggeser duduknya hanya untuk lebih membuat pantatnya duduk lebih nyaman di jok mobil.

Mata Arga terpejam rapat. Jari-jari tangannya mengetuk -ngetuk stir kemudi. Berpikir. Perlahan Arga membuka mata.

"Kamu akan tetap punya hubungan. Teman laki-laki, pacaran, kencan, menikah dan bahagia."

"Bagiku ini serasa musim liburan yang hampir berakhir di masa kecilku." Jane terkekeh kecil menanggapi lalu memberikan ciuman kecil di bibir Arga. Lalu, mencubit kecil ke pipi Arga.

" Apa yang engkau bicarakan. Kau bodoh sekaligus menggemaskan."

"Masa kecil seperti apa?. Ayahku meninggal serangan jantung saat aku berusia 7 tahun."

" Aku selalu iri melihat teman-temanku yang diantar jemput sepulang sekolah, mereka dengan suka cita mengambilkan raport untuk buah hati tercinta, bahkan memberikan buket bunga saat merayakan kelulusan SMU dan sebagai ucapan selamat saat anaknya diterima di Universitas yang diinginkan sang buah hati."

"Liburan keluarga bersama Ayah dan Ibu yang aku impikan.Masih banyak lagi kecemburuan masa kecil yang masih aku rasakan sampai saat ini dan masih juga belum aku dapatkan semuanya."

"Mamaku tidak pernah bisa memberikan itu semua. Selain aku harus hidup mandiri sejak kecil, disipilin dan tidak cengeng seperti perempuan pada umumnya."

"Aku membutuhkan kasih sayang dari orangtua yang benar -benar sayang padaku sebagai anaknya yang special.Aku ingin menjadi seorang putri yang menjadi kebanggaan keluarga. Memujiku bila aku meraih keberhasilan. Mendukung imoianku."

Lihat selengkapnya