Toys

Bisma Lucky Narendra
Chapter #10

Mannequin

Drupadi baru saja pulang berdinas. Perempuan berusia hampir setengah abad itu melepas jubah dan memakaikan ke manekin di sudut kamar. Manekin yang unik itu berupa tubuh lelaki dengan postur tinggi, atletis dan berwajah tampan berseragam polisi dengan bintang tiga di pundaknya.

Drupadi duduk di sofa dekat manekin, tangan perempuan itu cekatan melepas sepatunya.

Smartphone dari dalam tasnya berdering.

"Halo?"

"Halo."

"Maaf aku kemarin sibuk tidak berkirim pesan atau telepon kepadamu." Drupadi menuju ke ranjang tidur. Membaringkan tubuhnya ke busa empuk untuk sedikit membuat dirinya merasa nyaman.

"Kemarin-kemarin lalu kamu juga sibuk dengan pekerjaan kantormu. Apa kamu lupa?"

"Tidak ada satupun pesan text masuk darimu dari pagi sampai malam apalagi telepon. Makan siang di kantin. Semua kamu ingkari."

Suara lelaki di ujung telepon itu menghakimi Drupadi dengan me-bombardir pertanyaan-pertanyaan seolah perempuan itu tersangka karena suatu kasus.

"Punya pacar tapi hidup kayak jomblo."

"Bagaimana kamu sudah berhasil meretas situs judi online yang harus segera kita bekukan dalam Minggu ini?" Drupadi berusaha mengalihkan topik. Lama tidak ada sahutan.

"Kamu pasti juga lupa dengan keinginanmu untuk memperkenalkan aku dengan putrimu? Siapa namanya? Jane Karedhu. Nama yang cantik, secantik Mamanya."

"Ma'af Adam. Bukan aku melupakan dan ingkar janji semuanya. Tetapi, bagian IT saat ini juga sedang super sibuk, bukan? Aku tidak ingin mengganggu konsentrasi dan pekerjaanmu."

"Aku baik-baik saja. Aku hanya butuh kesegaran saat bersamamu. Itu saja."

"Baiklah. Besuk kamu bangun pagi. Temani aku jogging di Taman pusat kota. Sekalian bawa baju ganti, baju seragam kantormu. Oke."

"Serius?!. Kamu sudah siap jalan dengan 'lelaki ingusan'__ sebutanmu kepadaku__ ke ruang publik?" Terdengar Adam sedikit meledek di ujung penekanan saat melafal lelaki ingusan.

"Entahlah. Tetapi, sepertinya tidak salahnya dicoba. Toh, I am a single. Kamu juga. So, what's wrong with relationship? Status kita saja yang berbeda."

"Ok, Sayang. Aku tidak sabar menunggu pagi. Sekarang istirahatlah. Segarkan dirimu kembali."

"Tetapi aku kangen. Webcam, mau?"

"Baiklah. Sebentar ya,"

Lihat selengkapnya