Sementara itu di sebuah kamar...
Setelah tadi selesai menggoda Drupadi dengan mengirim potongan -potongan gambar dirinya, Adam membuat secangkir kopi dari mesin pembuat kopi untuk menemaninya sejenak, ritual sebelum tidur.
Lelaki berkacamata dengan rambut panjang di kucir ke belakang, berwajah manis tapi manly dengan kumis tipis, berkaos oblong putih bergambar lelaki sedang melaju di papan skateboard di padu celana pendek masih berkutat di depan PC-nya.
Sekilas ruangan kamar lelaki itu lebih nampak seperti perpustakaan mini, banyak berjajar buku dan novel koleksi. Terlihat seperangkat alat drum dan sebuah gitar di sudut ruangan kamar yang nampak luas itu. Sepertinya pojok kamar tersebut sengaja disulap oleh empunya menjadi sebuah studio musik berukuran mini.
Adam adalah lelaki yang tidak pernah terlihat di lingkungan pergaulan manapun. Tidak ada satupun nama perempuan yang menjadi temannya. Teman cowoknya juga bisa terhitung jari.
Seperti lelaki yang tidak special. Satu-satunya kebanggaan dari bakat alaminya adalah kepintaran dan kecerdasan di bidang IT yang membuatnya di terima sebagai staff IT magang di kantor kepolisian.
Adam sudah hampir enam bulan magang, orang-orang kantor se-ruang-an dirinya mungkin terlalu sibuk, membuat selalu tidak ingat namanya kecuali harus membaca dulu dari ID card yang selalu menggantung di lehernya.
Entah namanya yang sulit diingat atau ada masalah lain pada dirinya atau lingkungannya?
"Hey, terimakasih aku sudah menginstal programnya. Ini aku kembalikan flashdisk ini kepadamu."
"Kamu bisa periksa hardisk ini?"
"PC-ku sepertinya terkena virus. Kami bisa bersihkan virus+virus menyebalkan itu."
Bahkan penjual nasi goreng langganan yang biasa mangkal di pojok sudut komplek perumahan sepertinya juga sangat kesulitan mengingatnya.
"Aku pesan seperti biasa."
"Apa yang biasanya engkau pesan?. Banyak pelanggan. Aku tidak bisa mengingatnya." Suara penjual dengan nada intonasi sedikit tinggi.
Setahunya, Adam, nama yang fenomenal dari nama lelaki pertama yang tinggal di bumi ini bernama Hawa. Bukankah, harusnya orang-orang mudah mengenali dan mengingat nama itu.
"Selamat ulang tahun sayang. Semoga suka dengan kadonya ya..."
Suara centil dan manja itu dari Berlian, satu-satunya teman perempuan sewaktu di SMU.