ADAM, setiap kali membuka media sosial, senantiasa kau hadir dalam status-status yang mengesankan. Muda, tampan dan energik.
Pilihan-pilihan kata yang membangun struktur kalimat terkesan memunculkan pemikiran arif dan bijaksana si pemilik akun.
Kolase foto-foto adalah fragmen narasi daya arung yang kuat dan tegas sebagai seniman dan pemusik sejati.
Galeri keseharian itu begitu mencuri perhatian. Drupadi menemukan sosok Adam saat tidak sengaja scroll akun media sosialnya untuk mencari hiburan dari rasa penat dari tugas-tugas kedinasan.
Seraya disaksikan selalu harapan yang tumbuh di dada setiap membaca quote -quote yang seliweran di beranda stori.
Jiwa Drupadi yang tertusuk-tusuk runcing kenyataan hidup hingga koyak tak keruan. Cairannya keruh, menggenangi mimpi-mimpi. Wujud luka itu serasa memiliki seribu pintu dihidupnya. Sesuka waktu datang menampakan diri dan menampar tanpa belas kasihan.
Adam adalah oase di gurun kering kerontang hidup yang sunyi dan gelap di gemerlap jabatan dan kedudukan yang dimiliki. Perempuan yang rapuh, butuh perhatian bersembunyi dibalik kewibawaan seorang polwan yang berkedudukan tinggi di departemen IT yang dipimpinnya.
Drupadi ingin sekali-sekali memanjakan sifat kekanak-kanakan dalam manusia dewasa seperti dirinya, merengek-rengek untuk dipuaskan keinginan. Tetapi, kepada siapa?
Jane Karedhu menjadi pelampiasan untuk pelepasan hasrat yang tak tersalurkan dari seorang Single Mom, mengatur sepenuhnya hidup putrinya itu harus selaras dengan kemauannya.
Jane bak tembikar yang berasal dari tanah liat, melalui tangan Drupadi-lah terbentuk seperti apa jadinya anak itu.
Melalu postingan-postingan story Adam, diam-diam Drupadi mengaggumi pola pikir yang matang dan bijak memandang hidup. Setali tiga uang dengan dirinya. Bedanya, Drupadi sosok possesive, sehingga selalu to the point menceramahi dengan kata-kata yang telanjang. Membosankan bagi Jane. Tetapi, Drupadi, ibu yang angkuh, tidak peduli terhadap perasaan putrinya itu.
Kau dan siapapun lelaki boleh saja menerka apa yang ada dalam isi kepala perempuan sepertiku, tetapi jangan harap kalian temukan sesuatu kecuali kekecewaan. Apalagi untuk menyelami hingga dasar batin, di mana rasa luka terpelihara bersama jejak sejarahnya.
Kalian sesungguhnya perlu bertanya kembali kepada tujuan awal mengenal perempuan, terlebih kepada seseorang yang pernah kau pikat hatinya. Dengar, lihat dan rasakan konstelasi peristiwa yang melahirkan perempuanmu seperti saat ini.
Jangan terburu-buru membengkok-an masa lalu perempuanmu lalu kamu belokan sesuai maumu sejalan arah tujuanmu. Memaksa perempuan berdiam di gerbong mimpi yang sama tanpa memetakan pikiran dan laju kenangan yang menyertainya itu sama saja merampas hak-haknya sebagai perempuan yang merdeka atas tubuh dan pikirannya.