Traces of You

Ann Mone
Chapter #1

Bab 1 - Teman Lama

Hari ini adalah salah satu hari istimewa dari 365 hari, yaitu hari di mana usia Arin bertambah satu setiap tahunnya. Hari ini sekaligus menjadi hari ulang tahun pertama Arin tanpa keluarganya karena Arin sedang menetap di asrama SMA Biantara. Akan tetapi, Arin justru tidak mendapat satupun ucapan ‘selamat ulang tahun’ dari teman-temannya setelah sepanjang hari berlalu. Sedikit terdengar menyedihkan untuk ulang tahun ke-16, tetapi Arin tidak menyalahkan teman-teman yang mengenalnya karena Arin juga tidak pernah mengatakan tanggal ulang tahunnya pada mereka.

Kebetulan hari ini adalah hari minggu dan tidak ada kegiatan kelas ataupun ekstrakurikuler. Arin memanfaatkan waktu yang senggang untuk mencuci dan menggosok pakaian miliknya, lalu memutuskan untuk menggunakan laptopnya di sore hari. Arin pun pergi ke tempat belajar favoritnya, yaitu ruang baca yang berada di samping perpustakaan. Walaupun dinamakan ‘ruang baca’, tempat itu sebenarnya adalah pendopo atau aula luas dengan sisi barat yang terhubung dengan lorong menuju perpustakan. Meskipun perpustakaan tidak beroperasi di hari libur, koneksi Wi-Fi masih tersedia untuk para murid yang hendak belajar di ruang baca.

Arin melepas sandalnya di teras depan ruang baca dan mencari meja lesehan yang masih kosong dekat teras. Lalu, dia duduk bersila di lantai sembari menyalakan laptop di atas meja.

Arin mengakses web pembelajaran melalui laptopnya. Tangannya membuka satu per satu situs untuk mencari bahan belajar. Meskipun wajahnya lurus ke arah laptop, tatapan Arin justru melirik ke kanan-kiri karena ada penjaga asrama yang kebetulan sedang berjaga di sekitar ruang baca. Penjaga asrama itu hanya diam sambil melangkah kesana-kemari, sesekali melirik apa yang ditulis oleh murid atau situs apa yang sedang ditonton di laptop masing-masing. Lalu, penjaga asrama melihat ada murid yang tertangkap basah sedang menonton sesuatu yang bukan berisi konten pelajaran.

“Apa yang kamu nonton itu, nak? Kenapa warna-warni?”

“Video belajar bahasa, Abi Hakim,” jawab siswa itu memanggil penjaga asrama pria yang sedang bertugas dengan sebutan Abi Hakim. Begitulah mereka memanggil para penjaga asrama yaitu dengan sebutan Abi/Ummi.

“Bahasa apa itu?” tanya Abi Hakim pada siswa laki-laki.

“Bahasa Jepang, Abi.” Siswa itu menjawab santai.

Arin diam-diam memerhatikan mereka yang tidak jauh dari posisi Arin duduk. Begitu juga dengan beberapa siswa lain yang ada di ruang baca. Arin ingat siswa itu merupakan kakak kelasnya meskipun Arin tidak mengingat namanya.

Abi Hakim menunjukkan senyum usil seakan tidak tertipu dengan ucapan siswa itu. Sambil menepuk pelan pundak siswa itu, Abi Hakim membalas, “Jangan kira Abi tidak tahu, ya. Nonton yang lain saja.”

“Iya, Abi,” jawab siswa itu menurut. Abi Hakim kemudian berjalan lagi dan suara video terdengar dari laptop siswa itu, tapi kali ini suara yang terdengar adalah suara penjelasan materi berbahasa Inggris.

Tidak butuh waktu lama untuk Abi Hakim berjalan meninggalkan ruang baca. Arin dan anak lainnya kembali fokus pada buku atau laptopnya masing-masing. Akan tetapi, Arin bisa menyadari siswa tadi berhenti memutar suara video berbahasa Inggris. Dia beralih ke video bersuara bahasa Jepang, bahkan Arin bisa mendengar ada suara pertarungan ditengah video. Arin kurang lebih sudah bisa menebak apa yang ditonton oleh siswa itu. Mendengarnya membuat Arin menghela napas pendek. Abang itu enggak jera, batin Arin.

Ting!

Suara notifikasi laptop Arin menggema ketika keheningan baru saja kembali di ruang baca. Satu-dua anak spontan melirik sekeliling, mencari asal suara. Arin tersadar suara notifikasi muncul dari laptopnya.

Ting!

Dan benar saja, notifikasinya berbunyi sekali lagi.

Arin panik dan cepat-cepat menekan tombol Fn dan F1 berturut untuk mengaktifkan mode hening di laptop. Notifikasi terus masuk tetapi dering notifikasi sudah tidak terdengar lagi. Arin menghembuskan napas lega, kemudian dia sekilas melihat pop-up yang muncul di ujung kiri bawah layar laptop dan membaca nama yang familiar.

Arin memerhatikan sekeliling, memastikan tidak ada penjaga asrama yang telihat. Dia kemudian mengganti halaman situs belajar menjadi situs messenger yang sudah diakses Arin sebelumnya. Ketika Arin memastikan asal pengirim pesan dari pengguna yang dikenal, dia tidak bisa menahan sudut bibirnya naik karena bersemangat. Pesan itu berasal dari pengguna yang hanya menggunakan nama depannya saja sebagai nama pengguna di media sosial. Arin membuka ruang obrolan dari pengguna bernama Kaisar, kemudian membaca pesan dari pemuda itu.

Kaisar:

'Assalamu’alaikum, Arin. Arin! Happy Birthday, Arin! Semoga tahun ini bisa menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya, ya!'

Ketik pemuda yang sebaya dengan Arin dalam chat. Entah kenapa Arin bisa mendengar nada bicaranya walaupun hanya membaca pesan darinya.

Arin pun segera membalas setelah membacanya.

Kinarin:

'Hehehe. Makasih, Kai.'

Balas Arin dalam pesannya. Arin tidak pandai berbasa-basi, baik itu mengobrol ataupun dalam chat, jadi dia hanya membalas apa yang dipikirkan saja. Meskipun begitu, Arin mengatakan yang sebenarnya. Dia merasa senang setidaknya ada seorang teman yang mengingat ulang tahunnya, meskipun orang itu adalah temannya sewaktu SMP.

Berbanding terbalik dengan Arin, Kaisar adalah tipe orang yang akan terus mengajak orang lain untuk mengobrol jika dia sudah memulainya. Mereka berdua saling mengenal sejak kelas 3 SMP dan sekarang sedang bersekolah di SMA yang berbeda. Namun, perbedaan di antara mereka membuat keduanya masih terus saling menghubungi meskipun terbatas oleh perangkat dan jarak.

Kaisar, yang masih aktif dalam ruang obrolan, segera membalas chat dari Arin.

Kaisar:

'Gimana sekolahmu, Rin? Seru, enggak?'

Lihat selengkapnya