Keesokan harinya, Arin meluangkan waktu untuk pergi ke perpustakaan di sesi istirahat pertama pada pukul 10 pagi. Ketika Arin masuk ke dalam perpustakaan, Arin disambut oleh Miss Irma yang berjaga di meja resepsionis. Arin mengangguk sebagai balasan, kemudian dia segera melangkah ke ujung kiri perpustakaan. Dia melihat buku yang hendak dipinjam masih ada di dalam rak. Arin mengambil buku tersebut dan membawanya ke meja resepsionis.
“Hmm ... permisi, Miss.”
“Iya?” sahut Miss Irma.
“Saya mau pinjam buku ini, Miss. Tapi, kakak OSIS kemarin bilang buku yang bersampul tebal atau hard cover seperti ini tidak bisa dibawa keluar perpustakaan. Apa itu benar, Miss?” Arin meletakkan buku di meja resepsionis. Miss Irma, yang tengah mengetik sesuatu, menunda kegiatannya dan melirik ke buku tersebut.
“Oooh. Buku ini, ya?” Miss Irma mengambil dan memeriksa buku tersebut. “Sebenarnya yang dibilang anak OSIS itu benar, nak. Tapi, kamu yakin mau pinjam buku ini?” “Iya, Miss!” seru Arin bersemangat.
“Hmm ... Miss kasih pinjam, ya. Tapi, kamu harus jaga buku ini dengan baik,” ujar Miss Irma mengingatkan.
“Terima kasih, Miss!”
Miss Irma meletakkan buku kembali ke atas meja, lalu mengarahkan telapak tangannya pada Arin. “Kartu ID?”
“Aaah ....” Arin terbungkam begitu mendengar ucapan Miss Irma. Dia pun melupakan hal yang harus dia bawa sebelum meminjam buku di perpustakaan. “Tertinggal, Miss ... ada di kelas.”
Miss Irma tidak memberikan komentar apapun kecuali menunjukkan senyum simpul di wajahnya. “Ambil dulu kartunya, ya.”
“Oke, Miss!”
Arin berlari meninggalkan perpustakaan, melewati lorong yang terhubung ke arah gedung sekolah. Sesekali dia berpapasan dengan murid lain, tetapi dia sigap menghindar ke samping agar tidak tertabrak. Dia masuk ke kelas dan langsung menuju kursinya yang ada di barisan belakang. Langkah kasar Arin sampai tangannya yang menggeledah isi tasnya sendiri dengan tergesa-gesa menarik perhatian teman-teman di kelas, terutama Fia dan Juni. Juni menoleh ke belakang dan melihat sikap aneh Arin, kemudian menanyakan perempuan itu, “Ada apa, Rin?”