Buku itu telah memberi Arin inspirasi baru untuk tugas short story yang dia miliki di ekstrakurikuler. Arin membuat ulang tulisannya sesuai dengan daftar kosakata Bahasa Inggris yang dia dapatkan. Usaha Arin membuahkan hasil yang memuaskan untuknya ketika dia mendapat sambutan baik dari gurunya selama kegiatan ekstrakurikuler. Dia pun semakin semangat untuk membaca buku tersebut.
Arin telah selesai membaca 3 dongeng dari buku ilustrasi tersebut dalam waktu seminggu. Sampai saat ini, Arin masih tidak percaya bahwa dirinya menikmati isi cerita dalam buku yang dia baca. Dia ingin lanjut membaca buku itu, tetapi dia harus belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian tengah semester yang akan datang.
Arin datang ke perpustakaan di malam tanggal 6 Maret, tepat di hari pengembalian buku tersebut. Setelah mengisi daftar kehadiran di aula, Arin pergi ke perpustakaan sekitar 15 menit sebelum sesi belajar malam berakhir. Dia bertemu dengan kakak kelas yang sama dengan minggu lalu saat hendak meminjam buku dongeng. Kakak kelas itu juga mengingat Arin, dan memberi komentar ketika melihat Arin mengembalikan buku yang mereka bicarakan sebelumnya.
“Do you like this book?” tanya kakak kelas tertarik.
“Yes! I love it!” jawab Arin senang.
Melihat Arin yang bersemangat membuat kakak kelas itu tersenyum, ikut merasa senang. Kakak kelas itu menanyakan perpanjangan peminjaman, tetapi Arin menolak.
“Why?” tanya kakak itu lagi.
“Because ... we have our exams next week, Sister,” balas Arin mengingatkan. Kakak itu pun ber-oh setelah mengingat kembali ujian tengah semester yang akan datang.
Alih-alih pergi kembali ke aula, Arin memilih untuk menghabiskan sisa waktu belajar malam dengan menghampiri English Corner di perpustakaan. Namun, kali ini Arin justru menemukan sesuatu yang tidak disangka. Dia melihat seseorang sedang duduk di lantai, bersandar di celah sudut perpustakaan yang tidak terdapat rak buku. Penerangan di sudut cukup minim membuat Arin nyaris tidak menyadari ada seseorang di sini, apalagi dengan wanita itu yang memakai kaos dan jilbab segi empat berwarna navy. Perempuan itu tampaknya tidak menyadari Arin yang berjalan melewati lorong buku. Dia duduk meluruskan kakinya hingga kakinya melewati celah bawah rak buku, menghalangi jalan di lorong. Tidak ingin mengganggu perempuan itu, Arin pun berbalik hendak meninggalkan tempat itu.
Namun, dia justru terbangun hingga terdengar suara terbentur sesuatu.
Arin terperanjat kaget begitu mendengar suara itu. Dia membalikkan badan lagi dan menyaksikan perempuan itu sudah menarik kakinya dari celah bawah rak buku dan memeluk kedua punggung kaki.
“Iiis. Sakit banget, dah,” desis perempuan itu.
Dia mendongak ketika menyadari ada bayangan seseorang didekatnya. Tatapan mereka pun bertemu. “Oh, tumben kau ada disini,”
“Ah, iya. Aku cuma mau lihat buku-buku aja,” ujar Arin.
“Apa kau cari novel?” tanya perempuan itu menebak. Lagipula, rak buku di tempat mereka ada saat ini memang bagian khusus untuk karangan fiksi.
“Begitulah, aku cari bacaan ringan aja,” balas Arin.
Dia bangkit berdiri tanpa menghiraukan rasa sakit di kakinya. Setidaknya, selama di depan Arin. Dia juga mengutip buku yang terletak di lantai dan menunjukkan sampul buku itu pada Arin. “Kalau kau tertarik, kau bisa baca ini,” katanya.
Arin melihat judul buku tersebut. The Origin dari Dan Brown. “Apa ini buku perpustakaan juga?”
Dia mengangguk dan menjawab, “Iya, tapi aku masih pinjam ini.”
“Oke, aku pinjam setelah kau aja,” balas Arin.
“Mau aku rekomendasikan yang lain juga?”
“Waaah. Boleh, tuh. Ada lagi?” tanya Arin bersemangat.
“Aku cari bukunya tadi, tapi aku enggak lihat. Mungkin masih dipinjam.”