“Oi, Jun.”
Juni dan Arjuna serempak menoleh ke samping. Suara itu berasal dari salah satu teman sekelas baru Arin di kelas XI ini. Posisi bangku murid laki-laki itu berada tepat dua kursi di samping kanan Arjuna. Melihat keduanya menoleh bersamaan, laki-laki itu sedikit terperanjat kaget meskipun ekspresinya terlihat datar. “Maksudku si Juni,” jelas laki-laki itu kemudian.
“Yaelah, lain kali panggilnya spesifik,” timpal Arjuna malu setelah salah paham dari panggilan itu.
“Udahlah, Arjun. Jangan ngambek, dong,” tegur Juni pada Arjuna. Lalu dia bertanya ke laki-laki yang memanggilnya, “Ada apa, Roby?”
“Si Fia ada di kelas mana?”
“Kalo gak salah, dia tadi ada di kelas.” Juni mencoba mengingat. “Iya, aku ingat! Dia sekelas denganku lagi tahun ini.”
“Memangnya kenapa?” tanya Arjuna pada Roby.
“Gak ada, nanya aja.” Roby menjawab datar lalu meletakkan kepalanya diatas lipatan tangan di meja. Dia bahkan tidak berterima kasih pada Juni.
“Udah? Cuma mau tanya itu aja?”
“.....” alih-alih menjawab, Juni justru diabaikan oleh Roby seakan laki-laki itu tidak bicara dengan Juni sebelumnya.
Juni, Arjuna, dan Arin pun kembali mengobrol bertiga saja. Arjuna dan Juni mulai membahas sikap Roby yang membingungkan mereka, sedangkan Arin hanya diam mendengarkan.
“Mungkin dia mau memastikan kelas Fia aja,” jawab Arjuna berandai-andai.
“Tapi, kan, dia bisa tanya langsung ke orangnya,” sahut Juni yang semakin bingung.
“Roby memang seperti itu dan aku udah biasa melihatnya,” ujar Arjuna. Ada terdengar rasa bangga dari nada bicaranya. Hal itu tidak mengherankan bagi Juni dan Arin karena mereka berdua tahu, Arjuna dan Roby adalah teman sekelas di kelas X-B.
Di sisi lain, Arin justru memikirkan hal lain. Tanpa sadar dia menggumamkan isi pikirannya, “Berarti ... kalian bertiga ... sekelas ... ”
“Siapa, Rin?” tanya Juni pada Arin. Arin pun tersadar dia menyuarakan pikirannya.
“Siapa lagi? Kau, Carla, dan Fia,” jawab Arin.