Ketika istirahat pertama tiba, Arin menyempatkan diri untuk mengunjungi perpustakaan. Tatapan Miss Irma sekilas mengarah pada Arin. Lantas, dia menyapa pustakawati tersebut. Namun, saat itu Miss Irma tidak sedang sendiri. Di samping Miss Irma, ada guru laki-laki yang sedang mengobrol dengan Miss Irma. Sama seperti Miss Irma, guru itu juga melirik Arin begitu mendengar decitan pintu perpustakaan yang dibuka.
Melihat ada guru di sana, Arin pun mulai menyapa guru tersebut.
"Pagi, Sir Luthfi," ucap Arin sopan.
Sir Luthfi hanya mengangguk pelan dari sapaan itu. Mereka berdua lanjut mengobrol, sedangkan Arin segera meninggalkan area depan perpustakaan. Dia tidak ingin mengganggu keduanya, apalagi sampai harus mendengar obrolan mereka.
Arin pergi ke English Corner di perpustakaan. Tidak ada orang seperti biasanya. Arin memeriksa novel bahasa Inggris yang hendak dibaca nya ketika kembali ke sekolah. Dia mengembuskan napas lega karena senang melihat buku tersebut masih terpajang di rak, menandakan belum ada yang meminjamnya.
Lagipula, hampir tidak ada yang melihat-lihat buku di bagian ini selain aku. Batin Arin. Dia menjadi 'langganan' di perpustakaan untuk meminjam berbagai novel bahasa Inggris yang ada di pojok perpustakaan ini sejak semester sebelumnya. Arin melihat satu-dua orang mengunjungi bagian pojok perpustakaan ini, tetapi orang itu biasanya hanya sekadar menghabiskan waktu duduk melamun di lantai sudut perpustakaan ini. Salah satunya adalah Carla. Arin sering berpapasan dengan Carla setiap mengunjungi English Corner, kemudian mereka akan mengobrol sebentar sampai salah satunya hendak meninggalkan perpustakaan.
Teringat tentang Carla, Arin pun menoleh ke sekeliling, mencari perempuan itu. Mungkin karena masih pagi, Arin tidak menemukan Carla di perpustakaan.
Iya, sih. Biasanya dia duduk di sini saat belajar malam. Batin Arin lagi.
Dia mengambil salah satu novel kemudian melangkah kembali ke area depan perpustakaan. Kebetulan sedang ada dua-tiga orang sedang mengantri untuk meminjam buku pada Miss Irma. Arin pun langsung masuk ke barisan paling belakang.
Setelah lama menunggu giliran, akhirnya Arin bertemu lagi dengan Miss Irma.
"Miss, saya mau pinjam buku ini," ujar Arin sambil menunjukkan novel dan kartu ID miliknya.
Melihat sampul buku yang dipegang Arin, Miss Irma langsung berkomentar, "Ini masih awal sekolah, nak. Kamu udah langsung pinjam novel aja."
Arin tertawa pelan sembari menjawab, "Iya, Miss. Saya penasaran sama kelanjutan ceritanya."
Hubungan Arin dengan Miss Irma semakin membaik seiring Arin sering mengunjungi perpustakaan. Miss Irma juga mengingat Arin karena tidak banyak murid yang meminjam buku-buku berbahasa Inggris.
Miss Irma menatap Arin sekali lagi selama beberapa saat. Lalu wajah beliau berubah tercengang seakan telah mengingat sesuatu.
"Arin, kamu ini kenapa tidak cerita ke teman kamu?"
Hah? Batin Arin mengheran. Dia tidak memahami maksud perkataan Miss Irma.
"Ehm ... maksudnya apa, ya, Miss?" Tanya Arin, berusaha untuk tetap sopan meskipun kebingungan.
Miss Irma kemudian menjelaskan, "Beberapa hari yang lalu, Miss jadi pewawancara untuk murid kelas satu yang masuk tahun ini. Salah satu yang Miss wawancarai itu si Kaisar. Ya, kan? Kaisar itu teman kamu di SMP, kan?"
"I, i, iya, Miss," jawab Arin tergagap.
"Nah, dia bilang katanya dia tahu tentang sekolah ini dari kamu. Tapi dia bilang kamu tak ajak dia sewaktu daftar ke sini, makanya dia baru daftar tahun ini," jelas Miss Irma.
Alasan macam apa itu?! Batin Arin mulai emosi. Pernyataan yang Miss Irma sampaikan berbeda dengan apa yang terjadi waktu itu.
Ingatan Arin sewaktu masih duduk di bangku SMP muncul kembali di benak Arin. Meskipun itu sudah terjadi cukup lama, Arin masih mengingatnya dengan baik seperti baru terjadi kemarin.