Kegiatan ekstrakurikuler baru dimulai dua minggu dari sekarang sehingga agenda Arin kosong untuk sore hari ini. Dia pun mengambil novel yang dipinjam dari atas meja belajar, kemudian menaiki bunk beds bagian atas tempat Arin tidur. Tak peduli seberapa dia coba fokus membaca novelnya, Arin terus menerus teringat percakapannya dengan Miss Irma dan Sir Luthfi setiap kali Arin membaca novel yang dia pinjam. Alhasil, Arin pun menyerah untuk melanjutkan buku bacaan itu. Dia menutup buku tersebut dan meletakkannya di samping bantal. Matanya terpejam, tetapi dia tidak bisa tidur. Lebih tepatnya, dia takut ketiduran, mengingat hari sudah sore dan jam piket segera tiba.
Lalu, Arin mendengar obrolan teman-teman sekamarnya.
"Hei, hei. Ayo kita jajan ke koperasi bareng," ajak salah satunya.
"Eh, iya. Ayo, ayo. Aku lihat koperasi buka tadi di kantin."
"Bangunkan yang lain, Put. Sekalian kita bergosip."
"Oke, oke."
Teman sekamar Arin, Puput, membangunkan satu per satu teman sekamar lainnya. Arin bahkan mendengar Puput memanjat bunk bed lain untuk membangunkan teman sekamar lainnya. Arin tetap diam memejamkan matanya sampai dia merasakan bunk bed yang sedikit goyang karena ada yang hendak memanjat.
Sampai Arin mendengar perkataan temannya. "Udahlah. Dia gak usah."
"Eh, yakin nih, guys?"
"Biarkan aja, deh. Aku enggak mau dia ikut."
"Ooh, ya udah."
Lalu Arin sadar bunk bed nya tidak lagi bergoyang. Samar-samar dia mendengar langkah kaki meninggalkan kamar tidur mereka. Barulah Arin membuka matanya dan memeriksa seisi kamar dari ranjang atas. Semua teman kamarnya pergi tanpa Arin.
"Haaaah." Arin menghela napas panjang. Dia akui dia tidak cukup dekat dengan teman sekamarnya. Mungkin karena mereka baru dua minggu menjadi teman sekamar, tetapi Arin kesulitan untuk mengakrabkan diri dengan yang lain. Ditambah, mereka juga sepertinya menjaga jarak dengan Arin tanpa alasan yang jelas.
"Mungkin lebih baik jika aku langsung tidur saja tadi," ucap Arin pada dirinya sendiri.
Tidak ingin memikirkan kesedihan yang terpendam, Arin pun menutup matanya kembali dan tertidur.
***
Bahkan, ketika jam piket tiba, tak satupun datang membangunkan Arin. Arin nyaris terlambat untuk piketnya sore itu.
Setelah selesai mengerjakan piket, Arin melihat ada Puput sedang berada di kamar mereka, seorang diri. Semula Arin iseng bertanya pada Puput, teman sekamarnya, karena dia ingin tahu apakah mereka ada membangunkan Arin atau tidak. Akan tetapi, Puput malah memberikan balasan yang tak wajar di mata Arin.
"Oh, aku pikir tidak ada orang di ranjang atas," jawabnya menghindari kontak mata dengan Arin. Dia juga mengerjapkan mata berkali-kali, melirik ke Arin untuk melihat reaksinya, kemudian menghindari kontak mata langsung dengan Arin. Arin pun makin yakin bahwa Puput tahu dia berada di ranjang atas sore itu.
Merasa tak tahan dengan sikap aneh teman sekamarnya, Arin nekat bertanya hal yang paling ingin dia tanyakan, "Kenapa, sih, kalian terlihat menjauh dari aku? Kalau misalnya aku ada salah, bilang aja langsung ke aku. Tapi jangan begini."
"Ooh. Kalau soal itu ..." ada jeda di ucapan Puput. Lagi-lagi, dia menghindari tatapan Arin.