"Waaah, ini cerpen, ya?"
Carla cepat menyimpulkan setelah membalikkan beberapa halaman buku Arin. Semula Arin kaget karena Carla mengambil bukunya tanpa izin, tetapi mengingat mereka sering becerita tentang novel dan komik, Arin tak keberatan untuk memberitahu hobi barunya. Lagipula, dia tahu tak ada gunanya untuk membuat alasan lain karena buku itu ada di tangan Carla saat ini. Arin pun mengangguk.
"Aku baca, ya. Boleh?"
"Tapi ... itu belum siap."
"Gak papa itu. Nanti aku balikkan setelah bel belajar malam," ujar Carla. Nada bicaranya terdengar semangat, berbeda dengan sebelumnya.
Arin mengembuskan napas panjang sebelum akhirnya mengangguk. Carla pun membawa buku catatannya dan meninggalkan ranselnya di dekat Arin. Semula Arin takut dia ingin menunjukkannya pada orang-orang, tetapi Carla berjalan ke meja tengah untuk mengisi absen. Setelah selesai, dia mengambil posisi duduk di hadapan Miko lagi.
Namun, kali ini Carla hanya duduk diam membaca tanpa mengganggu Miko.
"Oh, iya. Aku belum isi absen," ujar Arin pada dirinya sendiri.
Arin pergi ke meja absen dan mengisi kolom kehadirannya sendiri. Saat itu, ada teman Arin yang memanggil namanya.
"Kinarin!"
Arin menoleh dan mendapati sumber suara itu berasal dari kumpulan beberapa temannya. Salah satunya ada Fadil di sana. "Coba cek di absen, Fadil udah tandatangan belum?"
Arin menurut dan memeriksanya. Masih kosong. Dia mendongak dan menggeleng pada mereka.
"Tolong isikan punya Fadil, ya, Rin!"
Arin terkejut mendengar permintaan itu. Dirinya sendiri saja harus bergerak untuk mengisi absennya sendiri, tetapi mereka dengan mudahnya meminta untuk mengisi absen orang lain pada dirinya. Mereka sudah salah orang untuk meminta hal seperti itu pada Arin, karena dia jelas tidak mau.
"Enak aja! Isi sendiri, dong!" Protes Arin. Arin kesal mengira Fadil tidak mau mengisi absennya sendiri.
Namun, di luar dugaan, Fadil justru bangkit dari kursi dan memukul punggung orang yang meminta Arin mengisi absen untuknya. "Aku isi sendiri juga bisa, kali! Aku cuma lupa!" Ujar Fadil.
Fadil mengambil pulpen yang ada di dekat mereka dan menghampiri meja absen. "Bagus, Rin! Kau enggak usah dengarkan mereka!"
"Gak perlu kau bilang gitu pun aku gak mau isi absen orang lain," timpal Arin tak tahan dengan komentar Fadil. Padahal sebelumnya Arin sudah salah sangka karena menduga teman Fadil yang meminta Arin mengisi absen untuknya, tapi Fadil justru malah memberi dukungan seperti itu.
Arin segera kembali ke meja tempat dia duduk tadi. Carla masih belum kembali, begitu juga dengan buku catatannya. Dia pun memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan membaca novel bahasa Inggris yang dia bawa.
Teng Teng. Teng Teng. Teng Teng.
Belum lama bagi Arin membaca novel, lonceng malam sudah terdengar menggema sampai ke kantin. Sesi belajar malam pun berakhir, menyisakan waktu 15-25 menit untuk kembali ke asrama masing-masing.
Arin menandai halaman terakhir yang dibacanya, kemudian memasukkan novel ke dalam ransel. Murid-murid lain yang ada di kantin juga bersiap-siap untuk kembali ke asramanya.