Arin menatap Fadil sembari mengamati reaksinya sebelum dan sesudah Arin menyampaikan pertanyaannya pada Fadil.
"Apa kau gak mau ikut karena takut jadi pemain film?" Tanya Arin menebak.
Fadil tersentak kaget begitu mendengarnya, tetapi dia cepat-cepat bersikap tenang kembali.
"Bu, bukan itu maksudku." Tidak seperti biasanya, Fadil membalas dengan tergagap.
"Aaah~ atau kau yang mau jadi pemain filmnya, yaa? Iya, kaan? Ngaku aja, deh." Juni ikut menelisik reaksi Fadil yang tidak biasa.
Fadil pun semakin terpojok karena Juni yang mendesak. Kali ini, kepribadian Juni yang terkesan 'memaksa' bagi orang lain sedikit menguntungkan Arin.
"Apa itu benar, Dil? Kau mau jadi pemainnya? Aku, sih, gak keberatan."
"Bukan gitu! Justru karena aku gak bisa akting, makanya aku gak mau!"
Fadil? Gak bisa akting? Batin Arin mengheran. Kali ini Fadil benar-benar terpojok karena perkataannya sendiri.
"Kalau kau beralasan gak mau tampil di depan kamera, aku masih terima, Dil," jelas Arin. "Tapi, alasanmu barusan gak masuk akal, karena aku tahu aktingmu bagus saat kau praktek storytelling dulu sewaktu ekstrakurikuler di kelas 1."
Arin ingat di antara peserta ekstrakurikuler English Lover Club, Fadil menunjukkan penampilan yang menonjol. Sir Kevin bahkan mengakuinya. Fadil cukup ekspresif dalam menyampaikan ceritanya meskipun dia berimprovisasi saat itu.
"Ya, karena itu makanya aku ajak dia," timpal Roby.
"Yaelah, Roby. Kenapa kau gak bilang dari awal?" Gerutu Carla.
"Karena kau bukan anggota ELC. Gimana aku harus bilangnya?" Tanya balik Roby.
"Ya, kan, tinggal kau bilang aja dari tadi, Robyyy." Fia menghela napas panjang. Dia juga ikut tidak habis pikir dengan Roby yang baru menyampaikan alasannya.
"Mau gimana lagi? Aku juga baru ingat." Lagi-lagi Roby beralasan.
Alasan Roby bisa dilanjutkan nanti bila perlu. Saat ini, Arin masih harus meyakinkan Fadil agar dia ikut secara sukarela.
"Jadi, gimana, Dil? Alasanmu yang tadi itu gak berlaku."
"Ah, udahlah itu! Kalau kalian mau aku ikut, ya udah, aku ikut!" Seru Fadil.
"Justru aku yang gak mau kau ikut kalau kau bilang begitu. Atau aku mending gak jadi ikut aja," jelas Arin.
"Oi, oi."
"Rin, yang benar aja?"
Fia dan Arjuna serempak protes begitu mendengar perkataan Arin. Sedangkan perempuan itu hanya mengutarakan apa yang dia rasakan saat melihat sikap Fadil yang tak bersahabat untuk pembuatan film pendek ini.
"Lah, kenapa kau pula yang mundur?" Tanya Fadil.