"Jadi, sekarang apa?"
Pertanyaan Arjuna menggiring diskusi ke topik berikutnya. Lebih tepatnya, dia menyela adu mulut Fia dan Fadil di tengah diskusi mereka.
Arjuna melempar tatapan pada Carla dan Arin bergantian. Sedangkan Carla melirik ke Arin, menyerahkan arahan diskusi padanya.
Arin menarik napas dalam sebelum melanjutkan, "Karena tadi juga udah disebut sama Fia sebelumnya, kita bagi aja dulu tugas masing-masing."
"Langsung bagi tugas?" Tanya Roby memastikan.
"Hmm, yaa ... aku mau membagi tugasnya karena butuh orang untuk menulis naskahnya."
"Aku! Aku mau!" Fia langsung mengajukan diri.
"Oh, gak papa, nih, Fia?"
"Ya, gak papa, dong. Lagipula, untuk sound editing itu setelah syuting filmnya, kan?"
"Hmm, iya juga," balas Arin setuju. "Oke, untuk pemain ... siapa yang mau?"
"Aku sama Arjuna, dong! Boleh, kan?" Juni langsung melingkar tangannya ke lengan kanan Arjuna yang duduk di sampingnya. Arjuna memakai kaos lengan panjang saat itu, jadi setidaknya mereka tidak langsung bersentuhan. Meskipun begitu, suasana diskusi berubah canggung. Carla, Fadil, dan Roby memalingkan wajah dari Arjuna dan Juni. Fia memutar bola mata tak senang. Sedangkan Arin hanya mengamati satu per satu reaksi temannya.
"Yang lain gimana? Ada yang keberatan?"
"....." tidak ada jawaban. Mereka menghindari pertanyaan Arin. Arin semakin bingung melihat mereka yang tidak membalas ucapan Arin.
"Udahlah, Rin. Kau tentukan aja siapa dapat tugas apa," usul Fadil.
"Iya, daripada ditanya satu per satu, bakal makan waktu," sambung Roby.
Keduanya terlihat ingin cepat mengakhiri pertemuan mereka. Sedangkan Carla sebisa mungkin membujuk Roby dan Fadil.
Fia pun ikut menambahkan, "Roby ada benarnya, Rin. Lebih baik kita buat dulu saja naskahnya."
"Oke, deh. Kalau gitu, tim untuk buat naskah ada tiga orang, ya. Aku, Fia dan Carla," jelas Arin.
"Aku juga?" Carla menunjuk dirinya sendiri, terlihat bingung.
"Iya, dong. Kan, kau juga yang mengusulkan untuk ikut lomba ini."
"Hm, oke." Carla menurut.
"Oh, iya. Sebelum kita bubar ..." Arin memeriksa halaman bindernya, di mana dia menulis ketentuan lomba yang diperoleh dari panduan. Lalu, Arin menyampaikan apa yang dia tulis pada teman-temannya "Lomba ini ada dua tahap seleksi. Pertama, seleksi pengumpulan naskah dan video trailer untuk film pendek. Tim yang lolos di tahap ini dapat melanjutkan ke babak selanjutnya, di mana film ditayangkan saat festival beserta video behind the scenes."
"Lalu, bagaimana untuk hadiahnya?" Tanya Arjuna.
"Hmm, ada 3 juara utama, 1 juara untuk naskah favorit, dan 1 juara untuk behind the scenes favorit. Detail hadiahnya, ini kalian baca saja sendiri" jelas Arin. Dia memberikan catatannya pada yang lain.
Mereka membaca catatan Arin bergiliran. Masing-masing dari mereka memberikan reaksi berupa anggukan paham atau hanya sekadar ber-oh.
"Wah, lumayan juga, tuh," komentar Arjuna sebagai orang terakhir yang membaca catatan Arin. Arjuna pun mengoper binder itu agar kembali ke pemiliknya.
"Bagaimana dengan tema lombanya?" Tanya Fia.
"Oh, untuk tema lomba ..." Arin membalikkan halaman bindernya sampai menemukan tulisan yang dia cari. "'Euphoria in Youth'. Itu tema filmnya."
"Apa itu 'euphoria'?" Tanya Juni.
"Euphoria itu ... ungkapan untuk hal yang menyenangkan, atau suatu pengalaman yang bahagia."
"Jadi, kurang lebih seperti pengalaman bahagia di masa muda, ya?" Gumam Roby menyimpulkan.
Arin, yang mendengar gumaman Roby, segera membenarkan ucapan cowok itu. "Iya, jadi aku berencana untuk membuat cerita tentang keseharian kita jadi anak asrama."
"Ooh, boleh juga, tuh," seru Carla setuju.
"Oke. Ada yang lagi mau ditanyakan tentang lomba ini?"
Kali ini, Fadil yang mengangkat tangan. Arin seketika menjadi kikuk karena takut Fadil akan mengatakan hal-hal yang mengusik orang lain lagi.