Tragedi Jatuh Cinta

Alfiani Intan
Chapter #3

Zen Lagi

"Percuma kau tampan, Zen!" Timpal Zafran setelah kusodori surat dari Hanum pagi tadi. Di campakkannya surat itu tepat di atas meja di hadapanku. Lantas kuhadapkan wajahku lurus di depan hidungnya.

"Maksudmu?"

"Ya kau memang tampan"

"Aku setuju kalau soal itu. Tapi, coba kaujelaskan, apa masalahnya?"

"Masalahnya kau bodoh. Itu saja sebenarnya"

"Bodoh dari mana? Ingat-ingat lagi lah, Pri, (Japri, panggilan sayang Zen kepada Zafran) ulangan Kimia kemarin kertas jawaban siapa yang kausahut kalau bukan punyaku? Dua hari sebelumnya, saat Pak Sunarto minta PR Matematika dikumpulkan, PR siapa yang kausalin kalau bukan PR-ku? Kemudian lusa ada ulangan Bahasa Inggris, ha!..." Kuacungkan telunjuk tepat menempel ujung hidungnya dan tertawa jahat.

"Aku hafal nilai ulangan Bahasa Inggrismu selama ini, Pri! Jadi, pikirkanlah matang-matang sebelum menyebutku bodoh!" Lanjutku muntab, telak sudah mengahantam ulu hatinya.

"Ha! Sekarang aku tahu," ucapnya tiba-tiba, berbalik mengacungkan telunjuknya ke ujung hidungku.

"Tahu apa kau?"

"Tahu bahwa kau jauh lebih bodoh dari yang kukira!" Aku diam.

"Zen, kau tahu? Maksud Hanum mengirimimu surat yang berisi quotes macam itu adalah, bahwa dia bersedia menerima tawaranmu untuk jalan dengannya malam minggu nanti DENGAN SYARAT -sekali lagi kutekankan, DENGAN SYARAT, tolong perhatikan, Zen, dia akan datang bersama teman perempuannya."

Aku benar-benar bungkam. Kupandangi lekat-lekat mata cokelat Zafran. Diam-diam aku mulai menyetujui tuduhannya yang mengatakan bahwa aku bodoh.

###

Lihat selengkapnya