TRAGEDI MALAM PERTAMA

Rindiyati mei cayo
Chapter #3

Perjuangan yang tidak mudah#3

Bayu semakin mantap dengan keputusannya. Ia tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Baginya, Arum adalah wanita yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya. Segala omongan orang, larangan keluarganya, dan perbedaan status sosial, semua tidak lagi berarti. Bayu telah memantapkan hati untuk memperjuangkan cintanya, meski itu berarti harus melawan orang tuanya sendiri.

Suatu pagi, Bayu memberanikan diri menemui ayahnya, Juragan Darmo, di ruang kerja. Napasnya bergetar, tapi tekadnya sudah bulat.

"Ayah, aku ingin membicarakan sesuatu yang penting."

Juragan Darmo menutup buku yang sedang ia baca. Tatapannya dingin, menembus Bayu seperti pisau tajam. "Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Aku ingin menikahi Arum."

Juragan Darmo mengangkat alisnya, seolah tidak terkejut, tapi jelas wajahnya menegang. "Sudah kubilang, Bayu. Aku tidak menyetujui hubungan kalian."

"Ayah, aku serius. Aku mencintainya. Aku ingin dia menjadi istriku. Aku akan bertanggung jawab penuh."

"Apa kau tidak memikirkan nama baik keluarga kita?" suara Juragan Darmo meninggi. "Kau pewaris satu-satunya, Bayu. Kau akan memimpin perusahaan ini suatu hari nanti. Kau tidak bisa menikahi gadis rendahan seperti dia!"

"Ayah selalu memikirkan nama baik, tapi Ayah lupa memikirkan kebahagiaan anak sendiri. Aku tidak peduli dengan kekayaan ini jika aku harus kehilangan Arum."

"Kalau begitu, pergilah! Tinggalkan rumah ini! Lupakan warisan, lupakan semua yang kumiliki!" bentak Juragan Darmo.

Bayu menggenggam erat tangannya, mencoba menahan amarah. "Kalau itu harga yang harus kubayar, aku rela. Aku akan menikahi Arum, dengan atau tanpa restu Ayah."

Bayu berbalik meninggalkan ruangan itu. Di belakangnya, Juragan Darmo mengepalkan tangan, menahan amarah yang membara. Ia tidak pernah menyangka putranya akan sekeras ini melawan.

Bayu menemui Nyai Ratningsih, berharap ibunya bisa meluluhkan hati sang ayah.

"Ibu, tolong, aku mohon. Aku ingin menikahi Arum. Aku tahu Ibu juga tidak setuju, tapi aku mencintainya. Aku tidak bisa hidup tanpa dia."

Nyai Ratningsih menatap Bayu dengan sorot mata yang penuh keraguan. "Nak, kau tahu Ayahmu sangat keras. Aku pun tidak berani melawan keputusannya."

"Kalau Ibu tidak bisa membantuku, aku akan pergi dari rumah ini. Aku akan meninggalkan semua."

Lihat selengkapnya